ANKARA
- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan, dia menentang
vandalisme. Namun, dia mengkritik kekuatan berlebihan yang digunakan
polisi Prancis terhadap demonstran dan mempertanyakan sikap Uni Eropa
(UE) terhadap Paris.
"Kami tidak pernah mendukung vandalisme. Ketika kami menyaksikan vandalisme di negara kami, kami melihat negara-negara (Eropa) ini sangat mendukungnya melalui LSM, politisi dan pers. Turki tetap menjadi agenda setiap hari," ucap Cavusoglu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (12/10).
"Hari ini, ada demonstrasi di Prancis, kami kadang-kadang melihat mereka menjadi ekstrim. Kami menentang vandalisme, tetapi kekuatan berlebihan yang digunakan oleh polisi Prancis benar-benar sebuah pelajaran. Sikap UE dan negara Eropa juga merupakan pelajaran. Sikap pers dalam konteks ini adalah bencana total. Itulah yang kami sebut 'standar ganda'. Itulah yang kami sebut kemunafikan," ungkapnya.
Cavusoglu menyebut negara-negara Eropa lainnya tidak banyak menyampaikan kecaman terhadap kekerasan yang dilakukan polisi ketika mereka memandang Prancis sebagai anggota UE, atas nama solidaritas. Dia menuturkan, Prancis harus dikritik karena menegakkan kebijakan yang melanggar standar dan nilai-nilai UE.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa, meskipun adanya demonstrasi di negara Eropa, benua itu masih merupakan tempat paling stabil dibandingkan dengan dunia dan berharap demonstrasi segera berakhir.
"Kami tidak pernah mendukung vandalisme. Ketika kami menyaksikan vandalisme di negara kami, kami melihat negara-negara (Eropa) ini sangat mendukungnya melalui LSM, politisi dan pers. Turki tetap menjadi agenda setiap hari," ucap Cavusoglu, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (12/10).
"Hari ini, ada demonstrasi di Prancis, kami kadang-kadang melihat mereka menjadi ekstrim. Kami menentang vandalisme, tetapi kekuatan berlebihan yang digunakan oleh polisi Prancis benar-benar sebuah pelajaran. Sikap UE dan negara Eropa juga merupakan pelajaran. Sikap pers dalam konteks ini adalah bencana total. Itulah yang kami sebut 'standar ganda'. Itulah yang kami sebut kemunafikan," ungkapnya.
Cavusoglu menyebut negara-negara Eropa lainnya tidak banyak menyampaikan kecaman terhadap kekerasan yang dilakukan polisi ketika mereka memandang Prancis sebagai anggota UE, atas nama solidaritas. Dia menuturkan, Prancis harus dikritik karena menegakkan kebijakan yang melanggar standar dan nilai-nilai UE.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa, meskipun adanya demonstrasi di negara Eropa, benua itu masih merupakan tempat paling stabil dibandingkan dengan dunia dan berharap demonstrasi segera berakhir.
"Kami
tidak ingin ekonomi negara-negara (Eropa) ini menjadi rusak. Kami
adalah bagian dari benua ini juga dan memang benar bahwa ada masalah dan
masalah yang tidak kami rasakan. Namun, itu masih yang paling stabil,
benua yang aman dan berkembang secara ekonomi dibandingkan dengan dunia.
Kami ingin tetap seperti itu dan maju lebih jauh, yang juga
menguntungkan kami," tukasnya.
Credit sindonews.com