WINA
- Perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Iran terlibat dalam perang
kata-kata mengenai bagaimana aktivitas nuklir Teheran harus diawasi.
Keduanya perwakilan itu berdebat sengit dalam pertemuan pengawas nuklir
PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria.
Dalam pertemuan itu, AS kembali mendesak IAEA untuk melakukan verifikasi, dengan melakukan pemantauan langsung di situs nuklir Iran, termasuk milik militer Teheran. Sementara itu Iran menyatakan program nuklir mereka akan terus berlanjut dan tidak perlu adanya pemantauan langsung.
"Kami tidak akan menerima kesepakatan yang dipaksakan dengan lemah atau tidak dipantau secara ketat. AS sangat mendorong IAEA untuk menggunakan otoritas penuhnya untuk memverifikasi kepatuhan Iran terhadap setiap komitmen terkait nuklir di bawah JCPOA," kata Menteri Energi AS, Rick Perry merujuk pada kesepakatan nuklir Iran.
Sementara itu, Kepala nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, dalam pertemuan itu menyebut Washington telah membuat sejumlah tuntutan aneh yang tidak dapat dibenarkan sehubungan dengan verifikasi program nuklir Iran.
"Kami tetap yakin bahwa IAEA akan menolak permintaan yang tidak dapat diterima tersebut dan terus melaksanakan tugasnya dengan objektivitas, keadilan dan ketidakberpihakan yang ketat," ucapnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (18/9).
IAEA memiliki wewenang untuk meminta akses ke fasilitas di Iran, termasuk fasilitas militer, jika ada indikasi baru dan kredibel mengenai aktivitas nuklir terlarang di sana. Namun, para diplomat mengatakan Washington belum memberikan indikasi tersebut.
Sementara itu, Kepala IAEA yang baru, Yukiya Amano mengatakan, sejauh ini pihaknya tidak melihat adanya pelanggaran yang dilakukan Iran terkait dengan kesepakatan tersebut. "Komitmen terkait nuklir yang dilakukan oleh Iran di bawah JCPOA sedang dilaksanakan. Iran sekarang tunduk pada rezim verifikasi nuklir paling kuat di dunia," ucap Amano.
Dalam pertemuan itu, AS kembali mendesak IAEA untuk melakukan verifikasi, dengan melakukan pemantauan langsung di situs nuklir Iran, termasuk milik militer Teheran. Sementara itu Iran menyatakan program nuklir mereka akan terus berlanjut dan tidak perlu adanya pemantauan langsung.
"Kami tidak akan menerima kesepakatan yang dipaksakan dengan lemah atau tidak dipantau secara ketat. AS sangat mendorong IAEA untuk menggunakan otoritas penuhnya untuk memverifikasi kepatuhan Iran terhadap setiap komitmen terkait nuklir di bawah JCPOA," kata Menteri Energi AS, Rick Perry merujuk pada kesepakatan nuklir Iran.
Sementara itu, Kepala nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, dalam pertemuan itu menyebut Washington telah membuat sejumlah tuntutan aneh yang tidak dapat dibenarkan sehubungan dengan verifikasi program nuklir Iran.
"Kami tetap yakin bahwa IAEA akan menolak permintaan yang tidak dapat diterima tersebut dan terus melaksanakan tugasnya dengan objektivitas, keadilan dan ketidakberpihakan yang ketat," ucapnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (18/9).
IAEA memiliki wewenang untuk meminta akses ke fasilitas di Iran, termasuk fasilitas militer, jika ada indikasi baru dan kredibel mengenai aktivitas nuklir terlarang di sana. Namun, para diplomat mengatakan Washington belum memberikan indikasi tersebut.
Sementara itu, Kepala IAEA yang baru, Yukiya Amano mengatakan, sejauh ini pihaknya tidak melihat adanya pelanggaran yang dilakukan Iran terkait dengan kesepakatan tersebut. "Komitmen terkait nuklir yang dilakukan oleh Iran di bawah JCPOA sedang dilaksanakan. Iran sekarang tunduk pada rezim verifikasi nuklir paling kuat di dunia," ucap Amano.
Credit sindonews.com