AS mengancam memberi sanksi kepada Iran.
CB,
PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian pada Rabu
(23/5) memperingatkan bahwa sikap keras Amerika Serikat terhadap Iran
bisa menyulut perang di kawasan itu. "Kita berada pada kegoyahan parah.
Segalanya ditanggapi dengan sikap membara," kata Le Drian.
Diplomat Prancis itu mengatakan dalam wawancara dengan radio
France Inter
bahwa sikap Washington berisiko semakin membahayakan kawasan tersebut.
Sebelumnya, pada pekan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike
Pompeo mengancam menjatuhkan "sanksi terberat dalam sejarah" terhadap
Iran jika negara itu menolak menghentikan program peluru kendali
balistik serta pengaruhnya di kawasan tersebut.
"Kita tidak setuju dengan cara itu karena sekumpulan sanksi
ini, yang akan dikenakan terhadap Iran, tidak akan memungkinkan dialog
terjadi dan, kebalikannya, akan memperkuat kalangan konservatif serta
melemahkan Presiden (Hassan) Rouhani," ujar Le Drian.
Le
Drian mengatakan kesepakatan nuklir Iran merupakan "harta yang harus
dijaga". Kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi disebut dengan
Rencana Aksi Komprehensif Bersama, ditandatangani pada Juli 2015 oleh
Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa,
yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, serta dengan
Uni Eropa dan Jerman.
Berdasarkan atas kesepakatan
itu, Iran setuju membekukan program nuklirnya sebagai imbalan atas
pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Presiden AS
Donald Trump telah memutuskan untuk menarik AS dari perjanjian itu,
yang ditandatangani di bawah pemerintahan pimpinan pendahulunya, Barack
Obama.
Trump mengatakan perjanjian tersebut tidak menangani
masalah program rudal balistik Iran, kegiatan nuklir Iran setelah 2025
dan peranan negara itu dalam konflik-konflik di Yaman dan Suriah.
Namun,
menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Iran sejauh ini
mematuhi semua persyaratan, yang ditentukan dalam kesepakatan tersebut.