Skandal tersebut merupakan proyek jalur pipa gas senilai 9,4 miliar ringgit Malaysia
CB,
 KUALA LUMPUR -- Kementerian Keuangan Malaysia (MoF) baru saja 
mengungkap satu skandal baru yang menyangkut 1MDB. Skandal tersebut 
merupakan proyek jalur pipa gas senilai 9,4 miliar ringgit Malaysia.
Sebanyak 88 persen dana sudah diambil dari anggaran namun jalannya proyek baru mencapai 13 persen
The Star melaporkan proyek ini masih 
tersembunyi rapi dan belum terjamah penyelidikan para petugas bendahara 
negara. Proyek ini ditangani oleh MOF Suria Strategic Energy Resources 
Sdn Bhd (SSER).
Menteri Keuangan Lim Guan Eng 
mengatakan dia telah diberi tahu oleh ofisial dari kebendaharaan negara 
bahwa SSER adalah cabang dari SRC International, perusahaan di bawah 
pinjaman 1Malaysia Development Bhd (1MDB). Operasional SSER sepenuhnya 
dikendalikan oleh MoF yang terbentuk sejak 19 Mei 2016.
Tujuan
 pembentukan adalah mengerjakan Multi-Product Pipeline (MPP) dan 
Trans-Sabah Gas Pipeline (TSGP). Kedua proyek tersebut disetujui oleh 
kabinet pemerintahan pada 27 Juli 2016.
Proyek MPP 
termasuk menangani pipa sepanjang 600 kilometer yang menghubungkan 
Melaka dan Port Dickson ke Jitra, Kedah. Proyek tersebut menelan 
anggaran sekitar 4,53 miliar yuan dan 2,53 miliar RM atau mendekati 5,35
 miliar RM.
Di sisi lain, TSGP membangun pipa gas 
sepanjang 662 kilometer dari Kimanis Gas Terminal ke Sandakan dan Tawau.
 Proyek ini bernilai 3,08 miliar yuan dan 2,14 miliar ringgit Malaysia 
atau jika ditotal sekitar 4,06 miliar ringgit Malaysia.
Kedua
 proyek senilai 9,41 miliar ringgit Malaysia itu diserahkan kepada China
 Petroleum Pipeline Bureau (CPPB) pada 1 November 2016. Perjanjian kerja
 sama ditandatangani oleh jenderal bendahara, Tan Sri Irwan Serigar 
Abdullah, yang sekaligus duduk sebagai direktur utama SSER. Belakangan 
Irwan mengundurkan diri pada 23 Mei silam.
Menurut 
SSER, megaproyek yang berjalan selama tiga tahun tersebut telah dimulai 
pada April 2017. Namun hingga akhir Maret 2018 capaian proyek MPP dan 
TGSP baru sebesar 14,5 persen dan 11,4 persen. Kemajuan proyek ini 
bahkan belum pernah diverifikasi atau diaudit.
Lim 
mengaku kaget setelah tahu uang sebanyak 4,71 miliar ringgit dan 3,54 
miliar ringgit sudah diambil dan diserahkan kepada CPPB. "Jadwal 
pembayaran menurut kontrak didasarkan pada jangka waktu proyek dan bukan
 capaian yang sudah dikerjakan. Lebih buruk lagi, perjanjian kerja sama 
menyebut 85 persen biaya sudah akan dibayarkan pada 1 Maret 2018," 
ungkap Lim.