Kabul, Afghanistan (CB) - Pemerintah Afghanistan pada
Selasa mengumpulkan 43 jenazah dari kompleks pemerintah di Ibu Kota
Afghanistan, Kabul, yang menjadi sasaran pembom bunuh diri dan
gerilyawan garis keras yang bersenjatakan senapan pada Senin (24/12),
kata beberapa pejabat.
Serangan tersebut dimulai ketika pembom bunuh diri meledakkan mobilnya, yang berisi peledak, di luar satu gedung pemerintah yang menampung departemen kesejahteraan rakyat di permukiman di bagian timur Kabul.
Beberapa penyerang mengacak-acak gedung Kementerian Urusan Syuhada dan Orang Cacat untuk mengambil sandera, dan yang lain terlibat baku-tembak lama dengan pasukan keamanan lokal.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Wahid Majroh mengatakan sejauh ini 43 mayat dan 10 orang yang cedera telah diangkut oleh ambulans dari lokasi serangan, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang. Seorang polisi tewas dan tiga gerilyawan ditembak hingga tewas selama tujuh jam baku-tembak di dalam kompleks pemerintah itu.
Pasukan Afghanistan mengungsikan lebih dari 350 warga sipil dari gedung tersebut sebelum menghentikan operasi pada Senin malam. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung-jawab atas serangan terhadap kompleks itu yang identis dengan serangan sebelumnya oleh gerilyawan Taliban terhadap kantor pemerintah, pangkalan militer, dan gedung pemerintah asing.
Serangan paling akhir itu dilancarkan cuma beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia sedang mempertimbangkan penarikan sedikitnya 5.000 dari 14.000 prajurit AS yang saat ini ditugaskan di Afghanistan.
Kemungkinan penarikan ribuan prajurit AS telah menyulut kebingungan dan panik di kalangan Pemerintah Kabul dan misi asing yang khawatir bahwa penarikan mendadak akan mengakibatkan kebangkitan rejim Taliban, yang berjuang untuk mengusir pasukan asing, menggulingkan pemerintah dukungan Barat serta memulihkan versi mereka mengenai hukum Syari`ah garis keras di Afghanistan.
Tapi Jenderal Marinir Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan yang berada di Afghanistan pada Malam Natal dan dikutip oleh saluran berita lokal, mengatakan misi buat tentara di Afghanistan berlanjut tanpa perubahan.
"Ada segala jenis desas-desus yang beredar," kata Dunford sebagaimana dikutip saluran berita lokal, saat berpidato di hadapan tentara AS yang berkumpul pada Senin di satu pangkalan di Afghanistan.
"Misi yang kalian jalani hari ini sama dengan misi yang kalian laksanakan kemarin," katanya.
Serangan tersebut dimulai ketika pembom bunuh diri meledakkan mobilnya, yang berisi peledak, di luar satu gedung pemerintah yang menampung departemen kesejahteraan rakyat di permukiman di bagian timur Kabul.
Beberapa penyerang mengacak-acak gedung Kementerian Urusan Syuhada dan Orang Cacat untuk mengambil sandera, dan yang lain terlibat baku-tembak lama dengan pasukan keamanan lokal.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Wahid Majroh mengatakan sejauh ini 43 mayat dan 10 orang yang cedera telah diangkut oleh ambulans dari lokasi serangan, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang. Seorang polisi tewas dan tiga gerilyawan ditembak hingga tewas selama tujuh jam baku-tembak di dalam kompleks pemerintah itu.
Pasukan Afghanistan mengungsikan lebih dari 350 warga sipil dari gedung tersebut sebelum menghentikan operasi pada Senin malam. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung-jawab atas serangan terhadap kompleks itu yang identis dengan serangan sebelumnya oleh gerilyawan Taliban terhadap kantor pemerintah, pangkalan militer, dan gedung pemerintah asing.
Serangan paling akhir itu dilancarkan cuma beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia sedang mempertimbangkan penarikan sedikitnya 5.000 dari 14.000 prajurit AS yang saat ini ditugaskan di Afghanistan.
Kemungkinan penarikan ribuan prajurit AS telah menyulut kebingungan dan panik di kalangan Pemerintah Kabul dan misi asing yang khawatir bahwa penarikan mendadak akan mengakibatkan kebangkitan rejim Taliban, yang berjuang untuk mengusir pasukan asing, menggulingkan pemerintah dukungan Barat serta memulihkan versi mereka mengenai hukum Syari`ah garis keras di Afghanistan.
Tapi Jenderal Marinir Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan yang berada di Afghanistan pada Malam Natal dan dikutip oleh saluran berita lokal, mengatakan misi buat tentara di Afghanistan berlanjut tanpa perubahan.
"Ada segala jenis desas-desus yang beredar," kata Dunford sebagaimana dikutip saluran berita lokal, saat berpidato di hadapan tentara AS yang berkumpul pada Senin di satu pangkalan di Afghanistan.
"Misi yang kalian jalani hari ini sama dengan misi yang kalian laksanakan kemarin," katanya.
Credit antaranews.com