NEW DELHI
- Kementerian Luar Negeri India mengumumkan bahwa mereka akan melakukan
penyelidikan terhadap dugaan bahwa Pakistan menyokong program senjata
nuklir Korea Utara (Korut). New Delhi berjanji akan meminta
pertanggungjawaban bagi pihak-pihak yang membantu ambisi nuklir
Pyongyang.
“Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj menyesalkan tindakan Korut baru-baru ini dan menyatakan bahwa hubungan perkembanganny harus dieksplorasi dan pihak-pihak yang terlibat harus dimintai pertanggungjawabannya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Raveesh Kumar.
Kumar tidak secara langsung menyebut nama Pakistan dalam komentarnya. ”Anda cukup bahan untuk mencoba mencari tahu apa yang sedang kami bicarakan,” katanya ditanya apakah penyelidikan dilakukaan terhadap dugaan keterlibatan Pakistan, seperti dilansir Sputnik, semalam (19/9/2017).
Pakistan, sebuah negara nuklir rival utama India, telah berkali-kali dituduh membantu Korea Utara dalam mengejar ambisi nuklirnya. Pada tahun 2004, Abdul Qadeer Khan, pendiri dan ilmuwan utama program nuklir Pakistan, mengklaim bahwa dia telah menjual rahasia nuklir ke Korea Utara, Libya, dan Iran.
Namun, Islamabad mengklaim bahwa Khan bertindak sendiri bukan atas nama negara.
Kendati demikian, fisikawan nuklir Pakistan, Pervez Hoodbhoy, mengatakan kepada media Jerman, Deutsche Welle, bahwa jika memang ada keterlibatan Pakistan dalam program senjata nuklir Korut, maka tidak mungkin hanya peran individual.
“(Bahan nuklir disimpan di) sebuah instalasi keamanan tinggi di Pakistan dan dijaga dengan jumlah polisi dan intelijen militer yang sangat mengerikan, yang mengelilinginya,” kata Hoodbhoy pada awal September lalu.
”Apalagi, sentrifugal masing-masing memiliki berat setengah ton dan tidak mungkin hal itu bisa diselundupkan ke dalam kotak korek api, jadi pastinya ada keterlibatan pada tingkat yang sangat tinggi.”
India dan Korut sejatinya pernah menikmati hubungan perdagangan yang erat, namun berakhir sejak New Delhi lebih jauh menyatukan dirinya di blok Amerika Serikat.
India telah melarang semua perdagangan ke dan dari Korut kecuali makanan dan obat-obatan. Pada 2016, India merupakan mitra dagang terbesar ketiga Korut, dengan nilai hampir USD200 juta.
India juga membuat program penelitian bersama menjadi teknologi roket di Pusat Ilmu Antariksa dan Teknologi Luar Angkasa Dehradun di Asia dan Pasifik. Program yang menampilkan puluhan ilmuwan tingkat tinggi Korut tersebut, ditutup saat PBB mengatakan bahwa hal itu dapat membantu Pyongyang mendapatkan keahlian untuk membangun rudal balistik dan senjata nuklir.
“Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj menyesalkan tindakan Korut baru-baru ini dan menyatakan bahwa hubungan perkembanganny harus dieksplorasi dan pihak-pihak yang terlibat harus dimintai pertanggungjawabannya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Raveesh Kumar.
Kumar tidak secara langsung menyebut nama Pakistan dalam komentarnya. ”Anda cukup bahan untuk mencoba mencari tahu apa yang sedang kami bicarakan,” katanya ditanya apakah penyelidikan dilakukaan terhadap dugaan keterlibatan Pakistan, seperti dilansir Sputnik, semalam (19/9/2017).
Pakistan, sebuah negara nuklir rival utama India, telah berkali-kali dituduh membantu Korea Utara dalam mengejar ambisi nuklirnya. Pada tahun 2004, Abdul Qadeer Khan, pendiri dan ilmuwan utama program nuklir Pakistan, mengklaim bahwa dia telah menjual rahasia nuklir ke Korea Utara, Libya, dan Iran.
Namun, Islamabad mengklaim bahwa Khan bertindak sendiri bukan atas nama negara.
Kendati demikian, fisikawan nuklir Pakistan, Pervez Hoodbhoy, mengatakan kepada media Jerman, Deutsche Welle, bahwa jika memang ada keterlibatan Pakistan dalam program senjata nuklir Korut, maka tidak mungkin hanya peran individual.
“(Bahan nuklir disimpan di) sebuah instalasi keamanan tinggi di Pakistan dan dijaga dengan jumlah polisi dan intelijen militer yang sangat mengerikan, yang mengelilinginya,” kata Hoodbhoy pada awal September lalu.
”Apalagi, sentrifugal masing-masing memiliki berat setengah ton dan tidak mungkin hal itu bisa diselundupkan ke dalam kotak korek api, jadi pastinya ada keterlibatan pada tingkat yang sangat tinggi.”
India dan Korut sejatinya pernah menikmati hubungan perdagangan yang erat, namun berakhir sejak New Delhi lebih jauh menyatukan dirinya di blok Amerika Serikat.
India telah melarang semua perdagangan ke dan dari Korut kecuali makanan dan obat-obatan. Pada 2016, India merupakan mitra dagang terbesar ketiga Korut, dengan nilai hampir USD200 juta.
India juga membuat program penelitian bersama menjadi teknologi roket di Pusat Ilmu Antariksa dan Teknologi Luar Angkasa Dehradun di Asia dan Pasifik. Program yang menampilkan puluhan ilmuwan tingkat tinggi Korut tersebut, ditutup saat PBB mengatakan bahwa hal itu dapat membantu Pyongyang mendapatkan keahlian untuk membangun rudal balistik dan senjata nuklir.
Credit sindonews.com