BEIJING
- Cina mengatakan pihaknya siap untuk membantu mengatasi penyakit
misterius yang telah membuat sakit orang Amerika yang bekerja di
Konsulat Amerika Serikat (AS) di bagian selatan negara itu. Serangan ini
menyebabkan evakuasi sejumlah diplomat AS pada minggu ini.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan penyelidikan pada Mei lalu setelah kasus pertama seorang diplomat Amerika jatuh sakit di kota Guangzhou dilaporkan pada April.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada saat itu, para penyelidik Cina belum dapat menentukan sumber penyakit diplomat itu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan para diplomat negara itu di konsulat telah mengeluhkan gejala-gejala yang mirip dengan “gegar otak atau cedera otak traumatis,” dan mungkin telah menjadi target serangan yang melibatkan suara-suara aneh.
Gejala-gejala - dan penyebab nyata - mirip dengan yang mempengaruhi 24 personel Amerika di Kuba pada tahun 2016.
Departemen Luar Negeri belum mengatakan berapa banyak dari lebih dari 100 karyawan Amerika di konsulat di Guangzhou telah dievakuasi sejauh ini. Para diplomat yang sakit mengeluhkan suara yang tidak biasa di apartemen mereka, yang tidak jauh dari konsulat.
Mereka yang dievakuasi sedang dibawa untuk tes ke Pusat Cedera dan Pengobatan Otak Universitas Pennsylvania, di mana tim peneliti telah memeriksa kasus yang sama dari Kuba.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan Beijing belum diberitahu oleh Amerika Serikat tentang evakuasi terakhir.
"Jika AS datang kepada kami terkait dengan kasus ini lagi, kami akan menyelidikinya secara serius dan menjalin kerja sama yang erat dengan AS," kata Hua seperti dikutip dari New York Times, Jumat (8/6/2018).
Ia menambahkan bahwa China mengambil serius kewajibannya di bawah Konvensi Wina, sebuah perjanjian internasional yang mengharuskan pemerintah untuk melindungi diplomat negara lain.
Penyakit-penyakit itu memiliki potensi untuk semakin memperburuk hubungan antara Cina dan Amerika Serikat, yang sudah tegang atas sengketa perdagangan dan Korea Utara (Korut).
Tahun lalu, Departemen Luar Negeri menarik sejumlah besar diplomatnya dari Kuba yang mengaku terserang vertigo, sulit tidur dan gangguan kognitif. AS pun mengatakan negara itu tidak dapat melindungi para diplomatnya.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan penyelidikan pada Mei lalu setelah kasus pertama seorang diplomat Amerika jatuh sakit di kota Guangzhou dilaporkan pada April.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada saat itu, para penyelidik Cina belum dapat menentukan sumber penyakit diplomat itu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan para diplomat negara itu di konsulat telah mengeluhkan gejala-gejala yang mirip dengan “gegar otak atau cedera otak traumatis,” dan mungkin telah menjadi target serangan yang melibatkan suara-suara aneh.
Gejala-gejala - dan penyebab nyata - mirip dengan yang mempengaruhi 24 personel Amerika di Kuba pada tahun 2016.
Departemen Luar Negeri belum mengatakan berapa banyak dari lebih dari 100 karyawan Amerika di konsulat di Guangzhou telah dievakuasi sejauh ini. Para diplomat yang sakit mengeluhkan suara yang tidak biasa di apartemen mereka, yang tidak jauh dari konsulat.
Mereka yang dievakuasi sedang dibawa untuk tes ke Pusat Cedera dan Pengobatan Otak Universitas Pennsylvania, di mana tim peneliti telah memeriksa kasus yang sama dari Kuba.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan Beijing belum diberitahu oleh Amerika Serikat tentang evakuasi terakhir.
"Jika AS datang kepada kami terkait dengan kasus ini lagi, kami akan menyelidikinya secara serius dan menjalin kerja sama yang erat dengan AS," kata Hua seperti dikutip dari New York Times, Jumat (8/6/2018).
Ia menambahkan bahwa China mengambil serius kewajibannya di bawah Konvensi Wina, sebuah perjanjian internasional yang mengharuskan pemerintah untuk melindungi diplomat negara lain.
Penyakit-penyakit itu memiliki potensi untuk semakin memperburuk hubungan antara Cina dan Amerika Serikat, yang sudah tegang atas sengketa perdagangan dan Korea Utara (Korut).
Tahun lalu, Departemen Luar Negeri menarik sejumlah besar diplomatnya dari Kuba yang mengaku terserang vertigo, sulit tidur dan gangguan kognitif. AS pun mengatakan negara itu tidak dapat melindungi para diplomatnya.
Credit sindonews.com