Jumat, 22 September 2017

Manuskrip Voynich, Dokumen Berusia 600 Tahun yang Penuh Teka-Teki Tak Terungkap


Foto salah satu halaman di Manuskrip Voynich (Foto: Paris Review)
Foto salah satu halaman di Manuskrip Voynich (Foto: Paris Review)





MESKI manusia telah mencapai kemajuan teknologi yang luar biasa dalam beberaoa ratus tahun terakhir, masih ada sejumlah misteri dari abad silam yang masih menjadi perhatian dan belum terpecahkan sampai hari ini. Salah satu benda misterius yang masih menarik keingintahuan para peneliti tersebut adalah Manuskrip Voynich.
Manuskrip Voynich adalah sebuah sebuah dokumen yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-15 yang dipenuhi dengan kode-kode tersembunyi yang belum terpecahkan dan ilustrasi aneh yang tampaknya memiliki rahasia. Nama dokumen tersebut diambil dari seorang penjual buku asal Polandia, Wilfrid Voynich yang menemukan manuskrip luar biasa itu pada 1912.

"Fakta bahwa ini adalah manuskrip abad ke 13 yang ditulis dalam sandi meyakinkan saya bahwa dokumen ini pasti merupakan karya yang sangat penting, dan sepengetahuan saya, tidak ada manuskrip dari masa-masa lampau yang ditulis seluruhnya dalam bentuk sandi. Dua masalah yang kemudian muncul, naskah ini harus diungkap dan sejarah manuskrip harus dilacak,” kata Voynich saat itu seperti dikutip Vox.
Terkait sejarah dokumen tersebut, meski Voynich mengklaim masnukripnya berasal dari abad ke-13, hasil penelusuran dengan metode carbon dating menunjukkan manuskrip setebal 234 halaman itu ditulis antara1404 sampai 1438. Para peneliti meyakini dokumen tersebut berasal dari Eropa Tengah meski tidak ada catatan sebelumnya mengenai keberadaan manuskrip itu.
Saat pertama kali terpantau dalam sejarah, Manuskrip Voynich sudah berusia ratusan tahun dan tidak ada yang dapat membacanya.
Manuskrip tersebut memiliki tujuh bagian terpisah, yang kemudian diberi nama oleh para peneliti dan penggemarnya dengan istilah konvensional yang biasa digunakan: botani, astronomi, kosmologi, zodiak, biologi, farmasi, dan resep.
Bagian pertama adalah bagian botani, yang menghabiskan sekira setengah dari total halaman manuskrip dan berisi gambar tumbuh-tumbuhan. Beberapa dari tumbuhan tersebut tampak seperti tanaman nyata sedang sebagian lainnya tampak tidak pernah ada.
Mengikuti bagian botani adalah bagian astronomi, dengan gambar matahari, bulan, dan bintang; kemudian bagian kosmologi, dengan gambar desain geometris melingkar serta bagian zodiak, yang menampilkan lambang tanda zodiak.
Bagian biologi diisi dengan ilustrasi manusia telanjang, kebanyakan wanita, dalam rangkaian tabung atau bak mandi berisi cairan. Di bagian farmasi, ilustrasi wadah berjejer di samping ilustrasi ramuan tumbuhan. Dan pada bagian akhir yaitu resep, tidak ada ilustrasi yang tergambar sama sekali, hanya baris demi baris teks yang tidak dapat dipahami dan setiap paragraf yang ditandai dengan bintang di marginnya.
Sepanjang sejarah, sejumlah ahli pemecah sandi telah berusaha menganalisa dan mengurai kode di dalam Manuskrip Voynich, dan beberapa di antara mereka mengajukan analisis yang tampaknya masuk akal, salah satunya adalah Nicholas Gibbs. Ahli dalam bidang manuskrip abad pertengahan berpendapat bahwa Manuskrip itu ditulis dalam bahasa latin yang disingkat seperti monogram.                                                  

"Tulisan (dalam Manuskrip Voynich) terdiri dari beberapa huruf pilihan, yang digabungkan mewakili keseluruhan kata, tidak berbeda dengan monogram," tulisnya dalam artikel di Times Literary Supplement. Gibbs berpendapat, ada halaman indeks yang memuat arti-arti singkatan dalam Manuskrip Voynich yang hilang membuat dokumen itu hampir mustahil untuk dipecahkan. Namun, teori Gibbs mendapat bantahan dari beberapa ahli dokumen abad pertengahan lainnya yang meyakini bahwa bahasa yang dignakan dalam manuskrip tersebut bukanlah bahasa Latin.
Selama Perang Dunia II, upaya pemecahan kode yang terkandung dalam Manuskrip Voynich juga dilakukan tetapi gagal membuahkan hasil. Pada 2013, muncul sebuah sugesti dari para peneliti bahwa Manuskrip Voynich sebenarnya adalah sebuah hoax alias tipuan yang tidak memiliki arti apa-apa.

"Ada banyak teks terenkripsi sejak Abad Pertengahan dan 99,9 persen telah dipecahkan. Jika Anda memiliki keseluruhan buku, seperti ini, seharusnya 'cukup mudah' untuk memcahkannya karena ada banyak bahan untuk dianalisa dan digunakan (untuk memecahkannya). Fakta bahwa (Manuskrip Voynich) belum pernah didekripsi adalah argumen yang kuat untuk teori hoax,” kata ahli kriptografi Klaus Schmeh sebagaimana dilansir Atlas Obscura.
Saat ini Manuskrip Voynich tersimpan di Perpustakaan Buku dan Manuskrip Langka Beinecke di Universitas Yale, Amerika Serikat (AS). Selama enam abad keberadaan Manuskrip Voynich, diketahui belum ada yang bisa mengartikan satu kata dari tulisan di dalamnya atau mendapatkan sesuatu yang berguna dari dokumen misterius itu.
Namun, meski tidak diketahui apa yang sebenarnya tertulis di dalam manuskrip tersebut, banyak ahli, peneliti, bahkan pengusaha yang mencurahkan pemikiran, daya, upaya bahkan harta mereka untuk mengungkap isinya. Mungkin, suatu hari apa yang terkandung dalam Manuskrip Voynich akhirnya terungkap dan meski isinya mungkin tak sesuai harapan, setidaknya bisa memuaskan rasa penasaran para penelitinya.                                                    




Credit  okezone.com