Senin, 04 Desember 2017

Waswas Perang dengan Korut, AS Didesak Evakuasi Warganya dari Korsel


Waswas Perang dengan Korut, AS Didesak Evakuasi Warganya dari Korsel
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat menemui para tentara di Korea Selatan saat lawatan beberapa waktu lalu. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Pentagon didesak untuk mengevakuasi warga Amerika Serikat (AS) terutama keluarga militer aktif keluar dari Korea Selatan (Korsel) mulai dari sekarang. Desakan ini muncul setelah situasi memungkinkan AS dan Korea Utara (Korut) perang setiap saat.

Desakan diserukan oleh Senator Partai Republik Lindsey Graham. ”Sangat gila untuk mengirim pasangan dan anak-anak ke Korea Selatan, mengingat provokasi dari Korut,” kata Graham, anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, dalam program "Face the Nation" NBC pada hari Minggu.

”Jadi, saya ingin mereka (Pentagon) berhenti mengirim tanggungan dan saya pikir sekarang saatnya untuk mulai memindahkan orang-orang Amerika dari Korsel,” ujarnya.

”Kami mendekati konflik militer karena Korea Utara sedang berbaris untuk mengawinkan teknologi ICBM (rudal balistik antarbenua) dengan senjata nuklir yang bisa sampai ke Amerika,” paparnya.

“Kami kehabisan waktu,” lanjut Graham, merujuk pada uji coba ICBM tipe baru Korea Utara pada hari Rabu pekan lalu. Pyongyang mengatakan bahwa rudal yang dites adalah ICBM Hwasong-15 yang mampu menyerang daratan AS.

Tidak semua pihak setuju bahwa semua provokasi datang dari Pyongyang. Tes rudal balistik antarbenua yang pertama setelah jeda dua bulan itu terjadi beberapa hari usai AS memasukkan Korea Utara dalam daftar negara sponsor terorisme dan berjanji menjatuhkan sanksi lebih banyak.


Rusia percaya tindakan AS tersebut, termasuk latihan perang gabungan yang rutin dengan Korea Selatan merupakan provokasi terhadap Pyongyang untuk melakukan tindakan nekat setelah beberapa bulan menahan diri.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengecam penyataan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley yang dia anggap sebagai pernyataan provokatif yang berpotensi membuat rezim Kim Jong-un marah. Haley dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB mengatakan, bahwa Washington akan menghancurkan total Korut jika perang benar-benar pecah. Lavrov menilai komentar diplomat Amerika itu sebagai “omelan haus darah”.


Sementara itu, situasi di Semenanjung Korea terus memanas. Hari ini (4/12/2017), AS dan Korsel memulai latihan perang gabungan yang akan berlangsung hingga 8 Desember mendatang. Latihan perang ini melibatkan ratusan pesawat, termasuk jet-jet tempur canggih AS. Ribuan tentara Washington juga dilibatkan. 


Manuver gabungan itu memicu dianggap rezim Kim Jong-un sebagai wujud dari Presiden AS Donald Trump yang “mengemis” untuk perang nuklir dengan Korut.




Cresir  sindonews.com


Penasihat Keamanan Trump: Potensi Perang dengan Korut Meningkat Tiap Hari


Penasihat Keamanan Trump: Potensi Perang dengan Korut Meningkat Tiap Hari
HR McMaster, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat Donald John Trump. Foto/REUTERS


CALIFORNIA - HR McMaster, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengatakan bahwa potensi perang dengan Korea Utara (Korut) telah meningkat setiap hari. Sebab, krisis nuklir Pyongyang tidak bisa dipecahkan.

”Saya pikir ini meningkat setiap hari,” kata McMaster kepada Fox News di Reagan National Security Forum di California, yang dikutip Minggu (3/12/2017). ”Artinya kita dalam perlombaan. Kami dalam perlombaan untuk bisa memecahkan masalah ini.”

“Ada banyak cara untuk mengatasi masalah ini untuk mengurangi konflik bersenjata, tapi ini adalah sebuah perlombaan karena itu semakin dekat dan tidak lama lagi,” ujarnya mengacu pada potensi perang antara AS dan Korut.

Pekan lalu, Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) tertinggi yang pernah ada. Rudal Hwasong-15 tersebut terbang 1.000 mil lebih tinggi dari peluncuran ICBM pertamanya pada bulan Juli.

McMaster mengatakan, ambisi nuklir pemimpin Korea Utara Kim Jong-un adalah ancaman keamanan nasional yang paling besar yang dihadapi Amerika.

”Ancaman langsung terbesar untuk Amerika Serikat dan dunia adalah ancaman yang ditimbulkan oleh rezim nakal di Korea Utara dan terus berupaya mengembangkan kemampuan (rudal) nuklir jarak jauh,” ujarnya.

“Jadi sangat penting bahwa kita bekerja sama dengan semua sekutu, mitra, semua orang internasional, untuk meyakinkan Kim Jong-un bahwa terus mengejar kemampuan seperti itu adalah jalan buntu baginya dan rezimnya,” papar McMaster.

Penasihat Keamanan Nasional Trump itu mengakui kemajuan dari program rudal Korea Utara, meski beberapa kali mengalami kegagalan dalam uji coba.

”Yang jelas setiap saat, setiap saat dia melakukan peluncuran rudal, sebuah tes nuklir, dia menjadi lebih baik,” kata McMaster.

”Dan apakah ini sebuah kesuksesan atau kegagalan tidak sepenting pemahaman bahwa selama bertahun-tahun dia telah belajar dari kegagalan, memperbaiki, sehingga meningkatkan ancamannya bagi kita semua.”





Credit  sindonews.com