NEW YORK
- Sekjen PBB mengatakan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, memiliki
kesempatan terakhir untuk menghentikan krisis Rohingya. PBB telah
menggambarkan krisis Rohingya sebagai pembersihan etnis.
Antonio Guterres mengatakan Suu Kyi masih memiliki kesempatan untuk memastikan pembantaian itu berhenti.
"Saya akan berharap bahwa pemimpin negara tersebut dapat menahannya, dan akan dapat membalikkan keadaan. Dia punya kesempatan, dia punya kesempatan terakhir, menurut pendapat saya, untuk melakukannya," kata Guterres seperi dikutip dari Independent, Senin (18/9/2017).
Jika tidak, katanya, tragedi itu akan sangat mengerikan.
Suu Kyi sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian, menghadapi tekanan yang semakin besar atas tindakan militer Myanmar terhadap kelompok etnis tersebut. Aksi militer Myanmar telah membuat ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari negara tersebut.
Dalam sebuah pidato pada hari Selasa, Suu Kyi diperkirakan akan berbicara mengenai situasi tersebut, kata juru bicaranya.
Dia tidak menghadiri Majelis Umum PBB, yang berlangsung saat ini. Ia sengaja memilih tinggal di Myanmar untuk mencoba dan mengendalikan situasi keamanan, kata seorang pejabat pemerintah.
Diperkirakan 410.000 anggota minoritas Muslim Rohingya telah melarikan diri dari negara bagian Rakhine barat ke Bangladesh untuk menghindari serangan militer. PBB telah mencap serangan militer Myanmar adalah contoh dari buku teks tentang pembersihan etnis.
Antonio Guterres mengatakan Suu Kyi masih memiliki kesempatan untuk memastikan pembantaian itu berhenti.
"Saya akan berharap bahwa pemimpin negara tersebut dapat menahannya, dan akan dapat membalikkan keadaan. Dia punya kesempatan, dia punya kesempatan terakhir, menurut pendapat saya, untuk melakukannya," kata Guterres seperi dikutip dari Independent, Senin (18/9/2017).
Jika tidak, katanya, tragedi itu akan sangat mengerikan.
Suu Kyi sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian, menghadapi tekanan yang semakin besar atas tindakan militer Myanmar terhadap kelompok etnis tersebut. Aksi militer Myanmar telah membuat ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari negara tersebut.
Dalam sebuah pidato pada hari Selasa, Suu Kyi diperkirakan akan berbicara mengenai situasi tersebut, kata juru bicaranya.
Dia tidak menghadiri Majelis Umum PBB, yang berlangsung saat ini. Ia sengaja memilih tinggal di Myanmar untuk mencoba dan mengendalikan situasi keamanan, kata seorang pejabat pemerintah.
Diperkirakan 410.000 anggota minoritas Muslim Rohingya telah melarikan diri dari negara bagian Rakhine barat ke Bangladesh untuk menghindari serangan militer. PBB telah mencap serangan militer Myanmar adalah contoh dari buku teks tentang pembersihan etnis.
Credit sindonews.com