BEIJING
- Seorang pejabat tinggi militer China menyerukan pendekatan yang lebih
agresif terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) yang melakukan
operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan. Petinggi militer itu
menyarankan agar kapal perang Washington diserang jika melanggar
kedaulatan Beijing.
Dai Xu, seorang kolonel senior di Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat dan presiden Institute of Marine Safety and Cooperation, mengatakan Beijing seharusnya tidak mengizinkan kapal perang Amerika untuk menciptakan gangguan.
"Jika kapal perang AS masuk ke perairan China lagi, saya sarankan dua kapal perang harus dikirim; satu untuk menghentikannya, dan satu lagi untuk menabraknya," kata Dai dalam konferensi yang diselenggarakan oleh tabloid China, Global Times, yang dikutip Business Insider, Selasa (11/12/2018).
Dai menambahkan bahwa operasi kebebasan navigasi Washington adalah provokasi terhadap Beijing dan gangguan terhadap kedaulatan negara.
Petinggi militer itu juga mengklaim bahwa China tidak pernah mengusik operasi AS di perairan internasional, tetapi Washington seharusnya tidak boleh masuk ke perairan China.
AS telah meningkatkan operasinya di Laut China Selatan, di mana beberapa negara, termasuk Filipina, China, Malaysia, Brunei dan Vietnam memiliki klaim yang saling tumpang tindih.
Konfrontasi terbaru antara Washington dan Beijing terjadi pada bulan November ketika angkatan laut China mengirim pasukannya untuk memperingatkan sebuah kapal perang AS yang berlayar melalui perairan yang disengketakan.
Kapal perang Angkatan Laut AS, USS Chancellorsville, saat itu melakukan operasi kebebasan navigasi di dekat Kepulauan Paracel.
Menurut laporan dari South China Morning Post, Komando Teater Selatan China mengklaim bahwa kapal perang AS memasuki perairan di sekitar Paracel tanpa persetujuan pemerintah China.
Dai Xu, seorang kolonel senior di Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat dan presiden Institute of Marine Safety and Cooperation, mengatakan Beijing seharusnya tidak mengizinkan kapal perang Amerika untuk menciptakan gangguan.
"Jika kapal perang AS masuk ke perairan China lagi, saya sarankan dua kapal perang harus dikirim; satu untuk menghentikannya, dan satu lagi untuk menabraknya," kata Dai dalam konferensi yang diselenggarakan oleh tabloid China, Global Times, yang dikutip Business Insider, Selasa (11/12/2018).
Dai menambahkan bahwa operasi kebebasan navigasi Washington adalah provokasi terhadap Beijing dan gangguan terhadap kedaulatan negara.
Petinggi militer itu juga mengklaim bahwa China tidak pernah mengusik operasi AS di perairan internasional, tetapi Washington seharusnya tidak boleh masuk ke perairan China.
AS telah meningkatkan operasinya di Laut China Selatan, di mana beberapa negara, termasuk Filipina, China, Malaysia, Brunei dan Vietnam memiliki klaim yang saling tumpang tindih.
Konfrontasi terbaru antara Washington dan Beijing terjadi pada bulan November ketika angkatan laut China mengirim pasukannya untuk memperingatkan sebuah kapal perang AS yang berlayar melalui perairan yang disengketakan.
Kapal perang Angkatan Laut AS, USS Chancellorsville, saat itu melakukan operasi kebebasan navigasi di dekat Kepulauan Paracel.
Menurut laporan dari South China Morning Post, Komando Teater Selatan China mengklaim bahwa kapal perang AS memasuki perairan di sekitar Paracel tanpa persetujuan pemerintah China.
Beijing
kemudian mengerahkan pasukan angkatan laut dan udara untuk memantau
kapal USS Chancellorsville dan memperingatkannya agar meninggalkan area
tersebut.
Juru bicara Armada Pasifik AS Nathan Christensesn mengakui kapal perang AS berlayar di dekat pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan."Untuk menentang klaim maritim yang berlebihan dan mempertahankan akses ke perairan seperti yang diatur oleh hukum internasional," katanya.
Juru bicara Armada Pasifik AS Nathan Christensesn mengakui kapal perang AS berlayar di dekat pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan."Untuk menentang klaim maritim yang berlebihan dan mempertahankan akses ke perairan seperti yang diatur oleh hukum internasional," katanya.
Credit sindonews.com