CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meyakinkan forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam
membicarakan masalah perdamaian, bukan konflik. Pernyataan Retno itu
dibenarkan Din Syamsudin, utusan khusus Presiden Joko Widodo bidang
dialog dan kerja sama lintas agama, yang menyebut forum selama tiga hari
itu merupakan sebuah ajang tukar pikiran di kalangan ulama muslim dari
berbagai negara di dunia.
"Secara khusus, forum ini membahas wasatiyyat Islam, yakni sebuah ajaran Islam yang mulia dan relevan untuk dikemukakan sekarang ini, baik secara internal dan eksternal, untuk menjadi solusi dari masalah peradaban dunia. Wasatiyyat Islam tidak mudah dialihbahasakan oleh satu-dua kosakata dalam bahasa dunia. Arti kalimat ini yang mendekati adalah jalan tengah," kata Din, Selasa, 01 Mei 2018.
Presiden Joko Widodo membuka acara forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wwasatiyyat Islam di Bogor, 1 Mei 2018. Ini adalah sebuah forum tukar pikiran para ulama, yang diikuti ulama dari 36 negara. Sumber: TEMPO/Suci Sekarwati
Sebagai tuan rumah penyelenggaraan forum ini, Indonesia mengharapkan sebuah legitimasi intelektual teologis dari ulama dan cendekiawan muslim dari negara-negara dunia terhadap pikiran dan posisi Indonesia. Menurut Din, Indonesia telah secara nyata mengamalkan wasatiyyat Islam.
Kehidupan umat Islam di Indonesia secara budaya, termasuk rancang bangunnya, bahkan telah menampilkan ciri-ciri wasatiyyat Islam. Indonesia cenderung menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Setiap ada ketegangan atau masalah, masyarakat Indonesia mau duduk bersama.
"Ada kata urun rembuk dan gotong royong yang menjadi ciri khas Indonesia. Ini yang ingin kita revitalisasi, dan alhamdulillah sampai sekarang banyak pihak dan ulama yang hadir memberikan apresiasi, termasuk syekh Al Azhar, dan kami yang sangat mengapresiasi hal ini," kata Din.
Forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam diselenggarakan pada 1-3 Mei 2018 di Bogor. Sekitar 43 peserta dari 36 negara mengikuti forum ini, di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Prancis, hingga Wakil Presiden Iran Urusan Perempuan dan Keluarga.
"Secara khusus, forum ini membahas wasatiyyat Islam, yakni sebuah ajaran Islam yang mulia dan relevan untuk dikemukakan sekarang ini, baik secara internal dan eksternal, untuk menjadi solusi dari masalah peradaban dunia. Wasatiyyat Islam tidak mudah dialihbahasakan oleh satu-dua kosakata dalam bahasa dunia. Arti kalimat ini yang mendekati adalah jalan tengah," kata Din, Selasa, 01 Mei 2018.
Presiden Joko Widodo membuka acara forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wwasatiyyat Islam di Bogor, 1 Mei 2018. Ini adalah sebuah forum tukar pikiran para ulama, yang diikuti ulama dari 36 negara. Sumber: TEMPO/Suci Sekarwati
Sebagai tuan rumah penyelenggaraan forum ini, Indonesia mengharapkan sebuah legitimasi intelektual teologis dari ulama dan cendekiawan muslim dari negara-negara dunia terhadap pikiran dan posisi Indonesia. Menurut Din, Indonesia telah secara nyata mengamalkan wasatiyyat Islam.
Kehidupan umat Islam di Indonesia secara budaya, termasuk rancang bangunnya, bahkan telah menampilkan ciri-ciri wasatiyyat Islam. Indonesia cenderung menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Setiap ada ketegangan atau masalah, masyarakat Indonesia mau duduk bersama.
"Ada kata urun rembuk dan gotong royong yang menjadi ciri khas Indonesia. Ini yang ingin kita revitalisasi, dan alhamdulillah sampai sekarang banyak pihak dan ulama yang hadir memberikan apresiasi, termasuk syekh Al Azhar, dan kami yang sangat mengapresiasi hal ini," kata Din.
Forum High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam diselenggarakan pada 1-3 Mei 2018 di Bogor. Sekitar 43 peserta dari 36 negara mengikuti forum ini, di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Prancis, hingga Wakil Presiden Iran Urusan Perempuan dan Keluarga.
Credit tempo.co