Senin, 25 September 2017

Junta Militer Thailand Ingin Terus Berkuasa


Junta Militer Thailand Ingin Terus Berkuasa Prayuth Chan-ocha menyebut ingin menciptakan stabilitas politik ketika memimpin kudeta militer atas pemerintahan Yingluck Shinawatra pada 2014. (Reuters/Athit Perawongmetha)



Jakarta, CB -- Dengan mengenakan jas berwarna gelap, pemimpin junta militer Thailand Prayuth Chan-ocha terlihat tidak selaras dengan kondisi di sekelilingnya.

Di depan kamera dan warga desa, Prayuth menyetir traktor di sawah yang berlumpur.

Acara pengambilan gambar Perdana Menteri Thailand ini dipuji oleh para petani yang menonton, sementara kunjungan ke wilayah Suphan Buri pada Senin (18/9) ini mendorong seorang tokoh politik setempat memintanya tetap berkuasa hingga 10 tahun ke depan. 

Kegiatan politik di Thailand dibekukan sejak Prayuth memimpin kudeta militer pada 2014, namun para politisi negara itu pun bertanya-tanya apakah kegiatan yang tampak seperti kampanye itu memang benar-benar kampanye agar dia tetap menjadi pemimpin negara itu.

Perjalanan ke daerah pedesaan, akun Facebook baru dan dukungan sejumlah kelompo politik semakin menambah kecurigaan atas rencana untuk tetap mendudukan Prayuth di tampuk kekuasaan.

Kecurigaan itu tetap muncul meski pemerintah militer menjanjikan pemilu pada tahun depan.

"Bukan satu hal luar biasa dia berkeliling provinsi, berkampanye, sebagai persiapan untuk menjadi perdana menteri lagi," kata Chaturon Chaisang, ketua partai Pheu Thai, yang selalu menang dalam pemilu di Thailand meski berganti nama berulang kali.
Junta Militer Thailand Berencana jadi PM
Kegiatan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha ke daerah pedesaan semakin sering dilakukan dan kini setiap bulan rapat kabinet diadakan di daerah.(Reuters/Athit Perawongmetha)
Sejak Agustus, Prayuth telah mengunjungi enam propinsi termasuk tempat-tempat yang secara tradisional dianggap sebagai tempat penting dalam perebutan suara di pemilu.

Perjalanan dengan kabinetnya itu sekarang diadakan tiap bulan.

Dalam tiga tahun sebelumnya, Prayuth hanya dua kali melakukan perjalanan keluar Bangkok.

"Saya di sini bukan untuk membuat rakyat mencintai saya, tetapi saya ingin semua orang mencintai negara ini," kata Prayuth di hadapan para petani di wilayah Suphan Buri.

Petani bernama Samruay Tongratet pun berpendapat: "Jika perdana mengeri benar-benar bisa membantu rakyat miskin, dia boleh menjadi perdana menteri selama dia mau."

Kantor Prayuth sendiri menolak memberi komentar terkait rencana menempatkan dia terus berkuasa di Thailand.

Kremasi dan Raja baru

Panggung politik tidak akan benar-benar kembali bergeliat hingga bulan depan yaitu setahun setelah acara kremasi Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal bulan Oktober lalu, dan penobatan putra mahkota Maha Vajiralongkorn menjadi Raja Thailand.

Hingga masa berkabung tersebut selesai, Prayuth menguasi panggung politik sendirian.

"Itu sebabnya dia merasa perlu mengadakan rapat kabinet di propinsi-propinsi, bertindak lebih sebagai politisi, mengadakan rapat umum dan bertemu warga," kata Thitinan Pongsudhirak, dari Universitas Chulalongkorn.

Thitinan juga menggarisbawahi tanda-tanda bahwa Prayuth memang ingin tetap menjadi perdana menteri.

Bulan lalu, Prayuth membuka satu laman di Facebook dengan foto dia berjalan sambil memegang bahu seorang petani dan memberi sumbangan pada para biksu.

Laman itu sekarang telah disukai oleh 11 ribu orang.

Jajak pendapat pada bulan Juni memperlihatkan bahwa 53 persen warga Thailand menginginkan Prayuth untuk kembali berkuasa sebagai perdana menteri untuk satu periode lagi.

Meski pertumbuhan ekonomi Thailand tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lain dan para pembangkang sangat ditekan, jajak pendapat menunjukkan bahwa para pendukung Prayuth menyambut stabilitas yang tercipta sejak kudeta militer. 

Stabilitas yang saat kudeta disebut Prayuth sebagai tujuan ini memang masih harus dibuktikan di masa pemilu mendatang. Sebelum kudeta, Thailand selama lebih dari satu dekade terpecah secara politis antara dua faksi.

Satu faksi adalah kubu "kuning" Partai Demokrat yang populer di kalangan pemilih dari kelas menengah dan mendapat dukungan kuat di Bangkok dan sebagian wilayah Thailand Selatan.

Faksi lain adalah gerakan "merah" dari Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang disingkirkan. Gerakan ini didukung oleh pemilih miskin, terutama di wilayah Thailand Timur Laut yang padat penduduk.

Adik perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra, disingkirkan dalam kudeta pimpinan Prayuth pada 2014. Dia melarikan diri dari Thailand bulan lalu sebelum keputusan sidang pengadilan kasus korupsi yang melibatkan dia.

Situasi ini membuat Thailand kehilangan ketua partai yang karismatik untuk bisa melawan Prayuth dalam pemilu mendatang.

'Perdana menteri dari luar'

Secara teknis Prayuth tidak bisa ikut dalam pemilu tahun depan karena dia harus mengundurkan diri dari militer Juli lalu, akan tetapi UUD baru yang dibuat dengan restu militer memberi dia jalan lain untuk bisa menjadi perdana menteri.

Dia bisa dipilih sebagai "perdana menteri dari luar"- yang oleh UUD baru diperkirakan terjadi jika partai pemenang pemilu tidak bisa mendapatkan suara cukup bagi calon yang diajukan ke majelis rendah parlemen.

Jika hal ini terjadi maka majelis tinggi parlemen, dengan 250 anggota ditunjuk oleh militer, yang akan memutuskan.

Prayuth masih tetap membutuhkan dukungan dari duapertiga anggota majelis rendah.

Hingga kini dua partai terbesar Thailand masih belum menyatakan dukungan pada Prayuth, namun politisi-politisi kecil mulai bergerak.

Paiboon Nititawan, mantan dewan reformasi yang sudah dibekukan, mendirikan Partai Reformasi Rakyat untuk menjadi kendaraan politik Prayuth.

Suchart Chantharachotikul, teman satu angkatan Prayuth di akademi militer, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia sedang berkoordinasi dengan partai-partai kecil untuk membentuk satu kelompok yang mendukung pemimpin junta militer itu.

"Pemerintah militer Prayuth tidak sempurna, tetapi mereka berhasil mengatasi berbagai masalah seperti kerusuhan. Jadi tidak aneh jika dia akan berkuasa empat tahun lagi," kata Suchart.
Junta Militer Thailand Berencana jadi PM
Gerakan pemimpin junta militer ini belum ditanggapi oleh dua partai terbesar Thailand, tetapi sejumlah politisi kecil mulai mempersiapkan kendaraan politik dan dukungan. (Reuters/Athit Perawongmetha)
Prayuth yang suka menciptakan lagu-lagu balada sentimental pun telah memberi isyarat terkait masa depan politiknya yang lebih panjang lewat musik.

Lagu ciptaannya yang berjudul “Jembatan” mengulang satu pesan bahwa dia akan terus bertahan untuk membawa Thailand keluar dari ombak yang kencang.

"Kedua tangan saya tidak akan melepaskanmu," tulis Prayuth dalam lagunya itu.




Credit  cnnindonesia.com