Jumat, 18 Mei 2018

Mantan Menlu Australia Diperiksa FBI Terkait Pilpres AS


abc news
abc news
Rusia sedang mengumpulkan kelemahan-kelemahan capres Partai Demokrat Hillary Clinton



CB  Agen-agen FBI dilaporkan meminta keterangan dari mantan menlu Australia Alexander Downer dalam penyelidikan mereka terhadap dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dan Rusia dalam Pilpres AS. Beberapa jam setelah FBI memulai penyelidikan yang dikenal dengan sandi Crossfire Hurricane, secara diam-diam badan intelijen AS ini mengirim dua agen ke London untuk menemui Downer yang saat itu menjabat Dubes Australia untuk Inggris.


Suratkabar New York Times melaporkan hanya ada sejumlah pejabat yang mengetahui misi tersebut. Disebutkan, para pejabat Australia telah melanggar aturan protokol diplomatik dengan mengizinkan agen-agen tersebut memeriksa Dubes Downer.

Hasil pemeriksaan yang dikirim ke Washington pada 2 Agustus 2017, disebut-sebut menjadi fondasi bagi penyelidikan yang dilakukan konsul khusus Robert Mueller saat ini. Semuanya berawal dari pertemuan Dubes Downer dengan mantan asisten kampanye Trump, George Papadopoulos, di Kensington Wine Rooms di London pada Mei 2016. Mereka bertemu sambil minum-minum.


Menurut artikel New York Times, Downer tampaknya lebih kuat dalam menangani pengaruh minuman alkohol mereka. Dia kabarnya mendapatkan pengakuan dari Papadopoulos bahwa Rusia sedang mengumpulkan kelemahan-kelemahan capres Partai Demokrat Hillary Clinton dari para saingan politiknya.


Kensington Wine Rooms seen from the street.
Photo: Alexander Downer dan George Papadopolous disebut-sebut bertemu di Kensington Wine Rooms. (Google Street View)


Ketika email-email internal Partai Demokrat mulai bocor ke publik dua bulan kemudian, para pejabat Australia diduga menyerahkan informasi dari Downer kepada mitranya di Amerika. Hal ini turut memicu digelarnya penyelidikan FBI atas campur tangan Rusia dalam Pilpres AS.


Dokumen pengadilan yang dibuka akhir tahun lalu menunjukkan bahwa pada bulan April 2016, Papadopoulos bertemu Joseph Mifsud, seorang profesor di London yang ia yakini memiliki koneksi dengan Pemerintah Rusia dan mengklaim memiliki "ribuan email" yang akan merugikan Hillary Clinton.


Papadopoulos mengakui kepada pihak berwajib bahwa kontak-kontak semacam itu terjadi sebelum dia bergabung dengan tim kampanye Trump. Dia mengaku bersalah karena berbohong kepada para pejabat pemeriksa, yang kini bekerja sama dengannya.


George Papadopoulos, left, sits at a table with then-candidate Trump
Photo: George Papadopoulos (paling kiri) dalam salah satu rapat dengan Donald Trump yang saat itu masih capres. (AP: Donald Trump Twitter)


Ketika berita pengakuan Papadopoulos terungkap, juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menyebut peranan Papadopoulos "sangat terbatas" dan "tidak ada kegiatan yang dilakukannya dalam kapasitas resmi atas nama tim kampanye".


Trump, yang pada Maret 2016 menggambarkan pembantu kampanyenya itu sebagai "pria luar biasa", pada bulan November tahun yang sama menyebutnya "relawan tingkat bawah" dan "pembohong". Menurut New York Times, informasi dari dinas intelijen di Inggris dan Belanda juga berkontribusi pada keputusan mereka melakukan penyelidikan terkait upaya Rusia untuk mempengaruhi Pilpres AS.






Credit  republika.co.id