Lebih dari 100 jemaat gereja ditahan.
CB,
BEIJING -- Otoritas Cina dilaporkan telah menahan lebih dari 100
anggota gereja Kristen yang tidak terdaftar dan pendeta ternama mereka,
seiring terus berlanjutnya langkah penertiban yang dilakukan Partai
Komunis Cina terhadap agama yang terorganisasi.
Polisi
Cina dilaporkan telah menggerebek rumah-rumah jemaat Gereja Perjanjian
Hujan Awal (Early Rain Covenant) di kota Chengdu pada Ahad (9/12) malam,
termasuk rumah pemimpinnya yang kritis, pendeta Protestan, Wang Yi.
Harian
The South China Morning Post melaporkan
otoritas Cina juga telah memblokir akun media sosial anggota gereja
tersebut selama berlangsungnya penggerebekan, dan memutus saluran
telepon di gereja itu. Gereja Early Rain Covenant mengatakan di halaman
Facebooknya
bahwa jumlah jemaat gereja mereka yang ditahan semakin bertambah
pasca-penggerebekan lanjutan yang dilakukan pada Senin dan Selasa pagi,
dan menuduh polisi Cina telah melakukan penyerangan secara fisik kepada
beberapa jamaah dan menginjak kaki mereka.
Pendeta
Wang Yi dan istrinya tetap ditahan, meskipun beberapa pemimpin gereja
senior lainnya telah dibebaskan tetapi masih terus diawasi di rumah
mereka. Enhui Cao, seorang anggota Gereja Early Rain Covenant yang juga
seorang guru di sekolah dasar milik gereja itu, mengatakan kepada
ABC
bahwa penggerebekan bisa jadi merupakan bentuk dari kritik terbuka yang
disampaikan Wang terhadap peraturan baru Pemerintah Cina tentang urusan
agama.
Photo: Pihak berwenang di China menertibkan agama-agama diantaranya dengan menyingkirkan salib dari gereja-gereja Kristen.
(ABC News)
Peraturan-peraturan
itu, yang mulai diberlakukan pada Februari nanti, mengharuskan gereja
yang dilangsungkan di rumah independen seperti yang dikelola Wang harus
mendaftarkan diri secara resmi. Hal itu untuk mendapat persetujuan atau
ditolak oleh kader partai setempat.
"Sejauh
menyangkut keyakinan, peraturan baru ini jahat; sejauh menyangkut
konstitusi, mereka ilegal; sejauh menyangkut politik, mereka bodoh,"
tulis Wang awal tahun ini.
"Saya bermaksud untuk secara damai menolak legitimasi dan implementasi regulasi ini."
Gereja
Early Rain Covenant mengatakan dalam pengumuman terakhirnya selasa
(11/12) sore ini bahwa mereka tidak tahu berapa lama rekan-rekan mereka
akan ditahan dan tidak tahu apakah mereka diizinkan untuk memberi kabar
terbaru mengenai kondisi mereka.
"Kami seperti domba
di tengah-tengah serigala, sementara polisi menggunakan mesin-mesin
kekerasan dan cara-cara teknis untuk menangkap dan mengancam orang-orang
Kristen yang lembut dan penuh kebajikan," tulis pernyataan itu.
Lebih
dari 200 anggota gereja termasuk Wang juga telah ditahan pada bulan Mei
lalu, ketika polisi menggerebek upacara peringatan yang mereka adakan
untuk mengenang korban gempa bumi Sichuan 2008.
'Perang' Cina melawan agama
Photo: Pendeta ternama dari Gereja Protestan Perjanjian Hujan Awal, wang Yi, termasuk pemimpin yang kritis terhadap Pemerintah China. (Supplied)
Dalam
sebuah khotbah di Early Rain Covenant Church yang diunggah di akun
Facebook mereka dua minggu lalu, Wang mengkritik "perang" yang dilakukan
Cina terhadap agama-agama di negaranya. Dia juga menyinggung sejumlah
kebijakan Pemerintah Cina terhadap di Tibet dan provinsi Xinjiang - dua
topik yang sangat sensitif bagi para pejabat Cina.
Cina telah dituduh menahan hingga 1 juta etnis Uyghurs di "kamp pendidikan ulang" rahasia di Xinjiang.
"Para
penguasa yang mengobarkan perang ini telah memilih sendiri musuh yang
tidak pernah bisa dipenjara, musuh yang tidak pernah bisa dihancurkan,
musuh yang tidak pernah bisa ditundukkan atau dikendalikan - yaitu, jiwa
manusia," kata Wang.
"Karena itu, mereka ditakdirkan untuk kalah dalam perang ini, mereka ditakdirkan gagal."
Kebebasan
individu untuk mempraktikkan agama secara resmi dijamin oleh konstitusi
Cina, tetapi Partai Komunis Cina telah memperketat kontrol pada
organisasi-organisasi keagamaan, untuk memastikan mereka tetap setia
kepada partai. Presiden Cina Xi Jinping juga mengatakan dia menghendaki
agama-agama di Cina menjadi subjek 'sinifikasi', sebuah proses yang
bertujuan untuk memberikan agama asing seperti Islam dan Kristen
"karakteristik Cina".
Seruan ini telah memicu para
pejabat menyingkirkan bahkan membakar salib di gereja-gereja Kristen,
dan menghancurkan kubah maupun simbol-simbol keagamaan lainnya di
masjid. Alkitab juga dilaporkan telah ditarik dari penjualan di toko
buku
online dan maupun platform belanja
online awal tahun ini.