Kairo (CB) - Presiden Mesir Abdul Fattah as Sisi dan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu untuk pertama kali di
depan umum, yang menurut pemerintah Kairo adalah bagian dari upaya
perdamaian di Timur Tengah.
Pemerintah Mesir dalam pernyataan tertulis mengatakan bahwa keduanya bertemu pada Senin menjelang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, lapor Reuters.
Secara terpisah, Sisi juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kediamannya, tempat mereka sepakat meneruskan upaya menuju penyelesaian dua-negara.
Pertemuan itu terjadi hanya dua hari setelah Mesir berhasil meyakinkan kelompok Hamas di Palestina untuk membubarkan pemerintahan, yang mengatur Jalur Gaza. Hamas juga bersedia menggelar perundingan dengan pesaing politik mereka di Palestina, Fatah.
Sepanjang 10 tahun belakangan, Mesir bergabung dengan Israel dalam memberlakukan pengucilan jalur darat, udara, dan laut ke Jalur Gaza, sebagai bagian dari upaya menghukum Hamas, yang memerintah Gaza sejak perang Palestina pada 2007.
Sementara itu, Netanyahu dalam beberapa pekan belakangan mengatakan bahwa hubungan Israel dengan negara tetangganya semakin baik dan menegaskan hubungan kerja sama "dalam beberapa hal di tingkatan berbeda".
Mesir juga merupakan salah satu dari sedikit negara Arab yang pertama mengakui Israel sebagai negara dalam perjanjian damai tahun 1979--yang saat itu disponsori oleh Amerika Serikat.
Di sisi lain, Mesir juga masih sering mengkritik kebijakan Israel yang terus melakukan perampasan tanah yang akan menjadi bagian dari wilayah masa depan negara Palestina.
Dalam beberapa pekan lalu, Mesir menjadi tuan rumah sejumlah delegasi dari Fatah dan Hamas untuk membantu mereka mencapai kesepakatan. Ketiga pihak itu juga merundingkan perbatasan Gaza.
Namun demikian, reunifikasi antara Hamas dan Fatah, yang telah bersaing mendapatkan kekuasaan di Jalur Gaza dan Tepi Barat selama 10 tahun terakhir, masih sangat bergantung pada bagaimana mereka membagi kewenangan.
Dengan tekanan pengucilan dari Mesir dan Israel, Hamas terpaksa berhubungan baik dengan Kairo, yang menguasai salah satu perbatasan di daerah tersebut. Mesir di bawah kekuasaan Sisi juga khawatir akan hubungan Hamas dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, yang digulingkan sang jenderal setelah unjuk rasa besar kebangkitan Arab pada 2013.
Pemerintah Mesir dalam pernyataan tertulis mengatakan bahwa keduanya bertemu pada Senin menjelang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, lapor Reuters.
Secara terpisah, Sisi juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kediamannya, tempat mereka sepakat meneruskan upaya menuju penyelesaian dua-negara.
Pertemuan itu terjadi hanya dua hari setelah Mesir berhasil meyakinkan kelompok Hamas di Palestina untuk membubarkan pemerintahan, yang mengatur Jalur Gaza. Hamas juga bersedia menggelar perundingan dengan pesaing politik mereka di Palestina, Fatah.
Sepanjang 10 tahun belakangan, Mesir bergabung dengan Israel dalam memberlakukan pengucilan jalur darat, udara, dan laut ke Jalur Gaza, sebagai bagian dari upaya menghukum Hamas, yang memerintah Gaza sejak perang Palestina pada 2007.
Sementara itu, Netanyahu dalam beberapa pekan belakangan mengatakan bahwa hubungan Israel dengan negara tetangganya semakin baik dan menegaskan hubungan kerja sama "dalam beberapa hal di tingkatan berbeda".
Mesir juga merupakan salah satu dari sedikit negara Arab yang pertama mengakui Israel sebagai negara dalam perjanjian damai tahun 1979--yang saat itu disponsori oleh Amerika Serikat.
Di sisi lain, Mesir juga masih sering mengkritik kebijakan Israel yang terus melakukan perampasan tanah yang akan menjadi bagian dari wilayah masa depan negara Palestina.
Dalam beberapa pekan lalu, Mesir menjadi tuan rumah sejumlah delegasi dari Fatah dan Hamas untuk membantu mereka mencapai kesepakatan. Ketiga pihak itu juga merundingkan perbatasan Gaza.
Namun demikian, reunifikasi antara Hamas dan Fatah, yang telah bersaing mendapatkan kekuasaan di Jalur Gaza dan Tepi Barat selama 10 tahun terakhir, masih sangat bergantung pada bagaimana mereka membagi kewenangan.
Dengan tekanan pengucilan dari Mesir dan Israel, Hamas terpaksa berhubungan baik dengan Kairo, yang menguasai salah satu perbatasan di daerah tersebut. Mesir di bawah kekuasaan Sisi juga khawatir akan hubungan Hamas dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, yang digulingkan sang jenderal setelah unjuk rasa besar kebangkitan Arab pada 2013.
Credit antaranews.com