Rusia sedang mengumpulkan kelemahan-kelemahan capres Partai Demokrat Hillary Clinton
CB Agen-agen FBI dilaporkan meminta keterangan dari mantan menlu Australia
Alexander Downer dalam penyelidikan mereka terhadap dugaan kolusi
antara tim kampanye Trump dan Rusia dalam Pilpres AS. Beberapa jam
setelah FBI memulai penyelidikan yang dikenal dengan sandi
Crossfire Hurricane,
secara diam-diam badan intelijen AS ini mengirim dua agen ke London
untuk menemui Downer yang saat itu menjabat Dubes Australia untuk
Inggris.
Suratkabar
New York Times
melaporkan hanya ada sejumlah pejabat yang mengetahui misi tersebut.
Disebutkan, para pejabat Australia telah melanggar aturan protokol
diplomatik dengan mengizinkan agen-agen tersebut memeriksa Dubes Downer.
Hasil pemeriksaan yang dikirim ke Washington pada 2 Agustus
2017, disebut-sebut menjadi fondasi bagi penyelidikan yang dilakukan
konsul khusus Robert Mueller saat ini. Semuanya berawal dari pertemuan
Dubes Downer dengan mantan asisten kampanye Trump, George Papadopoulos,
di Kensington Wine Rooms di London pada Mei 2016. Mereka bertemu sambil
minum-minum.
Menurut artikel
New York Times,
Downer tampaknya lebih kuat dalam menangani pengaruh minuman alkohol
mereka. Dia kabarnya mendapatkan pengakuan dari Papadopoulos bahwa Rusia
sedang mengumpulkan kelemahan-kelemahan capres Partai Demokrat Hillary
Clinton dari para saingan politiknya.
Photo: Alexander Downer dan George Papadopolous disebut-sebut bertemu di Kensington Wine Rooms. (Google Street View)
Ketika
email-email internal Partai Demokrat mulai bocor ke publik dua bulan
kemudian, para pejabat Australia diduga menyerahkan informasi dari
Downer kepada mitranya di Amerika. Hal ini turut memicu digelarnya
penyelidikan FBI atas campur tangan Rusia dalam Pilpres AS.
Dokumen
pengadilan yang dibuka akhir tahun lalu menunjukkan bahwa pada bulan
April 2016, Papadopoulos bertemu Joseph Mifsud, seorang profesor di
London yang ia yakini memiliki koneksi dengan Pemerintah Rusia dan
mengklaim memiliki "ribuan email" yang akan merugikan Hillary Clinton.
Papadopoulos
mengakui kepada pihak berwajib bahwa kontak-kontak semacam itu terjadi
sebelum dia bergabung dengan tim kampanye Trump. Dia mengaku bersalah
karena berbohong kepada para pejabat pemeriksa, yang kini bekerja sama
dengannya.
Photo: George Papadopoulos (paling kiri) dalam salah satu rapat dengan Donald Trump yang saat itu masih capres. (AP: Donald Trump Twitter)
Ketika
berita pengakuan Papadopoulos terungkap, juru bicara Gedung Putih Sarah
Huckabee Sanders menyebut peranan Papadopoulos "sangat terbatas" dan
"tidak ada kegiatan yang dilakukannya dalam kapasitas resmi atas nama
tim kampanye".
Trump, yang pada Maret 2016
menggambarkan pembantu kampanyenya itu sebagai "pria luar biasa", pada
bulan November tahun yang sama menyebutnya "relawan tingkat bawah" dan
"pembohong". Menurut
New York Times, informasi dari dinas
intelijen di Inggris dan Belanda juga berkontribusi pada keputusan
mereka melakukan penyelidikan terkait upaya Rusia untuk mempengaruhi
Pilpres AS.