WASHINGTON
- Pentagon sedang melihat kemungkinan penggunaan sensor di antariksa
untuk mengisi titik-titik buta dalam sistem pertahanan anti-rudal
Amerika Serikat (AS). Sensor itu bagian dari satelit pelacak rudal yang
sedang dikembangkan Pentagon untuk menghadapi senjata hipersonik Rusia.
Ini bukan ide baru. Enam pemerintahan sebelumnya telah mempertimbangkan konsep sensor berbasis ruang angkasa tersebut. Sayangnya, belum ada yang terwujud.
Setidaknya, dua satelit eksperimental sebagai bagian dari upaya Pentagon itu telah diluncurkan selama era kepresidenan George W. Bush dan sampai saat ini masih berada di orbit.
Administrasi Trump sedang mencari dukungan dana pada tahun anggaran 2020 yang ditujukan untuk memulai pekerjaan pada konstelasi sensor-sensor pengawas rudal. Kongres AS telah mengisyaratkan akan mendukung rencana itu setelah Rusia baru-baru ini menguji glider hipersonik yang diklaim tidak bisa terdeteksi sehingga mustahil dicegat oleh sistem anti-rudal manapun di dunia.
Tom Karako dari Center for Strategic and International Studies mengatakan, untuk melacak sebuah peluncur berkecepatan tinggi, sudut pandang ruang angkasa akan menguntungkan.
"Kami mendengar banyak kata-kata bagus tentang lapisan sensor ruang angkasa. Tetapi saat ini belum diterjemahkan ke dalam program dan anggaran," ujar Karako kepada SpaceNews, yang dikutip Senin (21/5/2018).
Pentagon sendiri kemungkinan akan menjelaskan rencana masa depannya terkait penanganan senjata hipersonik Rusia dalam Ballistic Missile Defense Review (BMDR). Juru bicara Departemen Pertahanan Dana Putih mengatakan pada pekan lalu bahwa BMDR masih melalui proses persetujuan dan perilisannya akan segera dilakukan.
Menurut Karako, dengan Rusia dan China yang gencar mengembangkan peluncur senjata hipersonik dan berpotensi dipasangi hulu ledak nuklir, Pentagon tidak memiliki banyak waktu untuk mempelajari tentang bagaimana membangun arsitektur pertahanan. "Kami harus move-on," katanya.
"Kami tidak harus menunggu untuk anggaran 2020. Jika kami serius tentang perlunya kecepatan, harus ada penyesuaian pada anggaran 2019," paparnya.
Karako mengatakan, pejabat senior pertahanan dan militer telah mendorong untuk memulai sebuah program."Mike Griffin (wakil menteri pertahanan untuk teknik dan riset) condong pada hal ini cukup keras," katanya.
Direktur Badan Pertahanan Rudal (MDA) Letnan Jenderal Samuel Greaves telah menjadi pendukung penyebaran sensor di ruang angkasa, seperti yang disampaikan Panglima Komando Strategis AS John Hyten.
"MDA bisa memimpin, tapi Greaves mungkin membawa Angkatan Udara juga," kata Karako. Greaves adalah mantan direktur Pusat Angkatan Udara dan Pusat Sistem Rudal.
Ini bukan ide baru. Enam pemerintahan sebelumnya telah mempertimbangkan konsep sensor berbasis ruang angkasa tersebut. Sayangnya, belum ada yang terwujud.
Setidaknya, dua satelit eksperimental sebagai bagian dari upaya Pentagon itu telah diluncurkan selama era kepresidenan George W. Bush dan sampai saat ini masih berada di orbit.
Administrasi Trump sedang mencari dukungan dana pada tahun anggaran 2020 yang ditujukan untuk memulai pekerjaan pada konstelasi sensor-sensor pengawas rudal. Kongres AS telah mengisyaratkan akan mendukung rencana itu setelah Rusia baru-baru ini menguji glider hipersonik yang diklaim tidak bisa terdeteksi sehingga mustahil dicegat oleh sistem anti-rudal manapun di dunia.
Tom Karako dari Center for Strategic and International Studies mengatakan, untuk melacak sebuah peluncur berkecepatan tinggi, sudut pandang ruang angkasa akan menguntungkan.
"Kami mendengar banyak kata-kata bagus tentang lapisan sensor ruang angkasa. Tetapi saat ini belum diterjemahkan ke dalam program dan anggaran," ujar Karako kepada SpaceNews, yang dikutip Senin (21/5/2018).
Pentagon sendiri kemungkinan akan menjelaskan rencana masa depannya terkait penanganan senjata hipersonik Rusia dalam Ballistic Missile Defense Review (BMDR). Juru bicara Departemen Pertahanan Dana Putih mengatakan pada pekan lalu bahwa BMDR masih melalui proses persetujuan dan perilisannya akan segera dilakukan.
Menurut Karako, dengan Rusia dan China yang gencar mengembangkan peluncur senjata hipersonik dan berpotensi dipasangi hulu ledak nuklir, Pentagon tidak memiliki banyak waktu untuk mempelajari tentang bagaimana membangun arsitektur pertahanan. "Kami harus move-on," katanya.
"Kami tidak harus menunggu untuk anggaran 2020. Jika kami serius tentang perlunya kecepatan, harus ada penyesuaian pada anggaran 2019," paparnya.
Karako mengatakan, pejabat senior pertahanan dan militer telah mendorong untuk memulai sebuah program."Mike Griffin (wakil menteri pertahanan untuk teknik dan riset) condong pada hal ini cukup keras," katanya.
Direktur Badan Pertahanan Rudal (MDA) Letnan Jenderal Samuel Greaves telah menjadi pendukung penyebaran sensor di ruang angkasa, seperti yang disampaikan Panglima Komando Strategis AS John Hyten.
"MDA bisa memimpin, tapi Greaves mungkin membawa Angkatan Udara juga," kata Karako. Greaves adalah mantan direktur Pusat Angkatan Udara dan Pusat Sistem Rudal.
Credit sindonews.com