Selasa, 11 Desember 2018

Menantu Trump Nasihati Putra Mahkota Usai Kasus Khashoggi


Menantu Trump Nasihati Putra Mahkota Usai Kasus Khashoggi
Menantu Donald Trump, Jared Kushner, disebut berkomunikasi secara informal dengan Pangeran Mohammed bin Salman usai kasus pembunuhan Jamal Khashoggi terungkap. (Reuters/Jonathan Ernst/File Photo)


Jakarta, CB -- Menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner, disebut berkomunikasi secara informal dengan Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) setelah kasus pembunuhan Jamal Khashoggi terungkap.

Kushner disebut menawarkan sejumlah nasihat kepada putra mahkota Arab Saudi tersebut pasca pembunuhan wartawan pengkritik Raja Salman itu di Istanbul pada 2 Oktober lalu.

The New York Times melaporkan protokol mengharuskan staf dewan keamanan mendampingi setiap komunikasi yang dilakukan pejabat Gedung Putih dengan pemimpin negara asing.


Namun, Khusner tetap berkomunikasi secara informal seperti bertukar pesan instan dengan MbS pasca kematian Khashoggi.


Kabar itu didapat The New York Times mengutip dua mantan pejabat AS dan dua pejabat Saudi yang familiar terkait komunikasi Kushner-MbS.

Gedung Putih tak segera merespons permintaan CNN untuk menanggapi laporan The New York Times tersebut.

Namun, melalui pernyataan kepada The New York Times, seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa "Jared selalu dengan cermat mengikuti protokol dan pedoman yang ada, termasuk dalam berhubungan dengan MbS dan pejabat asing lainnya."


Pejabat Gedung Putih menolak menjelaskan lebih rinci terkait protokol itu kepada koran tersebut. Pejabat itu juga menolak memberikan komentar terkait komunikasi Kusher dan MbS sejak pembunuhan Khashoggi terkuak.

Kushner memang disebut memiliki kedekatan dengan MbS. Dia dan penasihat keamanan Trump, John Bolton, dikabarkan sempat menelpon MbS sepekan setelah Khashoggi dilaporkan hilang usai memasuki gedung konsulat Saudi di Istanbul.

Keduanya juga dikabarkan sempat berkomunikasi dengan MbS ketika otoritas Turki tengah meluncurkan operasi pencarian Khashoggi.

"Mereka (Kushner dan Bolton) meminta informasi lebih detail dan mendesak pemerintah Saudi agar lebih transparan dalam proses penyelidikan," ucap juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, melalui pernyataan pada Oktober lalu.



Meski sempat membantah, Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi tewas di dalam konsulatnya di Istanbul. Namun, Riyadh tetap berkeras bahwa negaranya tak terlibat dalam kasus ini.

Riyadh mengklaim operasi itu dilakukan sejumlah pejabat intelijen di luar kewenangan mereka. Negara kerajaan itu sejauh ini telah menahan 21 tersangka.

Namun, berdasarkan laporan yang bocor ke media pada November lalu, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) menyimpulkan bahwa MbS lah yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi.

CIA menarik simpulan ini setelah menggali berbagai sumber intelijen, termasuk panggilan telepon antara Khashoggi dengan saudara Putra Mahkota yang juga menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk AS, Khalid bin Salman.

Dalam percakapan tersebut, Khalid mengatakan kepada Khashoggi bahwa wartawan itu harus pergi ke konsulat Saudi di Istanbul guna mengambil dokumen yang dibutuhkan untuk pernikahannya. Khalid menjamin segalanya akan aman ketika Khashoggi datang ke konsulat.

Meski begitu, Kushner disebut tetap membela MbS dan mendorong Trump untuk mendukung putra mahkota lantaran Saudi merupakan mitra penting AS di Timur Tengah.





Credit  cnnindonesia.com