Kamis, 16 Juni 2016

Molekul asimetris pertama kali ditemukan di luar angkasa


 
Molekul asimetris pertama kali ditemukan di luar angkasa
Foto ilustrasi dari NASA yang dirilis Kamis (31/5/2012) menunjukkan langit malam sesaat sebelum peleburan galaksi Bima Sakti dengan galaksi Andromeda yang berdekatan. Sekitar 3,75 milyar tahun dari sekarang, cakram Andromeda akan mengisi bidang pandang dan gravitasinya akan mulai menciptakan distorsi pasang di galaksi Bima Sakti. Gambaran ini terinspirasi oleh permodelan komputer dinamik dari benturan kedua galaksi di masa yang akan datang. Kedua galaksi akan bertubrukan sekitar 4 milyar tahun dari sekarang dan membentuk galaksi tunggal sekitar 6 milyar tahun lagi. (REUTERS/NASA,ESA, Z. Levay and R. van der Mrel (STScl), and A. Mellinger/Handout)
 
Cape Canaveral (CB) - Peneliti untuk pertama kalinya menemukan molekul organik rumit di antariksa, yang memiliki kerangka asimetris serupa dengan unsur penyusun kehidupan di bumi.

Peneliti pada Selasa menyatakan mendapati molekul organik rumit disebut "propylene oksida" dalam muatan debu dan gas berawan raksasa di dekat pusat galaksi Bima Sakti, lapor Reuters.

Molekul itu memiliki sepasang unsur penyusun serupa hingga tampak mirip tangan manusia, susunan itu disebut dengan kiralitas.

Peneliti sejak lama memikirkan alasan mahluk hidup hanya tersusun atas satu jenis molekul tertentu, misalnya ribosa, karbon penyusun asam deoksiribo nukleat (DNA).

Temuan propylene oksida di luar angkasa kian menguatkan teori bahwa kiralitas pada molekul asalnya terjadi di luar angkasa.

"Ini lompatan dalam usaha mengetahui bagaimana molekul prebiotik dibentuk di alam semesta, berikut dampaknya bagi asal usul kehidupan," kata Brett McGuire, seorang ahli kimia dari Observatorium Astronomi Nasional (NRAO) di Charlottesville, Virginia.

Jenis molekul itu cukup penting bagi studi biologi.

Materi itu telah ditemukan di meteorit Bumi, dan komet di sistem tata surya, tetapi baru saat ini dinyatakan ada di bentangan luas galaksi di luar angkasa.

Temuan itu menguatkan dugaan bahwa penyusunan molekul organik yang memungkinkan adanya kehidupan di Bumi telah disusun di luar angkasa, mengingat jejaknya yang ditemukan di meteorit dan komet.

Peneliti pada Mei lalu turut menemukan asam amino glisin di komet.

Materi itu digunakan oleh mahluk hidup untuk membuat protein dalam tubuhnya.

Dalam kajian terbarunya, peneliti menggunakan teleskop radio guna mengamati lebih detil dari jarak tertentu unsur kimia dalam molekul tersebut, khususnya pada proses pembentukan bintang oleh kumpulan gas berawan dan debu luar angkasa.

Saat berada di ruang hampa udara, molekul itu mengirimkan sinyal getar, tampak seperti gelombang radio yang berbeda.

Namun, bagi peneliti, sinyal kompleks terikat dengan propylene oksida tidak cukup kuat menentukan orientasi arah molekul tersebut.

Layaknya bayangan tangan, cukup mustahil mengetahui tangan kanan atau kiri yang sedang mengejar bayangannya, kata mahasiswa pascasarjana kimia Institut Teknologi California, Brandon Carroll.

Peneliti menyatakan, kajian selanjutnya akan melacak bagaimana interaksi cahaya yang terpolarisasi dengan molekul mampu mengungkap kemungkinan satu jenis dari propylene oksida itu dominan di luar angkasa.

Hasil riset tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah "Science".

Peneliti akan memaparkan temuannya dalam pertemuan penggiat astronomi Amerika Serikat pada Selasa di San Diego.




Credit  ANTARA News