Presiden Iran Hassan Rouhani
menyatakan, Amerika Serikat akan membayar mahal jika membatalkan
kesepakatan nuklir Iran pada 2015 lalu. (Reuters/farsnews.com/Handout)
Jakarta, CB --
Presiden Iran Hassan Rouhani menyataka, Amerika Serikat akan
membayar mahal jika Presiden AS Donald Trump melaksanakan ancamannya
untuk membatalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2015 lalu.
"Keluar dari kesepakatan semacam itu akan membawa biaya tinggi untuk Amerika Serikat, dan saya tidak yakin orang Amerika bersedia membayar biaya tinggi untuk sesuatu semacam itu. itu tidak berguna bagi mereka," ujar Rouhani seperti dikutip dari CNN.com, Senin (18/9).
Rouhani menjelaskan, pembatalan kesepakatan tersebut, tak akan menghasilkan apa-apa bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, hal tersebut menurut dia, akan menurunkan dan memangkas kepercayaan internasional terhadap Amerika Serikat.
"Keluar dari kesepakatan semacam itu akan membawa biaya tinggi untuk Amerika Serikat, dan saya tidak yakin orang Amerika bersedia membayar biaya tinggi untuk sesuatu semacam itu. itu tidak berguna bagi mereka," ujar Rouhani seperti dikutip dari CNN.com, Senin (18/9).
Rouhani menjelaskan, pembatalan kesepakatan tersebut, tak akan menghasilkan apa-apa bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, hal tersebut menurut dia, akan menurunkan dan memangkas kepercayaan internasional terhadap Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya memperpanjang
keringanan sanksi Iran yang diserukan pada perjanjian nuklir
internasional 2015. Namun, Trump menyebut, kesepakatan tersebut sebagai
kesepakatan terburuk yang pernah ada.
Keputusan sesungguhnya baru akan dikeluarkan pada Oktober mendatang, ketika Trump memutuskan apakah Iran mematuhi kesepakatan tersebut atau dikenal sebagai Joint Comprehensif Plan of Action (JCPOA). Jika tidak, Kongres memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut.
Rouhani yang baru saja dipilih kembali untuk masa jabatan kedua di awal tahun ini merupakan arsitek kunci dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan mitra lainnya.
Keputusan sesungguhnya baru akan dikeluarkan pada Oktober mendatang, ketika Trump memutuskan apakah Iran mematuhi kesepakatan tersebut atau dikenal sebagai Joint Comprehensif Plan of Action (JCPOA). Jika tidak, Kongres memiliki waktu 60 hari untuk memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut.
Rouhani yang baru saja dipilih kembali untuk masa jabatan kedua di awal tahun ini merupakan arsitek kunci dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan mitra lainnya.
Kesepakatan tersebut menyebabkan pencabutan sebagian besar sanksi
internasional terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program
nuklirknya. Kesepakatan tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu
topik yang akan menjadi pembahasan penting pada sidang umum PBB minggu
ini di New York. Pasalnya, baik Trump maupun Rouhani hadir dalam agenda
tahunan PBB tersebut.
Credit cnnindonesia.com