MOSKOW
- Armada tempur Rusia yang dipimpin kapal induk Admiral Kuznetsov telah
mencapai Laut Mediterania setelah dalam perjalananannya memicu
kegemparan di negara-negara Barat. Demikian disampaikan Menteri
Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu.
Shoigu mengatakan bahwa Moskow
telah terkejut oleh sikap negara-negara yang menolak masuk kapal perang
dari armada itu ke pelabuhan mereka. Dia mempertanyakan keputusan
negara-negara Barat siapa lawan mereka sebenarnya, apakah teroris atau
Rusia.
”Pergerakan kapal kami telah menyebabkan kegemparan di antara mitra Barat kami,” kata Shoigu, yang dikutip Russia Today, semalam (1/11/2016).
”Tapi
yang paling mengejutkan adalah posisi negara tertentu yang di bawah
tekanan Amerika Serikat dan NATO, yang secara terbuka telah menolak
masuk kapal perang (Rusia) ke pelabuhan mereka,” ujarnya.
”Itu
tidak mempengaruhi jadwal gerakan mereka (armada kapal induk) di
sepanjang rute yang dipilih, karena mereka telah disediakan dengan semua
sumber daya yang diperlukan,” imbuh Shoigu.
Menteri Pertahanan
Rusia itu mencatat bahwa keputusan beberapa negara Barat yang menolak
kapal Rusia masuk ke pelabuhan mereka. ”Barat telah menunjukkan
bagaimana pada kenyataannya,” ujar Shoigu.
”Ini adalah waktu
untuk rekan-rekan Barat kami untuk memutuskan siapa yang mereka perangi
sebenarnya, teroris atau Rusia. Sebagaimana salah satu penyair pernah
berkata, 'seseorang tidak dapat duduk di satu (lokasi) dan tempat yang
sama pada kereta api yang berbeda',” sambung Shoigu.
Sekretaris
Jenderal NATO Jens Stoltenberg sempat mengkritik pengerahan armada kapal
induk Rusia ke Laut Mediterania yang dia sebut akan digunakan untuk
misi tempur di Suriah. ”Kami prihatin dan saya telah menyatakan bahwa
sangat jelas tentang penggunaan potensi kelompok pertempuran ini untuk
meningkatkan kemampuan Rusia dan menjadi platform untuk serangan udara terhadap Suriah,” katanya.
Rusia
mengkritik balik NATO dengan menyebut komentar Stoltenberg tidak
membangun. Rusia menegaskan armada kapal induk Admiral Kuznetsov tidak
mengambil peran untuk misi tempur di Suriah, tapi hanya patroli rutin di
Laut Mediterania.
Credit Sindonews