Bukti kejahatan perang Suriah disebut terkuat sejak sidang tuntutan Nazi.
CB,
CANBERRA -- Bukti kejahatan perang sering sulit ditemukan -ia hancur
dalam konflik, atau memang tidak ada catatan yang tersimpan. Namun jaksa
penuntut kejahatan perang, Stephen Rapp, mengatakan bahwa bukti
kejahatan perang di Suriah adalah yang terkuat sejak kejahatan perang
Nazi dalam Perang Dunia II.
Ia berpikir bahwa
penuntutan terhadap pejabat tertinggi rezim Suriah, termasuk Presiden
Bashar al-Assad, tak bisa dihindari. Rapp mengatakan, kelompok yang
dipimpinnya, Komisi untuk Keadilan dan Akuntabilitas Internasional
(CIJA), bekerja dengan warga Suriah di dalam negeri dan telah mampu
mengakses lebih dari 750 ribu halaman dokumen rezim di sana.
"Ini adalah bukti kuat yang belum kami miliki sejak Nuremberg, ketika Nazi dituntut," katanya.
Seperti
Nazi, rezim Suriah menulis semuanya. "Mereka [memiliki] komite
keamanan, komite populer, pusat komando krisis nasional - ada sejumlah
besar informasi," kata Rapp.
Data yang dikumpulkan
tentang kekejaman lebih komprehensif daripada yang dilihatnya dari era
pasca-perang, termasuk kejahatan di Rwanda dan Liberia. CIJA telah
mempekerjakan hampir 100 warga Suriah dan Irak di dalam negeri, dan
beberapa di luar itu, yang terus memiliki akses di dalam negeri,
termasuk mantan polisi, mantan pengacara dan lainnya yang "tahu sistem,
yang berbicara bahasa setempat dan bisa mengumpulkan informasi ini."
Rapp
mengatakan, organisasinya memiliki 600 ribu video yang berasal dari
Suriah, direkam dengan ponsel pintar individu, dan kelompok lain, Arsip
Suriah, memiliki 2 juta rekaman video.
Photo: Hermann Goering duduk di persidangan Nuremberg 1946. (www.freeinfosociety.com)
Beberapa
bukti telah disediakan oleh mantan fotografer forensik di dalam polisi
militer Suriah yang tugasnya mengambil foto ratusan mayat yang tiba di
rumah sakit militer setiap harinya.
"Kami bisa mengidentifikasi setidaknya 800 korban, dan mereka hampir semua demonstran sipil," kata Rapp.
"[Mereka] umumnya warga sipil yang telah disiksa sampai mati dalam tahanan militer Suriah."
"Dan yang tertulis di tubuh mereka adalah nomor tempat di mana mereka terbunuh."
Tak bisa lari
Rusia dan Cina memblokir Dewan Keamanan PBB dari merujuk kejahatan Suriah ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
"Dibutuhkan pengadilan internasional pada akhirnya untuk mengeluarkan surat perintah terhadap pemimpin mereka," kata Rapp.
Tetapi
ada pilihan lain untuk mengejar keadilan, katanya, dan sejumlah kasus
diajukan secara diam-diam terhadap beberapa individu tingkat menengah
yang terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan, dengan setidaknya satu
surat perintah penangkapan akan segera terjadi. Cara-cara itu termasuk
penuntutan di tingkat nasional, di negara ketiga di mana korban memiliki
kewarganegaraan ganda, dan bahkan di bawah "yurisdiksi universal", di
mana dimungkinkan untuk mengadili penyiksaan di manapun di dunia
berdasarkan Konvensi Menentang Penyiksaan, yang telah diratifikasi
sebagian besar negara.
"Membuat para pelaku ditahan
akan menjadi tantangan, tetapi semakin banyak kasus seperti itu akan
diajukan seiring waktu," kata Rapp.
Ia mengatakan
kemampuan Suriah untuk mengabaikan keadilan, yang didukung oleh Rusia,
mengirim pesan bahwa pihak lain bisa melakukan kejahatan serupa -
menyiksa, dan membunuh lawan.
"Kami tak ingin pesan
itu tersebar, dan itu sebabnya saya bekerja sangat keras untuk mencoba
mencari cara lain - bahkan dengan adanya boikot di Dewan Keamanan PBB
-demi menunjukkan bahwa akan ada keadilan."
Photo: Stephen Rapp mengatakan, akan ada hari di mana Presiden Suriah, Bashar al-Assad, ditahan. (Reuters: SANA handout)
Rapp
percaya bahwa dokumen, bukti foto, video dan kesaksian saksi mewakili
peluang yang kuat untuk mencapai penuntutan atas kejahatan perang.
"Tekanan
akan terbentuk, dan jika Assad hidup beberapa dekade lagi, akan datang
suatu masa ketika ia akan berada di bawah surat perintah penangkapan
internasional," katanya.
"Apakah ia akan ditangkap,
siapa tahu, tetapi tentu saja jenis kejahatan ini adalah kejahatan yang
tak dilupakan dunia. Dengan kejahatan semacam ini, pesannya harus: tidak
ada jalan keluar dalam kehidupan ini," kata Rapp.
Ia
mengatakan, orang-orang Suriah yang ia ajak bicara ingin agar kejahatan
terhadap orang-orang yang mereka cintai diakui, lebih dari sekedar
pembalasan dendam.
"Jadi
kami tak akan berhenti melakukan ini. Saya terus mengatakan kepada
mereka selama saya masih hidup, kami akan terus berjuang untuk membuka
pintu menuju keadilan atas kejahatan di Suriah."