WASHINGTON - Arab Saudi kembali mengancam akan membuat bom nuklir. Hal itu dilakukan jika Iran memulai kembali program senjata nuklirnya.
Ancaman ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir kepada Wolf Blitzer dari CNN pada hari Rabu waktu Washington. Pernyataan al-Jubeir muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir tahun 2015.
"Kami akan membuatnya sangat jelas bahwa jika kami memperoleh kemampuan nuklir, kami akan melakukan segala yang kami bisa, untuk melakukan hal yang sama," katanya.
Ancaman Riyadh untuk membuat senjata nuklir bukan sekali ini saja. Beberapa pejabat tinggi negara itu, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pernah melontarkan ambisi serupa beberapa waktu lalu.
Diminta untuk mengklarifikasi apakah Kerajaan Saudi akan bekerja untuk mendapatkan kemampuan nuklirnya sendiri, al-Jubeir berkata, "Itu yang kami maksud."
Dia juga memuji pengumuman Presiden Trump soal penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir Iran. "Kami percaya kesepakatan nuklir itu cacat," kata al-Jubeir. "Kami percaya kesepakatan itu tidak berurusan dengan program rudal balistik Iran atau tidak berurusan dengan dukungan Iran untuk terorisme," ujarnya, yang dilansir Kamis (10/5/2018).
Sekutu AS lainnya, Israel, juga senang dengan keputusan Trump. Namun, langkah Trump ini dinilai bisa memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah, terutama antara Riyadh dan Teheran.
"Selama Iran terkendala dan diperiksa secara ketat, Saudi bisa menyingkirkan ambisi nuklir mereka," kata Mark Fitzpatrick, direktur eksekutif cabang Amerika untuk International Institute for Strategic Studies.
"Sekarang perhitungan mereka berubah. Penolakan Trump terhadap solusi diplomatik terhadap krisis nuklir Iran merusak diplomasi multilateral dan dasar-dasar dari tatanan nuklir. Terbukti telah sia-sia," ujarnya.
Selama kunjungan ke Washington beberapa waktu lalu, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan kepada CBS bahwa pihaknya menginginkan program pengayaan uranium, sebuah langkah dalam produksi senjata nuklir.
"Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya," katanya.
Ancaman ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir kepada Wolf Blitzer dari CNN pada hari Rabu waktu Washington. Pernyataan al-Jubeir muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir tahun 2015.
"Kami akan membuatnya sangat jelas bahwa jika kami memperoleh kemampuan nuklir, kami akan melakukan segala yang kami bisa, untuk melakukan hal yang sama," katanya.
Ancaman Riyadh untuk membuat senjata nuklir bukan sekali ini saja. Beberapa pejabat tinggi negara itu, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pernah melontarkan ambisi serupa beberapa waktu lalu.
Diminta untuk mengklarifikasi apakah Kerajaan Saudi akan bekerja untuk mendapatkan kemampuan nuklirnya sendiri, al-Jubeir berkata, "Itu yang kami maksud."
Dia juga memuji pengumuman Presiden Trump soal penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir Iran. "Kami percaya kesepakatan nuklir itu cacat," kata al-Jubeir. "Kami percaya kesepakatan itu tidak berurusan dengan program rudal balistik Iran atau tidak berurusan dengan dukungan Iran untuk terorisme," ujarnya, yang dilansir Kamis (10/5/2018).
Sekutu AS lainnya, Israel, juga senang dengan keputusan Trump. Namun, langkah Trump ini dinilai bisa memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah, terutama antara Riyadh dan Teheran.
"Selama Iran terkendala dan diperiksa secara ketat, Saudi bisa menyingkirkan ambisi nuklir mereka," kata Mark Fitzpatrick, direktur eksekutif cabang Amerika untuk International Institute for Strategic Studies.
"Sekarang perhitungan mereka berubah. Penolakan Trump terhadap solusi diplomatik terhadap krisis nuklir Iran merusak diplomasi multilateral dan dasar-dasar dari tatanan nuklir. Terbukti telah sia-sia," ujarnya.
Selama kunjungan ke Washington beberapa waktu lalu, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan kepada CBS bahwa pihaknya menginginkan program pengayaan uranium, sebuah langkah dalam produksi senjata nuklir.
"Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya," katanya.
Credit sindonews.com