Pertemuan SAARC: Perdana Menteri India, Narendra Modi, kiri, memberikan
sambutan pada KTT Kerja Sama Regional Asosiasi Asia Selatan ke-18
[SAARC] di Kathmandu tanggal 26 November. Tampak Presiden Afghanistan,
Ashraf Ghani sedang mendengarkan. India menolak upaya Tiongkok untuk
bergabung dengan organisasi delapan bangsa itu. [AFP]
CB - Masa bulan madu baru-baru ini antara India dan Tiongkok
tidak bertahan lama. Kedua bangsa besar ini tergelincir kembali ke
dalam lingkaran buruk, saling tuduh mengenai Kerja Sama Regional
Asosiasi Asia Selatan [SAARC] yang secara tradisi didominasi oleh India.
SAARC terdiri
atas India dan tujuh bangsa lainnya: Afghanistan, Pakistan, Nepal,
Bangladesh, Maladewa, Sri Lanka dan Bhutan. Secara tradisi, India
memandang grup ini sebagai lingkaran pengaruhnya sendiri dan membuat
Tiongkok murka oleh penolakan atas upaya Beijing untuk diterima sebagai
anggota penuh SAARC.
Tiongkok menginginkan keanggotaan dalam SAARC pada KTT organisasi ini
yang ke-18 di Kathmandu, Nepal, pada tanggal 26 dan 27 November. Pada
akhir KTT, India secara khusus menolak perluasan SAARC, yang membuat
Beijing marah besar.
Sekarang, media yang didukung negara di Beijing menuduh India mencoba mengucilkan Tiongkok dari lingkaran SAARC.
“Sebagai anggota terbesar kelompok regional, sejauh ini, India sudah
merasa nyaman mengingat posisinya sebagai nomor satu di klub delapan
anggota itu," tulis analis Narayani Basu di
Asia Times Online
pada tanggal 2 Desember. Namun, India merasa terancam oleh upaya Beijing
untuk bergabung dalam organisasi ini sebagai anggota penuh yang
memiliki hak veto.
“Tiongkok menjadi pengamat pada pengelompokan regional tahun 2006,
tetapi selama ini telah mendesak untuk mendapatkan keanggotaan permanen –
yang memiliki hak veto untuk perjanjian penting – sejak saat itu,”
Asia Times Online melaporkan.
Tiongkok mendesak untuk bergabung dalam SAARC
Asia-Pacific Daily yang diterbitkan oleh Xinhua, kantor berita negara
Tiongkok, biro Kathmandu, memberitakan edisi khusus sebanyak 12 halaman
yang menampilkan menteri kabinet Nepal dan dua mantan menteri luar
negeri yang mendukung kasus Tiongkok untuk bergabung dalam SAARC.
Berita ini ditampilkan hanya beberapa hari setelah Beijing berjanji
untuk menyediakan 10 juta yuan [$1,63 juta USD] setiap tahun dari 2014
hingga 2018 untuk membantu Nepal mengembangkan distriknya di bagian
utara pada perbatasan Wilayah Otonomi Tibet,
Asia Times Online melaporkan.
Tetapi, prakarsa baru Beijing bertabrakan dengan upaya Perdana Menteri India, Nahendra Modi untuk mengubah wacana kebijakan regional India terhadap Asia Selatan.
“Salah satu prioritas strategis kunci pemerintahannya adalah
menetapkan kembali India sebagai pemimpin regional di Asia Selatan.
Kendati mengajak Tiongkok untuk menangani permasalahan kunci di bidang
ekonomi dan geopolitik bilateral, tidak diragukan lagi bahwa Modi tidak
berkeinginan untuk mengizinkan Beijing menginjak posisi India di SAARC,”
Asia Times Online melaporkan.
Namun demikian, bangsa lain di SAARC telah bersedia untuk menampung tawaran Tiongkok.
Strategi yang ditetapkan oleh Xi Jinping
Ralph Winnie, kepala program Tiongkok di Koalisi Bisnis Eurasia,
memberi tahu kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa membantu
bangsa-bangsa Asia Selatan dalam program pengembangan mereka merupakan
bagian tidak terpisahkan dari strategi pertumbuhan Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping.
“Xi ingin menciptakan iklim investasi yang menguntungkan bagi
perusahaan Tiongkok di seluruh Asia Selatan serta di bagian lain benua
ini," kata Winnie. “Ia juga bertekad untuk menunjukkan Tiongkok sebagai
pemangku kepentingan yang bertanggung jawab, yang memenuhi kewajiban
konstruktif dalam statusnya sebagai kekuatan besar dengan negara
tetangganya di seluruh Asia.”
Pengaruh investasi Tiongkok yang terus tumbuh di negara-negara yang
tergabung dalam SAARC memang tidak dapat dielakkan, The Diplomat
melaporkan tanggal 8 Desember.
“Kawasan ini akan memerlukan investor dari luar. Tiongkok merupakan
pilihan yang pasti, mengingat kiprahnya dalam menangani berbagai proyek
infrastruktur besar di luar negeri, dan mempertimbangkan pengeluaran
biaya yang sudah dilakukannya di kawasan ini,"
The Diplomat melaporkan. "Namun, penyertaan Beijing dalam proses ini menghadirkan ... ancaman kritis.”
Mimpi buruk pemerintah India yaitu Beijing bisa menggunakan pengaruh
finansialnya di Islamabad, dan bahkan Sri Lanka atau Nepal [yang juga
mendukung peningkatan status Tiongkok di SAARC] untuk mengucilkan India –
dengan begitu, merusak keseimbangan asosiasi pada saat ini, menurut
The Diplomat.
Pengaruh Tiongkok yang terus tumbuh dalam lingkup SAARC sudah tampak nyata di KTT Nepal bulan November, majalah
India Abroad melaporkan.
7 bangsa mendukung peran Tiongkok
Semuanya, ketujuh negara menupayakan peran Tiongkok yang lebih aktif
di KTT Kathmandu dalam kelompok itu, sementara India terpaksa
mempertegas pandangan bahwa SAARC perlu memperdalam kerjasamanya
terlebih dahulu sebelum memikirkan tentang perluasan,
India Abroad melaporkan.
Ini memperingatkan bahwa pengaruh Tiongkok yang terus tumbuh di
kawasan Asia Selatan tidak dapat dielakkan lagi, meskipun seandainya
India terus berupaya mengeluarkan Beijing dari SAARC. “Ironisnya,
Tiongkok sudah meluaskan pijakannya di kawasan Asia Selatan, bahkan
tanpa menjadi anggota SAARC, dan sepenuhnya dapat dibayangkan bahwa
dalam waktu dekat, Tiongkok muncul sebagai mitra nomor satu bagi semua
negara di kawasan tersebut di bidang perdagangan dan investasi.”
India Abroad membantah, bahwa peran Tiongkok di Asia Selatan
memenuhi kepentingan jangka panjang India dalam meningkatkan keamanan
wilayah, konektivitas dan globalisasi.
“Kenyataannya, semua negara yang mengelilingi India — berkisar dari Thailand di timur hingga Iran di barat — sudah akrab dengan strategi Jalan Sutera Maritim Tiongkok dan seharusnya menjadi pembuka mata,” India Abroad mengingatkan.
Tekad India membuat marah Tiongkok
Marah atas perlawanan India untuk meluaskan SAARC, think-tank
Tiongkok pada 9 Desember menuduh India mencoba mempertahankan
kekuasaannya di blok Asia Selatan, mengklaim India takut bahwa grup
anti-India akan berkembang jika Tiongkok bergabung dalam organisasi itu,
Press Trust of India [PTI] melaporkan.
Liu Zongyi dari Shanghai Institute of International Studies menuduh
India berupaya mempertahankan supremasinya di kawasan itu, kata PTI.
“India bertujuan mengonsolidasikan supremasinya di Asia Selatan dan
mencakup seluruh kawasan dalam lingkaran pengaruhnya, alih-alih
mewujudkan pengembangan dan kesejahteraan bersama," Liu menyatakan.
Credit
APDForum