Tampilkan postingan dengan label AMERIKA SERIKAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AMERIKA SERIKAT. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Mei 2019

Dipimpin Indonesia, Pertemuan 'Anti-Israel' DK PBB Dikecam AS


Dipimpin Indonesia, Pertemuan Anti-Israel DK PBB Dikecam AS
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di forum DK PBB menyerukan penghentian pembangunan permukiman ilegal Israel di tanah Palestina. Foto/Kementerian Luar Negeri Indonesia

NEW YORK - Utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk negosiasi internasional, Jason Greenblatt, melakukan kunjungan mendadak ke PBB pada hari Kamis. Dia datang ketika Dewan Keamanan (DK) PBB yang dipimpin Indonesia mengadakan pertemuan informal yang dia sebut "anti-Israel" karena diadakan untuk mengutuk permukiman Israel.

Greenblatt mengecam pertemuan pada hari Kamis (9/5/2019) waktu New York itu dengan menyebutnya sebagai forum yang "membingungkan dan mengecewakan”.

Selain Indonesia, Afrika Selatan dan Kuwait adalah anggota DK PBB yang mengorganisir pertemuan tersebut. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dan pengkritik Israel lainnya diundang untuk berbicara.

Maliki memuji Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas atas kerjanya sebagai pembawa damai. Dia mengutuk Israel sebagai rezim Zionis yang tidak lagi bersembunyi di balik sifat kolonial sejati dan niatnya untuk mencaplok tanah Palestina. Maliki mengatakan bahwa kolonialisme Israel merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB.

Indonesia, yang menjadi Presiden DK PBB untuk bulan ini, mengirim Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi untuk memimpin pertemuan tersebut.

Menlu Retno mengatakan masalah pemukiman pantas mendapat perhatian penuh DK PBB. "Terus berlangsungnya pembangunan pemukiman ilegal oleh Israel di wilayah pendudukan Palestina tidak dapat diterima,” katanya.

"Masyarakat internasional perlu memastikan akuntabilitas dan penghormatan terhadap hukum internasional," kata diplomat top Indonesia itu mengacu pada pendudukan oleh Israel yang mengabaikan hukum internasional.

Dia juga menyerukan lebih banyak tekanan publik dari masyarakat internasional untuk mengakhiri pembangunan permukiman Israel di tanah Palestina. Menurutnya, hari solidaritas internasional dibutuhkan untuk korban dari permukiman ilegal.

Namun, pertemuan tersebut tidak disukai AS. Washington dan Tel Aviv selama ini menilai DK PBB bias terhadap Israel.

"(Pertemuan) ini membingungkan dan mengecewakan untuk melihat bias anti-Israel yang jelas dan terus-menerus di PBB," kata Greenblatt.

Menyinggung serangan roket Hamas, diplomat Amerika kesal karena kelompok yang berkuasa di Gaza itu tidak dikecam.

"Sangat memalukan bahwa di aula ini terdapat hampir 700 resolusi yang mengecam tindakan Israel, satu-satunya negara demokrasi yang sesungguhnya, namun tidak ada yang mengecam serangan Hamas terhadap Israel.

Greenblatt mengkritik keputusan untuk tidak mengundang Israel ke pertemuan DK PBB. Dia menyebutnya sebagai keputusan mengejutkan dan tidak adil. Dia meminta anggota DK PBB melakukan upaya nyata untuk membawa perdamaian ke wilayah tersebut.

Pemerintahan Trump sendiri diperkirakan akan mengungkapkan rencananya untuk perdamaian di Timur Tengah tahun ini.

"Kami berharap dapat segera menyajikan visi kami," kata Greenblatt. "Sementara itu, kami akan terus berbicara kebenaran, bahkan ketika itu tidak diterima."

Greenblatt membidik gagasan bahwa permukiman Israel harus disalahkan karena kurangnya kesepakatan damai."Mari kita berhenti berpura-pura bahwa permukiman adalah apa yang dipelihara dari solusi damai yang dinegosiasikan. Fokus lelucon dan obsesif pada satu aspek konflik yang rumit ini tidak membantu siapa pun," katanya, seperti dikutip Fox News, Jumat (10/5/2019). 



Credit  sindonews.com




Kapal Korut yang Ditangkap Indonesia Dibawa AS ke Samoa Amerika


Kapal Korut yang Ditangkap Indonesia Dibawa AS ke Samoa Amerika
Kapal kargo The Wise Honest Korea Utara yang ditangkap Indonesia disita oleh Amerika Serikat. Foto/Department of Justice/Handout via REUTERS

PAGO PAGO - Sebuah kapal kargo Korea Utara (Korut) yang ditangkap Indonesia dan disita atau direbut oleh Amerika Serikat (AS) telah tiba di Samoa Amerika. Di negara kepulauan di Samudra Pasifik inilah kapal tersebut akan menjalani inspeksi.

Kapal kargo The Wise Honest ditangkap otoritas berwenang Indonesia karena dicurigai digunakan untuk melanggar sanksi internasional. The Wise Honest telah ditarik ke pelabuhan Pago Pago pada Sabtu pagi dan berlabuh di bagian dermaga utama pelabuhan pada sore hari.

Perjalanan dari Indonesia ke kepulauan itu memakan waktu sekitar tiga minggu. "(Samoa) dipilih karena lokasi strategis," kata petugas urusan publik Coast Guard AS, Amanda Wyrick.

"Kami juga memiliki hubungan yang kuat dan kemitraan yang baik dengan pemerintah Samoa Amerika," kata Wyrick lagi. "Dengan demikian dikatakan, kita juga sudah memiliki sumber daya yang mampu menjamin keamanan kapal tetapi yang terpenting Pelabuhan Pago Pago."

Kapal itu ditahan pada April 2018 saat melakukan perjalanan ke Indonesia. Pejabat Departemen Kehakiman AS mengumumkan pada Kamis lalu bahwa AS telah merebut kapal itu.

Wyrick mengatakan Departemen Kehakiman AS memimpin penyelidikan sehingga mereka akan melakukan itu. "Setelah penyelidikan disimpulkan, kapal akan dipindahkan," ujarnya. Namun dia mengaku tak tahu tujuan kapal selanjutnya.

"Saya tahu bahwa Departemen Kehakiman akan melakukan penyelidikan secepat mungkin," imbuh Wyrick.

Dia mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki jumlah personel Coast Guard AS yang memadai atau orang-orang dari agen federal lainnya yang telah melakukan perjalanan ke Samoa Amerika untuk penyelidikan.

"Kami memiliki tim keamanan laut dan keamanan di sini dari Honolulu," kata Wyrick. "Kami sedang melakukan patroli acak, juga melakukan inspeksi kapal Pelabuhan Pago Pago, mengawasi hal-hal seperti pelanggaran keamanan atau vandalisasi kapal itu sendiri."

Menurutnya, para pejabat juga memastikan pelabuhan itu dilindungi.

"Kami terutama di Coast Guard, kami memahami pentingnya pelabuhan. Ini adalah penyelamat dalam membawa barang ke pulau-pulau," kata Wyrick. "Jadi kami ingin memastikan bahwa kami melakukan semua yang kami bisa, untuk memastikan bahwa sama sekali tidak ada gangguan pada arus perdagangan masuk dan keluar," paparnya, seperti dikutip Fox News, Senin (13/5/2019).

Wyrick melanjutkan, pemerintah AS mengirim tim inspeksi ke kapal sebelum merapat di Pago Pago. Dia mencatat ada pemeriksaan yang dilakukan sebelum meninggalkan Indonesia."Dan, karena kapal telah melaut selama tiga minggu, itu tergantung pada unsur-unsurnya," ujarnya.

"Pemeriksaan kapal sebelum memasuki pelabuhan adalah untuk memastikan integritas struktur kapal masih utuh. Dengan cara itu, begitu kita mengangkat ibu jari, dan lampu hijau, dan inspektur menganggapnya aman, maka itu akan masuk ke pelabuhan," kata Wyrick.

Pejabat AS membuat pengumuman penyitaan kapal beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jarak pendek ke laut. Uji tembak rudal itu merupakan peluncuran senjata kedua dalam lima hari dan menjadi sinyal bahwa perundingan mengenai program senjata nuklirnya sedang dalam masalah. 




Credit  sindonews.com





Kamis, 09 Mei 2019

AS Siap Kerahkan Lebih Banyak Aset Militer ke Timur Tengah


AS Siap Kerahkan Lebih Banyak Aset Militer ke Timur Tengah
AS siap mengerahkan aset militer lebih banyak ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Para pejabat mengatakan Amerika Serikat (AS) siap untuk memindahkan lebih banyak aset militer ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman dari Iran.

Dikutip dari AP, Kamis (9/5/2019), para pejabat itu mengatakan dua pesawat pembom tambahan diharapkan akan dikerahkan ke wilayah tersebut. Seorang pejabat lain mengatakan ada diskusi yang tengah berlangsung untuk memindahkan beberapa baterai rudal Patriot kembali ke Timur Tengah.

Belum ada keputusan akhir tentang pengerahan rudal Patriot. Langkah itu bisa bergantung pada apakah AS percaya Iran akan mengambil tindakan untuk mengurangi ancaman.

Pemerintah AS sendiri belum memberikan rincia yang dimaksud, namun para pejabat mengatakan satu elemen ancaman yang dimaksud melibatkan penempatan rudal Iran di kapal-kapal kecil di lepas pantainya. Tindakan ini memicu kekhawatiran bahwa Teheran mungkin bersiap untuk menyerang pasukan atau kepentingan AS di wilayah Timur Tengah.

AS menarik baterai rudal Patriot dari Bahrain, Kuwait, dan Yordania pada akhir tahun lalu. Tidak jelas apakah baterai-baterai itu akan kembali ditempatkan ke negara-negara tersebut. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pertimbangan perencanaan internal. 




Credit  sindonews.com




AS Sebar Armada Kapal Perang ke Seluruh Dunia, Di mana saja?


Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS
Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS


CB, Jakarta - Amerika Serikat menyebarkan armada kapal perang angkatan lautnya dalam beberapa gugus tempur di seluruh dunia.
Sebuah lembaga nirlaba yang mengkaji persebaran armada tempur AS, U.S. Naval Istitute atau USNI, memperkirakan posisi dari kelompok tempur kapal induk milik AS dan kelompok siap tempur amfibi di seluruh dunia pada 5 Mei 2019, berdasarkan pada data Angkatan Laut dan data publik.
Menurut laporan yang dikutip dari situs USNI, news.usni.org, pada 8 Mei 2019, total 289 kapal perang AS yang siap tempur yang dikerahkan atau siap tempur.
Angkatan Laut AS membagi gugus tempur armadanya, yakni armada ke-3 dengan 4 kapal, armada ke-4 dengan 1 kapal, armada ke-5 dengan 17 kapal, armada ke-6 dengan 25 kapal, armada ke-7 dengan 59 kapal. Total ada 106 kapal dalam armadanya.
Dan berikut adalah persebaran armada kapal perang AS di beberapa titik yang dianggap strategis.

1. Jepang
Gugus tempur USS Ronald Reagan Carrier Strike Group (CSG) berada di pelabuhan di Yokosuka, Jepang.
USS Wasp (LHD-1) ada di pelabuhannya di Sasebo, Jepang. Akhir tahun ini, Wasp akan pindah ke Norfolk, dan USS America (LHA-6) akan berfungsi sebagai kapal andalan baru dari armada amfibi Forward Deployed Naval Forces Japan (FDNF-J).

2. Laut Cina Selatan
Pada hari Senin, 6 Mei, kapal perusak dengan peluru kendali USS Preble (DDG-88) dan USS Chung Hoon (DDG-93) melakukan perjalanan dalam 22,2 km laut dari Gaven dan Johnson Reefs di Kepulauan Spratly dalam operasi kebebasan navigasi.
USS William P. Lawrence (DDG-110) dan USS Stethem (DDG-63) transit di Selat Taiwan minggu lalu.

3. Teluk Persia
Grup amfibi Kearsarge Amphibious Ready Group (ARG) dengan Unit Ekspedisi Marinir ke-22 (MEU) yang bermula di Teluk Persia.
ARG dipimpin oleh kapal amfibi kelas tawon Wasp kelas USS Kearsarge (LHD-3) dan termasuk dermaga transportasi amfibi USS Arlington (LPD-24) dan kapal pendaratan dermaga USS Fort McHenry (LSD-43), menurut Angkatan Laut. Lebih dari 4.500 pelaut dan marinir meninggalkan Pantai Timur pada 17 Desember.
Bersama dengan unsur-unsur MEU ke-22 dari Camp Lejeune, N.C., Tim Bedah Armada 2 dan 8, Skuadron Tempur Laut Helikopter 26, Skuadron Kontrol Udara Taktis 21, dan Naval Beach Group 2 juga memulai, menurut Angkatan Laut.

4. Atlantik Timur
Para pelaut berpartisipasi dalam latihan pencarian puing di dek penerbangan kapal induk USS John C. Stennis (CVN-74) di Selat Gibraltar pada 3 Mei 2019. [US Navy/USNI]
USS John C. Stennis (CVN-74) yang dikerahkan di Atlantik Timur mendekati akhir misi dan akan memulai kembali pengisian bahan bakar dan perbaikan paruh baya.
Kapal-kapal dengan Stennis tidak beroperasi sebagai gugus tempur penuh. Stennis berangkat dari Marseille, Prancis, pada 1 Mei dan transit di Selat Gibraltar 3 Mei.
Gugus tempur yang dikerahkan di Atlantik Timur adalah Carrier Strike Group 3.
Komposisi armada Carrier Strike Group 3 memiliki kapal induk USS John C. Stennis (CVN-74), yang ditempat di Bremerton, Washington (pindah ke Norfolk, Setelah selesai ditempatkan).
Kemudian ada Carrier Air Wing 9 (CVW 9), kelompok tempur aviasi yang berbasis di Naval Air Station Lemoore, California, akan ditugaskan di kapal Stennis dan mencakup total sembilan skuadron dan detasemen.
Skuadron Perusak 21 atau DESRON 21 mulai adalah bagian dari kelompok Stennis yang mengkoordinir kapal perusak dengan rudal kendali, yang beroperasi sebagai bagian dari Carrier Strike Group (CSG). Karena USS Stennis menuju ke Norfolk untuk mengisi bahan bakar, skuadron pengawal di West Coast tetap di Pasifik. Misalnya, USS Stockdale (DDG-106) yang saat ini di Fiji.
Lalu ada kapal jelajah berpeluru kendali USS Mobile Bay (CG-53) yang memiliki pangkalan dok di San Diego, California. Saat ini USS Mobile Bay menuju pulang ke San Diego.

5. Laut Mediterrania

Gugus tempur ini adalah kapal induk USS Abraham Lincoln beroperasi di Laut Mediterrania bagian tengah.
Menurut laporan pers setempat, gugus tempur ini akan ditarik ke pelabuhan di Split, Kroasia, untuk kunjungan pelabuhan 8-11 Mei.
Namun, menurut laporan pers AS, AS mengirimkan USS Abraham Lincoln ke wilayah Komando Pusat AS untuk memberi tekanan pada Iran, menurut Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.
USS Abraham Lincoln masuk ke dalam gugus tempur Carrier Strike Group 12.
USS Abraham Lincoln (CVN-72), memiliki dok di Norfolk (Pindah ke San Diego, California, setelah selesai ditempatkan).

Kemudian ada Carrier Air Wing 7 yang berbasis di Naval Air Station Oceana, ditugaskan untuk USS Abraham Lincoln dan mencakup total sembilan skuadron dan detasemen.
Kapal induk USS Abraham Lincoln di Samudra Atlantik selama latihan di bulan Januari 2019.[MICHAEL SINGLEY / US NAVY]
USS Abraham Lincoln dikawal oleh Skuadron Perusak 2 (DESRON 2) dan memiliki kapal perusak dengan rudal kendali yang beroperasi sebagai bagian dari CSG.
Adapun kapal jelajah berpeluru kendali yang dikerahkan dalam Carrier Strike Group 12 adalah USS Leyte Gulf (CG-55), dari pelabuhan di Norfolk.

6. Pasifik Timur
Gugus tempur Boxer Amphibious Ready Group (ARG) dengan Unit Ekspedisi Marinir (MEU) ke-11 berangkat dari San Diego, California, pada 1 Mei.
Selain USS Boxer (LHD-4), kapal ARG lainnya adalah kapal pendaratan dermaga USS Harper's Ferry (LSD-49) dan dermaga transportasi amfibi USS John P. Murtha (LPD-26).
Kelompok ARG termasuk Skuadron Tempur Helikopter Laut 21 atau "Blackjacks", Unit Assault Craft 5, Grup Angkatan Laut Pantai 1, Unit Beachmaster 1, Tim Bedah Armada 5, dan Skuadron Kontrol Udara Taktis 11.
MEU ke-11 yang berbasis di Kamp Pendleton terdiri dari Tim Pendaratan Batalyon 3 dari Batalion 3, Marinir 5, dilengkapi Marine Attack Squadron 214 (dengan AV-8B Harrier), Skuadron Tiltrotor Kelautan Menengah 163, dan Batalyon Logistik Tempur 11.
USS Theodore Roosevelt (CVN-71) sedang dikerahkan di Wilayah Operasi California Selatan.

7. Wilayah Operasi Virginia Capes
USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) sedang dikerahkan untuk pelatihan fase dasar dan kualifikasi operator (CQ).
CQ dilakukan untuk pilot baru dan secara berkala untuk pilot berpengalaman demi mendapatkan atau mempertahankan kemampuan pendaratan di kapal induk.
USS Harry Truman (CVN-75) sedang dalam perawatan, menurut Angkatan Laut.
Meski armada gugus tempur Angkatan Laut AS dipaparkan, namun USNI tidak menampilkan ribuan kapal perang lainnya termasuk kapal selam, kapal permukaan, skuadron pesawat terbang, SEAL, Pasukan Tugas Khusus Angkatan Udara-Darat Laut, Seabees, Coast Guard, EOD Mobile Units, dan lebih banyak lagi kapal perang Angkatan Laut AS yang disebar di perairan dunia yang tidak disebut.





Credit  tempo.co


CIA Ingatkan Aktivis Saudi di Norwegia Jadi Sasaran Kerajaan


CIA Ingatkan Aktivis Saudi di Norwegia Jadi Sasaran Kerajaan
Ilustrasi. (AFP Photo/Saul Loeb)



Jakarta, CB -- Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA) dikabarkan memperingatkan pemerintah Norwegia bahwa Iyad el-Baghdadi, aktivis asal Arab Saudi yang tinggal di negara itu, terancam menjadi target Riyadh.

El-Baghdadi merupakan salah satu aktivis ternama Saudi yang vokal mengkritik Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS). Ia saat ini mengasingkan diri di Norwegia dan dilindungi di bawah kebijakan pencari suaka negara tersebut.

Ia menyadari ada ancaman tersebut pada 25 April lalu, ketika aparat Norwegia datang ke tempat tinggalnya dan membawanya ke tempat yang aman.


Otoritas Norwegia juga disebut memperingatkan bahwa dia kemungkinan berada dalam bahaya dari ancaman yang belum bisa dipastikan dan berasal dari pemerintah Saudi.


Aktivis tersebut diberi informasi bahwa ancaman tersebut didapat pemerintah Norwegia dari lembaga intelijen asing. Guardian telah mengonfirmasi bahwa lembaga asing tersebut ialah CIA.

"Cara saya memahaminya adalah Saudi mengincar saya tetapi belum tahu tentang apa yang akan mereka lakukan," tutur El-Baghdadi dalam wawancara melalui sambungan telepon pada Selasa (7/5).

"Mereka (Norwegia) meyakinkan saya bahwa mereka tengah menanggapi isu ini dengan sangat serius. Mereka telah bersiap-siap," katanya.


Meski keamanannya terancam, El-Baghdadi menganggap ancaman-ancaman tersebut menandakan bahwa kritik pedasnya selama ini manjur.

"Jika mereka (Saudi) tidak ingin membunuh saya berarti saya tidak melakukan pekerjaan saya," tuturnya.

Hingga kini, Kedutaan Besar Saudi di Amerika Serikat belum menanggapi pertanyaan Guardian terkait laporan ini.

El-Baghdadi sendiri merupakan seorang penulis kelahiran Palestina yang aktif di media sosial Twitter. Namanya semakin dikenal saat Arab Spring, terutama ketika ia banyak berkomentar terkait pemberontakan terhadap pemerintah Mesir saat itu.


Ia kerap berkomentar tajam dan bernada sarkasme kepada para pemimpin otokratis hingga menarik puluhan ribu pengikut di Twitter.

El-Baghdadi diberikan suaka politik oleh Norwegia pada 2015 lalu setelah sempat ditangkap dan diusir dari Uni Emirat Arab, sekutu Saudi. Sejak itu, MbS selalu menjadi topik utama kritik El-Baghdadi.

Ketika dunia diramaikan kasus pembunuhan wartawan Saudi pengkritik MbS, Jamal Khashoggi, pada tahun lalu, El-Baghdadi turut berkomentar.

Ia memperingatkan para pengikutnya di Twitter bahwa MbS akan menjadi lebih berbahaya jika tidak ditahan oleh negara Barat.

"Jika mereka lolos dari penculikan, langkah selanjutnya adalah pembunuhan di ibu kota Anda. Saya tidak bercanda sedikit pun," kicau El-Baghdadi beberapa waktu lalu.

Meski begitu, langkah CIA memperingatkan otoritas Norwegia tak serta merta mengartikan bahwa El-Baghdadi dalam bahaya pasti.

Di bawah kebijakan AS yang dikenal sebagai arahan komunitas intelijen 191, CIA memiliki "kewajiban untuk memperingatkan" secara hukum pihak-pihak yang kemungkinan menjadi korban.

Hal itu bisa dilakukan CIA jika lembaga tersebut "mengumpulkan informasi kredibel dan spesifik yang mengindikasikan ancaman pembunuhan atau penculikan berencana yang disengaja oleh sekelompok orang."

Namun, hingga kini CIA menolak untuk berkomentar mengenai laporan ancaman terhadap El-Baghdadi tersebut.





Credit  cnnindonesia.com




Utusan AS dan China Berseteru di PBB Terkait Isu Uighur


Utusan AS dan China Berseteru di PBB Terkait Isu Uighur
Ilustrasi warga etnis Uighur di Turki. (REUTERS/Murad Sezer)



Jakarta, CB -- Utusan Amerika Serikat dan China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlibat perseteruan dalam rapat. Pangkal persoalannya adalah tudingan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur di Xinjiang yang dibantah Negeri Tirai Bambu.

Pertikaian itu terjadi pada Selasa (7/5) kemarin. China geram dengan tindakan AS yang mengajak negara anggota PBB untuk menarik posisi Beijing dari lembaga itu.

Ini merupakan kali keduanya China dan AS bersitegang di PBB terkait isu Uighur dan minoritas Muslim yang dipaksa masuk kamp-kamp khusus di Xinjiang, seperti dilansir AFP, Rabu (8/5).


Pekan lalu, perwakilan AS di PBB mengundang pimpinan lembaga Kongres Uighur Dunia (WUC), Dolkun Isa, untuk memaparkan persoalan yang dihadapi etnis minoritas itu dengan pemerintah China. Namun, tindakan AS ini justru membangkitkan amarah China.


Isa menyatakan aparat China menangkap etnis Uighur secara acak dan dijebloskan ke dalam kamp, di mana mereka kehilangan kebebasan dan haknya untuk beragama.

Dalam pertemuan tersebut, diplomat China menyebut Isa sebagai "teroris" dengan dukungan AS dan digunakan untuk menyerang dan memfitnah.

Menurut penuturan Duta Besar AS untuk PBB, Courtney Nemoff, perlakuan China terhadap masyarakat Uighur perlu dijadikan faktor untuk mempertimbangkan keanggotaan Negeri Tirai Bambu di PBB, menjelang pemilihan pada Selasa pekan depan.

"AS khawatir terhadap jutaan masyarakat Uighur, etnis Kazakh, Kirgistan, serta umat Muslim lainnya yang menderita akibat aksi penahanan semena-mena, kerja paksa, penyiksaan, dan kematian yang terjadi di kamp-kamp China di daerah Xinjiang," ujar Nemoff.


"Kekejaman ini harus segera dihentikan. Kami memperingatkan semua negara anggota pada forum yang amat penting ini," tambahnya.

Duta Besar China untuk PBB, Zhang Xiaoan, membantah tuduhan AS tersebut. Ia menyatakan China marah terkait hal itu karena dianggap fitnah.

China menegaskan kamp-kamp di daerah Xinjiang sebagai "pusat pelatihan keterampilan", yang dibangun dengan dalih untuk menjauhkan etnis Uighur dari pengaruh paham ekstrem.

AS juga mendesak Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, untuk memperhatikan nasib masyarakat Uighur.

Menurut laporan dari juru bicara PBB, Stephane Dujarric, Guterres telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, untuk menghargai HAM dalam melawan terorisme.


Akan tetapi, hal itu tidak membuat Zhang Xiaoan kalah. Dia justru terpilih secara aklamasi menjadi anggota forum PBB yang beranggotakan 16 negara bersamaan dengan perwakilan lainnya dari Burundi, Namibia, Denmark, dan Rusia. Meski demikian AS mengajukan banding atas keputusan itu.





Credit  cnnindonesia.com



Kuatkan Gertakan pada Iran, AS Kerahkan 4 Bomber B-52


Kuatkan Gertakan pada Iran, AS Kerahkan 4 Bomber B-52
Pesawat pengebom strategis B-52 Amerika Serikat. Foto/REUTERS/DarrenStaples/File Photo

WASHINGTON - Seorang pejabat Pentagon mengungkap ada empat pesawat pengebom (bomber) strategis B-52 Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan ke Timur Tengah untuk menambah kekuatan gertakan terhadap rezim Iran. Pengerahan pesawat-pesawat pembom bersamaan dengan pengiriman kapal Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln.

Mengutip CBS News, Komando Pusat (CENTCOM) militer AS juga diperkirakan akan meminta pasukan tambahan, termasuk baterai sistem rudal pertahanan Patriot.

Dua dari empat bomber B-52 lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana pada hari Selasa. Keduanya, dijadwalkan tiba di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar pada hari Rabu (8/5/2019). Keberadaan dua bomber lainnya tidak diungkap militer Amerika Serikat.

"AS telah mendeteksi sejumlah persiapan untuk kemungkinan serangan terhadap pasukan AS di laut dan di darat," kata pejabat Pentagon yang berbicara dalam kondisi anonim kepada CBS News merujuk pada ancaman serangan Iran yang dia sebut nyata.

"Ada lebih dari satu jalur serangan atau kemungkinan serangan yang kami lacak," lanjut dia. Jumlah bomber B-52 yang dikerahkan kemungkinan bisa bertambah lagi. Pesawat pengebom itu memiliki kemampuan untuk menjatuhkan bom nuklir.

Juru bicara CENTCOM Kapten Bill Urban membenarkan bahwa satuan tugas pengebom yang dikerahkan terdiri dari B-52.

"Komando Pusat AS terus melacak sejumlah arus ancaman yang dapat dipercaya yang berasal dari rezim di Iran di seluruh wilayah tanggung jawab CENTCOM," kata Kapten Urban.

Para pejabat AS lainnya kepada Reuters mengatakan informasi intelijen menyebut ancaman spesifik dan kredibel mengarah pada pasukan AS di Irak, Suriah, dan wilayah yang lebih luas.

Menurut salah satu pejabat AS indikasi bahwa Iran akan melakukan serangan terhadap pasukan AS dan kepentingannya di Timur Tengah adalah dengan memindahkan rudal balistik jarak pendek di kapal-kapal di wilayah tersebut.

Awal mula pengerahan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln diumumkan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton pada hari Minggu lalu. Bolton mengatakan gerakan itu sebagai respons terhadap sejumlah indikasi dan peringatan yang meresahkan dan meningkat oleh rezim Iran.

"Amerika Serikat tidak mencari perang dengan rezim Iran, tetapi kami sepenuhnya siap untuk menanggapi serangan apa pun, apakah dengan wakil, Korps Pengawal Revolusi Islam, atau pasukan reguler Iran," kata Bolton.

Iran sebelumnya meremahkan pengerahan kapal induk AS yang diumumkan Bolton sebagai pertunjukan kedaluwarsa.

"Pernyataan Bolton adalah penggunaan pertunjukan kedaluwarsa untuk perang psikologis," juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Keyvan Khosravi.

Khosravi mengatakan bahwa angkatan bersenjata Iran telah mengamati kapal induk yang memasuki Laut Mediterania 21 hari yang lalu.

"Bolton kurang memiliki pemahaman militer dan keamanan dan pernyataannya sebagian besar dimaksudkan untuk menarik perhatian pada dirinya sendiri," ujar Khosravi. 





Credit  sindonews.com




Kremlin Salahkan AS Jika Iran Mundur dari Kesepakatan Nuklir


Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.
Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.
Foto: reuters

Iran mengancam akan melanjutkan pengayaan uranium tingkat tinggi.



CB, MOSKOW -- Kremlin mengatakan Iran telah diprovokasi untuk mengekang ketentuan dalam kesepakatan nuklir 2015, Rabu (8/5). Iran pada Rabu pagi menyatakan menarik diri dari sebagian kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani dengan enam negara.


Iran mengancam akan melakukan lebih banyak jika negara besar tidak melindunginya dari sanksi-sanksi, setahun setelah AS keluar dari kesepakatan tersebut. "Presiden (Vladimir) Putin telah berulang kali berbicara mengenai konsekuensi dari tindakan tanpa dipikirkan berkaitan dengan Iran dan dengan itu saya maksudkan keputusan yang diambil oleh AS (untuk meninggalkan kesepakatan itu). Sekarang kami memandang konsekuensi itu mulai terjadi," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam satu taklimat.

Peskov berbicara saat pembicaraan di Moskow antara Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berlangsung. Ketika ditanya apakah Rusia mungkin siap bergabung dengan negara lain dalam menjatuhkan sanksi baru atas Iran sehubungan dengan sebagian pengunduran diri dari kesepakatan itu, Peskov mengatakan, "Untuk sekarang, kami perlu secara bijaksana menganalisis situasi dan bertukar pendapat mengenai ini. Situasinya serius."


Presiden Iran Hassan Rouhani mengancam untuk melanjutkan pengembangan uranium tingkat tinggi jika kepentingan negaranya dalam kesepakatan nuklir dengan beberapa negara kekuatan dunia tidak dilindungi. Atas ancamannya itu, dia memberi waktu hingga 60 hari ke depan.





Credit  republika.co.id


Trump Tampar Iran dengan Sanksi Baru


Trump Tampar Iran dengan Sanksi Baru
AS menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran di tengah meningkatnya ketegangan. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

WASHINGTON - Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan sanksi baru terhadap Iran. Sanksi tersebut menargetkan sektor baja, alumunium, tembaga dan besi Iran yang bernilai sekitar 10 persen dari ekonomi negara itu.

Sanksi tersebut diberlakukan beberapa jam setelah Teheran mengatakan pihaknya mengendurkan beberapa pembatasan pada program nuklirnya.

Pemerintahan Trump mengatakan akan melanjutkan kampanye "tekanan maksimum" pada pemerintah Iran sampai menghentikan kegiatan yang mendestabilisasi kawasan Timur Tengah, menghentikan segala upaya senjata nuklir dan mengakhiri segala pengembangan rudal balistik.

"Teheran dapat mengharapkan tindakan lebih lanjut kecuali secara fundamental mengubah perilakunya," kata Trump, seperti dikutip dari Independent, Kamis (9/5/2019)

Ia juga menyerukan kepada Iran untuk kembali dengan itikad baik ke meja perundingan.

AS, Jerman, Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Uni Eropa menandatangani perjanjian dengan Iran pada 2015 yang mencabut sanksi internasional dengan imbalan Teheran membatasi program nuklirnya.

Satu tahun yang lalu, Trump menarik diri dari perjanjian itu, menyebutnya kesepakatan terburuk dalam sejarah. Dia mengatakan perjanjian itu seharusnya juga mengekang program rudal balistik Iran dan apa yang dianggap sebagai kegiatan jahat Teheran di wilayah tersebut.

Negara-negara lain tetap berada dalam kesepakatan nuklir - yang secara teknis dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) - dan telah berusaha memberi Iran insentif ekonomi yang cukup untuk menjaga perjanjian itu tetap bertahan.

Awal pekan ini Washington mengumumkan penyebaran kapal induk dan pembom B-52 ke Timur Tengah untuk melawan apa yang dikatakannya sebagai "indikasi yang jelas" dari ancaman Iran terhadap pasukan AS di kawasan itu. 



Credit  sindonews.com




Iran Ancam Lanjutkan Pengayaan Uranium Jika Terus Ditekan


Iran Ancam Lanjutkan Pengayaan Uranium Jika Terus Ditekan
Presiden Iran, Hasan Rouhani, melontarkan langsung ancaman tersebut kepada negara-negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA. (Reuters/Danish)



Jakarta, CB -- Iran mengancam bakal melanjutkan pengayaan uranium jika pihak-pihak penandatangan kesepakatan nuklir pada 2015 lalu tak membela negara tersebut dari dera sanksi Amerika Serikat.

Melalui pidato di stasiun televisi nasional, Presiden Iran, Hasan Rouhani, melontarkan langsung ancaman tersebut kepada negara-negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA itu, yakni Inggris, Prancis, Jerman, China, dan Rusia.


Rouhani memberikan waktu 60 hari bagi kelima negara tersebut untuk berjanji melindungi sektor minyak dan perbankan Iran di tengah sanksi AS.

"Jika kelima negara tersebut datang ke meja perundingan dan kami mencapai kesepakatan itu, dan jika mereka dapat melindungi kepentingan sektor minyak dan perbankan kami, kami akan tetap melanjutkan komitmen," ujar Rouhani.


Ia kemudian kembali mengancam akan memberikan respons keras jika isu ini kembali dibawa ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Rouhani menyatakan Iran tetap siap untuk bernegosiasi.

"Rakyat Iran dan dunai harus tahu bahwa hari ini bukan akhir dari JCPOA. Semua tindakan ini sesuai dengan JCPOA," tutur Rouhani sebagaimana dikutip Reuters.

Perjanjian yang diteken pada 2015 lalu itu menyepakati bahwa negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Sebagai balasan, Iran harus menyetop segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya, termasuk pengayaan uranium.

Namun, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.




Credit  cnnindonesia.com




AS Berhasil Tembak Jatuh Beberapa Rudal dengan Senjata Laser


AS Berhasil Tembak Jatuh Beberapa Rudal dengan Senjata Laser
Ilustrasi cara kerja sistem senjata laser ketika menembak jatuh beberapa rudal musuh di udara. Foto/Angkatan Udara AS (USAF)

WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menggunakan sistem senjata laser untuk menembak jatuh beberapa rudal saat dalam penerbangan. Sistem ini dirancang untuk bisa dipasang di pesawat sebagai pelindung dari serangan.

Laboratorium Penelitian Angkatan Udara melakukan pengujian di White Sands Missile Range Angkatan Darat AS di New Mexico pada bulan April. Sistem, yang dinamai Self-Protect High Energy Laser Demonstrator (SHiELD), digunakan dari darat. "Digunakan untuk menembak beberapa rudal yang diluncurkan dalam penerbangan," kata komandan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara Mayor Jenderal William Cooley.

"Tes tersebut adalah langkah besar ke depan untuk sistem energi terarah dan perlindungan terhadap ancaman musuh," ujarnya, seperti dikutip dari The Verge, Senin (6/5/2019).

SHiELD nantinya akan dipasang pada pesawat terbang, sehingga dapat digunakan untuk menembak jatuh rudal yang diluncurkan dari permukaan ke udara atau dari udara ke udara. Sistem ini mencakup tiga komponen utama, yakni sistem laser, sistem kontrol untuk mengarahkan laser tersebut, dan pod yang akan memberi daya segalanya.

Laboratorium menyoroti beberapa keuntungan dari sistem senjata laser ini, seperti sangat akurat dan langsung mengenai sasaran, tidak akan memiliki keterbatasan dalam magazine, akan memungkinkan pilot untuk kembali membidik sasaran tambahan dengan cepat, dan tidak rentan terhadap tindakan balasan seperti dari suar atau alat pengacau. Karena itu, sistem kemungkinan tidak akan "bodoh" terhadap cuaca yang berpotensi mengganggu efektivitasnya.

Angkatan Udara telah bekerja pada sistem seperti itu selama beberapa tahun sejak proyek dimulai pada tahun 2016. Layanan militer tersebut telah menyodorkan kontrak untuk Lockheed Martin pada tahun 2017 agar merancang SHiELD dengan tujuan untuk mengujinya pada pesawat pada tahun 2021 mendatang.

SHiELD bukan satu-satunya teknologi laser yang sedang diuji oleh militer AS. Angkatan Darat AS juga menguji sistem serupa yang dipasang pada helikopter serang AH-64 Apache musim panas lalu. Sedangkan Angkatan Laut AS juga sedang bekerja dengan Lockheed Martin untuk menerapkan sistem itu pada kapal perang. 




Credit  sindonews.com



Taliban Serang Kantor LSM Asal AS, Lima Tewas


Taliban Serang Kantor LSM Asal AS, Lima Tewas
Sedikitnya lima orang tewas saat Taliban menyerang kantor LSM asal AS di Ibu Kota Afghanistan Kabul. Foto/Istimewa

KABUL - Gerilyawan Taliban menyerang kantor-kantor organisasi bantuan Amerika Serikat (AS) di Ibu Kota Afghanistan. Mereka memerangi pasukan keamanan dan memicu ledakan besar dalam serangan selama enam jam dan menewaskan sedikitnya lima orang.

Belasan kendaraan dan toko hancur atau rusak bersama beberapa bangunan. Asap besar mengepul dari daerah itu dan suara tembakan sporadis bisa terdengar.

Pernyataan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan empat warga sipil dan seorang polisi tewas dan 24 lainnya terluka dalam serangan itu. Belum diketahui apakah ada warga asing yang terbunuh atau terluka dalam sernagan tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan serangan itu berakhir setelah lima pemberontak tewas oleh pasukan Afghanistan.

"Sekitar 200 orang diselamatkan dari kedua bangunan di dalam kompleks," kata pernyataan itu seperti dilansir dari Time, Kamis (9/5/2019).

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan serangan itu menargetkan organisasi bantuan yang berbasis di AS, Counterpart International, yang memiliki kantor di dekat kantor jaksa agung Afghanistan.

Kantor grup itu berada di kompleks dengan dua bangunan berlantai lima.

"Kami sangat sedih dengan serangan ini dan bekerja secepat mungkin untuk menjelaskan staf kami," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan di situs webnya.

“Keselamatan dan keamanan mereka adalah perhatian utama kami," sambung pernyataan itu.

Duta Besar AS untuk Afghanistan, Johan Bass, mengutuk keras serangan terhadap LSM tersebut. Dia mengatakan organisasi yang menjadi target serangan bergerak membantu masyarakat setempat, melatih wartawan dan mendukung rakyat Afghanistan.

Misi Bantuan PBB di Afghanistan dalam sebuah pernyataan juga mengecam gerilyawan Taliban karena sengaja menargetkan organisasi bantuan sipil.

"Serangan hari ini sangat menyedihkan, menghantam organisasi sipil yang membantu warga Afghanistan," bunyi pernyataan itu.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok itu menyerang organisasi tersebut karena terlibat dalam kegiatan Barat yang berbahaya di Afghanistan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Gerilyawan Taliban melakukan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan Afghanistan, bahkan ketika upaya perdamaian telah dipercepat untuk mengakhiri perang selama 17 tahun di negara itu.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyerukan perdamaian dengan Taliban pekan lalu dan berjanji untuk membebaskan 175 tahanan Taliban menjelang bulan suci Ramadhan, yang dimulai Senin ini.

Taliban mengatakan mereka akan melanjutkan serangan mereka selama Ramadhan, tetapi akan sangat berhati-hati terhadap warga sipil selama operasi apa pun.

Gerilyawan telah menolak proposal gencatan senjata di masa lalu, dengan mengatakan pasukan AS dan NATO harus keluar dari negara itu terlebih dahulu. Taliban juga menolak untuk bernegosiasi langsung dengan pemerintah di Kabul, memandangnya sebagai boneka AS. 




Credit  sindonews.com




Rabu, 08 Mei 2019

Hacker Cina Diduga Gunakan Alat Peretas NSA Amerika



Ilustrasi Hacker. REUTERS
Ilustrasi Hacker. REUTERS

CBNew York – Peretas atau hacker asal Cina diduga memperoleh dan menggunakan peralatan peretas buatan Lembaga Keamanan Nasional AS atau National Security Agency - NSA pada 2016.


Perusahaan keamanan internet Symantec mengklaim sebuah grup peretas Cina, yang berasosiasi dengan lembaga intelijen pemerintah Cina, melakukan kampanye peretasan menggunakan alat yang diketahui hanya dimiliki NSA.
Symantec tidak menyebut nama-nama lembaga dalam laporannya itu. Tapi grup asal Cina yang menjadi sorotan adalah perpanjangan alat dari Kementerian Keamanan Cina di Guangzhou.

“Saat mereka beraksi, mereka cukup berisik. Mereka mengincar banyak target,” kata Eric Chien, seorang peneliti di Symantec kepada CNN pada Selasa, 7 Mei 2019.


Grup peretas binaan pemerintah Cina dikenal sebagai peretas yang andal secara global. Tapi tampaknya mereka jarang menggunakan alat peretas NSA itu.
Kelompok di Guanzhou tadi menghilang dari radar setelah kementerian Kehakiman AS mengenakan dakwaan hukum kepada anggotanya pada 2017.
“Jumlah target yang kami bisa temukan selama ini yang terkena serangan siber ini sangat jarang. Mereka melihatnya sebagai bernilai tinggi dan tidak ingin mengunakannya di mana pun,” kata Chien.

Temuan ini terkait dengan episode yang aneh dal sejarah NSA baru-baru ini. Pada 2016, sebuah kelompok yang menamakan dirinya Shadow Brokers tampil online pada 2016 dan mulai membocorkan peralatan atau piranti lunak milik NSA.
Pada April 2017, kelompok ini mengunggah peralatan NSA yang paling kuat. Ini termasuk exploit Windows, yang digunakan oleh lembaga intelijen Korea Utara dan Rusia untuk menciptakan program ransomware dalam sejarah dan menimbulkan kecaman dunia.
Tapi, Symantec menemukan varian lain dari peralatan NSA yang digunakan peretas Cina. “Belum jelas bagaimana alat itu sampai dimiliki peretas Cina,” begitu dilansir CNN. NSA tidak menanggapi permintaan konfirmasi soal ini.

“Kita berada di tempat yang suram. Laporan itu menimbulkan banyak pertanyaan tak terjawab,” kata John Huquist, direktur Intelijen FireEye, yang merupakan perusahaan yang melacak peretas Cina.
CBS melansir temuan Symantec ini juga menyatakan senjata siber digunakan setidaknya setahun sebelum kebocoran massal oleh kelompok Shadow Broker.
“Ini menunjukkan para peretas Cina mendapatkan akses ke senjata siber ini lebih awal dengan cara yang lain,” begitu dilansir CBS News.
Menanggapi tuduhan peretasnya menggunakan alat NSA, juru bicara kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengatakan,”Orang-orang yang mengkritik dan menuduh kami tidak pernah menunjukkan bukti kongkrit.”
Pada pekan lalu, Pentago merilis laporan ke Kongres yang menuding Cina menggunakan espionase peretasan untuk mencuri berbagai teknologi canggih untuk kepentingan militer.
“Cina menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan teknologi militer asing dan teknologi untuk dua manfaat, termasuk menarget investasi asing langsung, pencurian siber, eksploitasi warga negara Cina yang memiliki akses ke teknologi canggih, menggunakan jaringan intelijen, instrusi komputer, dan tindakan ilegal lainnya,” begitu isi laporan dari kementerian Pertahanan.




Credit tempo.co




Iran Langgar Kesepakatan Nuklir, Eropa Ancam Kembali Berlakukan Sanksi


Iran Langgar Kesepakatan Nuklir, Eropa Ancam Kembali Berlakukan Sanksi
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

PARIS - Negara-negara Eropa akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran jika negara itu mengingkari komitmen berdasarkan kesepakatan nuklirnya. Hal itu diungkapkan sebuah sumber di kepresidenan Prancis setelah Teheran mengatakan akan mengurangi kepatuhannya terhadap kesepakatan nuklir setahun setelah Washington menarik diri.

Iran menolak pengumuman Amerika Serikat (AS) tentang penyebaran kapal induk ke Timur Tengah sebagai berita lama yang didaur ulang untuk perang psikologis. Teheran kemudian mengatakan akan segera mengumumkan rencana untuk menarik kembali beberapa komitmennya berdasarkan kesepakatan nuklir 2015.

Media Iran melaporkan bahwa Teheran akan menulis ke negara-negara yang menandatangani perjanjian - Inggris, Prancis dan Jerman serta Rusia dan China - pada hari Rabu untuk memberi mereka rincian tentang rencana untuk mengurangi komitmennya di bawah kesepakatan.

Laporan-laporan berita negara Iran mengatakan Teheran tidak berencana untuk menarik diri dari perjanjian itu, tetapi akan menghidupkan kembali beberapa kegiatan nuklir yang terhenti di bawahnya.

Sumber kepresidenan Prancis mengatakan negara-negara Eropa belum tahu persis langkah apa yang sekarang direncanakan Iran, tetapi mereka harus memberlakukan kembali sanksi terhadap Negeri Mullah itu jika langkah-langkah tersebut sama dengan mengingkari perjanjian.

"Kami tidak ingin Teheran mengumumkan tindakan besok yang akan melanggar perjanjian nuklir, karena dalam hal ini kami orang Eropa akan berkewajiban untuk memberlakukan kembali sanksi sesuai ketentuan perjanjian," kata sumber itu seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/5/2019).

"Kami mengirim pesan ke Teheran untuk mengatakan bahwa kami bertekad untuk mengimplementasikan perjanjian itu, bahwa kami benar-benar ingin mereka tetap dalam perjanjian ini meskipun kami mempertimbangkan kompleksitas situasi dan menyampaikan pesan yang sama kepada sekutu Amerika kami," sambung sumber itu.

Para pejabat AS telah berbicara dalam beberapa hari terakhir tentang intelijen yang menyarankan ancaman militer dari Iran, meskipun mereka belum memberikan rincian spesifik.

Penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan pada hari Minggu AS mengerahkan kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln dan satu gugus tugas pembom ke Timur Tengah dalam sebuah peringatan atas ancaman oleh pasukan Iran.

Tetapi Keyvan Khosravi, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengatakan USS Abraham Lincoln sudah tiba di Teluk dan menolak pengumuman itu sebagai upaya "canggung" untuk mendaur ulang berita lama untuk "perang psikologis".

Sejak menarik diri dari kesepakatan nuklir, Washington telah memberikan keringanan kepada beberapa negara, terutama di Asia, untuk tetap membeli minyak Iran untuk waktu yang terbatas. Tetapi minggu lalu mengatakan sekarang akan mengakhiri keringanan untuk mengurangi ekspor minyak mentah Iran menjadi nol.

Pemerintah juga memasukkan daftar hitam Garda Pengawal Revolusi Iran (IRGC) sebagai teroris. IRGC mengendalikan sejumlah besar industri Iran, sehingga memasukkan mereka ke daftar hitam bisa membuat lebih sulit perusahaan asing untuk melakukan bisnis dengan Iran.

Iran telah merespons dengan mendeklarasikan semua pasukan AS di Timur Tengah sebagai teroris. Iran juga membuat ancaman untuk menutup Selat Hormuz yang strategis di Teluk jika Teheran dilarang menggunakannya. Sekitar 30 persen dari ekspor minyak laut dunia melewati selat.





Credit  sindonews.com




Lawan Tekanan AS, Iran Ogah Jalankan Syarat Perjanjian Nuklir


Lawan Tekanan AS, Iran Ogah Jalankan Syarat Perjanjian Nuklir
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif. (REUTERS/Ahmed Saad)



Jakarta, CB -- Pemerintah Iran menyatakan mereka akan tidak lagi menaati komitmen sukarela di dalam kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat. Mereka melakukan itu sebagai tanggapan atas tekanan yang terus diberikan oleh Negeri Paman Sam.

"Uni Eropa dan pihak-pihak lainnya tidak berdaya untuk melawan tekanan AS, maka dari itu Iran tidak akan melaksanakan sejumlah komitmen sukarela," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, seperti dilansir Reuters, Rabu (8/5).

Zarif menyatakan akan memberitahu sejumlah negara yang masih menaati kesepakatan nuklir itu, yakni China, Inggris, Jerman, Prancis dan Rusia. Namun, dia memastikan Iran tidak akan membatalkan kesepakatan itu.


"Sikap Iran di masa mendatang masih tetap mematuhi kesepakatan itu dan tidak akan menarik diri," ujar Zarif.

Iran menganggap langkah Amerika Serikat keliru dengan memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom nuklir jarak jauh B-52 ke Timur Tengah. Mereka menyatakan alasan yang digunakan dengan menyatakan Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu tidak tepat.

"Pernyataan Bolton sangat ceroboh karena menggunakan kejadian di masa lampau sebagai alasan melakukan perang mental," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Iran, Keyvan Khosravi kemarin.

Pernyataan Khosravi merujuk pada klaim Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton. Dia menyatakan hal itu dilakukan untuk menekan Iran supaya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah, jika tidak ingin diserbu.

Khosravi menyatakan mereka sudah mengawasi keberadaan armada tempur dengan kapal induk USS Abraham Lincoln. Dia mengatakan gugus tugas itu sudah bercokol di Laut Mediterania sejak 21 hari lalu.

AS juga pernah mengirim USS Abraham Lincoln ke kawasan Teluk, saat menyerbu Irak pada 2003 silam.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, turut mendukung klaim Bolton soal potensi ancaman terhadap pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah. Namun, dia tidak merinci bentuk ancaman itu dan alasan mengapa baru saat ini mereka mengirim armada tempur itu.

Presiden AS, Donald Trump, tahun lalu memutuskan membatalkan sepihak kesepakatan nuklir dengan Iran. Dia berdalih Iran tetap mengembangkan program persenjataan peluru kendali mereka.

Trump juga memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Beberapa waktu lalu Trump juga menerapkan sanksi kepada negara-negara yang masih membeli minyak dari Iran.

Iran menyatakan tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan program pengembangan peluru kendali. Akan tetapi, diperkirakan perekonomian mereka akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.






Credit  cnnindonesia.com


Kapal Induk dan Bomber Dikerahkan karena Iran Ingin Serang Pasukan AS


Kapal Induk dan Bomber Dikerahkan karena Iran Ingin Serang Pasukan AS
Kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat, USS Abraham Lincoln. Foto/US Navy/Handout via REUTERS


WASHINGTON - Pentagon memperjelas alasan sebenarnya dari pengerahan kelompok tempur kapal induk dan pesawat-pesawat pengebom (bomber) ke Timur Tengah. Alasannya adalah karena Iran dan proksinya ingin menyerang pasukan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut.

Para pejabat AS mengatakan kepada ABC News bahwa pasukan Iran dan proksinya sedang mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap pasukan AS di darat—termasuk di Irak dan Suriah—, dan di laut.

Komando Pusat (CENTCOM) AS meminta persetujuan dari Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Patrick Shanahan untuk memindahkan aset tambahan ke wilayah itu. Menurut seorang pejabat, permintaan itu disetujui Shanahan pada hari Minggu.

"Pergerakan kapal induk USS Abraham Lincoln ke wilayah itu dipercepat dan diperintahkan segera berlaku di sana," kata pejabat AS lainnya kepada ABC News, tanpa disebutkan namanya.

Shanahan juga mengonfirmasi laporan media itu dengan menuliskannya di Twitter. "Reposisi aset yang bijaksana dalam menanggapi indikasi ancaman yang dapat dipercaya oleh pasukan rezim Iran," tulis Shanahan via akun @ActingSecDef, Selasa (7/5/2019).

"Kami menyerukan rezim Iran untuk menghentikan semua provokasi," lanjut bos Pentagon ini. "Kami akan meminta pertanggungjawaban rezim Iran atas serangan terhadap pasukan AS atau kepentingan kami."

Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo saat berada di Finlandia pada hari Senin mengatakan AS memiliki tanggung jawab untuk melindungi para diplomat Amerika di seluruh dunia. Dia secara spesifik menyebut para diplomat Amerika di Erbil dan Baghdad di Irak serta Amman di Yordania .

"Dan setiap kali kita menerima laporan ancaman, hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran, kita melakukan semua yang kita berdua bisa—lakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa serangan yang direncanakan tidak terjadi dan untuk memastikan bahwa kami memiliki postur keamanan yang tepat," kata Pompeo.

Pengerahan kelompok tempur kapal induk dan pesawat-pesawat pengebom AS ke Timur Tengah awalnya disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton. Menurutnya, pengerahan itu untuk mengirim pesan yang jelas kepada Teheran.

"Menanggapi sejumlah indikasi dan peringatan yang merisaukan dan meningkat, Amerika Serikat mengerahkan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan satuan tugas pengebom ke wilayah Komando Pusat AS untuk mengirim pesan yang jelas dan tidak salah kepada rezim Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutu kami akan ditanggapi dengan kekuatan yang tak ada henti-hentinya," bunyi pernyataan Bolton, kemarin.

USS Abraham Lincoln, kapal utama di Carrier Strike Group (Kelompok Tempur Kapal Induk), meninggalkan Norfolk, Virginia pada tanggal 1 April. Angkatan Laut AS tidak bersedia mengungkap tujuan untuk penyebarannya, tetapi kapal induk tersebut kemungkinan harus transit melalui Timur Tengah sebelum akhirnya menuju rumah barunya, pelabuhan San Diego, pada akhir penyebarannya. Kapal itu saat ini berada di Laut Mediterania.

Kapal induk USS John Stennis juga beroperasi di Teluk Persia dua kali selama penempatannya baru-baru ini, yakni selama tiga minggu awal tahun ini dan satu minggu pada awal April.




Credit sindonews.com




AS Mulai Proses Pengembalian Rp2,8 T Uang 1MDB ke Malaysia


AS Mulai Proses Pengembalian Rp2,8 T Uang 1MDB ke Malaysia
Ilustrasi. (Reuters/Olivia Harris)



Jakarta, CB -- Pemerintah Amerika Serikat mulai mengembalikan uang sekitar US$200 juta atau setara Rp2,8 triliun ke Malaysia yang diperoleh dari penyitaan aset terkait skandal 1 Malaysia Development Berhad (1MDB).

Duta Besar AS untuk Malaysia, Kamala Shirin Lahkdhir, mengatakan bahwa negaranya akan mengembalikan US$196 juta, setara Rp2,7 triliun, kepada Malaysia dalam angsuran pertama.

"Kami sangat senang bahwa aset tahap pertama ini telah ditransfer kembali ke Malaysia. Hal ini menunjukkan komitmen AS untuk mengembalikan aset-aset tersebut demi kepentingan masyarakat Malaysia," katanya sebagaimana dikutip Reuters.

Pihak berwenang Malaysia dan AS menduga uang sejumlah US$4,5 miliar dialirkan secara ilegal dari 1MDB, lembaga investasi negara yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, pada 2009 lalu.


Najib sendiri sudah dituntut dengan lebih dari 40 dakwaan terkait skandal korupsi 1MDB sejak ia kalah pada pemilu tahun lalu. Namun, ia berkeras tidak bersalah.


Sebelumnya, AS sudah mengembalikan US$57 juta atau setara Rp815 miliar ke Malaysia dari perusahaan produksi film Hollywood, Red Granite Pictures.

Perusahaan itu didirikan oleh Riza Aziz, putra tiri mantan Najib Razak. Ia merupakan produser film berbasis di Los Angeles yang memproduksi sejumlah karya Hollywood seperti The Wolf Of Wall Street yang dibintangi Leonardo DiCaprio, Dumb And Dumber To, dan Daddy's Home.


Kementerian Kehakiman AS menuding Riza menggunakan lebih dari US$100 juta uang 1MDB untuk membiayai ketiga film tersebut.

Pada September 2017 lalu, Red Granite telah membayar US$60 juta kepada pemerintah AS guna menyelesaikan klaim penyitaan sipil terhadap hak atas film The Wolf of Wall Street.

Dilansir Reuters, Red Granite juga disebut terlibat pembelian sejumlah aset menggunakan uang 1MDB. Aset itu kemudian disita oleh AS.


Pengurangan sekitar US$3 juta dari tindak penyelesaian ini dilakukan untuk mengganti biaya yang dikeluarkan oleh pihak AS dalam menyelidiki dan mengamankan penyelesaian dana Red Granite.

Sejak 2016, Kementerian Kehakiman AS juga telah mengajukan tuntutan hukum perdata untuk menyita sekitar US$1,7 miliar aset yang diduga dibeli dengan dana curian dari 1MDB, termasuk jet pribadi, rumah mewah, karya seni, serta perhiasan.

Kementerian Kehakiman AS juga sedang dalam proses mengirimkan dana US$319 juta lagi sambil menunggu penjualan properti di Manhattan milik dalang skandal 1MDB yang berstatus buronan, Low Taek Jho.

Secara keseluruhan, AS sudah mengembalikan US$322 juta uang 1MDB. Dana ini termasuk US$126 juta dari penjualan kapal pesiar yang diduga dibeli Low dengan dana 1MDB.

Keseluruhan kasus ini pertama kali menjadi perhatian publik setelah pada 2015, Wall Street Journal melaporkan aliran dana sebesar US$700 juta dari 1MDB ke rekening pribadi Najib Razak.

Setidaknya ada enam negara, diantaranya AS, Singapura, dan Swiss yang sedang menyelidiki dugaan korupsi dan pencucian uang 1MDB. 




Credit  cnnindonesia.com


AS Ungkap Cina Bangun Kapal Induk Terbesar, Ini Rinciannya


Citra satelit CSIS menunjukkan Cina sedang membangun kapal induk ketiga dan terbesar yang mampu membawa pesawat tempur di galangan kapal Jiangnan. [Reuters]
Citra satelit CSIS menunjukkan Cina sedang membangun kapal induk ketiga dan terbesar yang mampu membawa pesawat tempur di galangan kapal Jiangnan. [Reuters]

CB, Jakarta - Citra satelit dari Center for Strategic and International Studies, CSIS, di Washington, Amerika Serikat menunjukkan Cina sedang membangun kapal induk yang dapat didarati pesawat tempur di galangan kapal Jiangnan.
Citra satelit yang dipublikasikan pada April lalu, mengutip Reuters, 7 Mei 2019, menujukkan aktivitas pembuatan kapal induk Cina yang ketiga dan terbesar berlangsung sekitar 6 bulan terakhir.

"Dari apa yang kami lihat adalah di sana banyak aktivitas berlangsung dalam enam bulan terakhir atau lebih. Tampaknya itu adalah kapal ketiga, dan jika tidak, sulit untuk membayangkan kapal besar apa itu," kata Matthew Funaiole, analis CSIS, yang menyebut citra satelit itu diambil tahun lalu tanpa kesimpulan. Namun sekarang jelas tentang apa yang sedang terjadi.
Kapal induk itu memiliki panjang lantai bagian depan 30 meter dan lebar bagian lambung 41 meter, dan gantry cranes yang menjulang ke atas.
Menurut CSIS, Cina memberi nama kapal induk ini sebagai Type 002. Ukurannya lebih kecil daripada kapal induk milik AS dengan berat 100 ribu ton, namun lebih besar dari kapal induk Prancis Charles de Gaulle yang bobotnya 42,500 ton.

Pentagon dalam laporan tahunannya mengenai modernisasi militer Cina yang terbit pada Jumat pekan lalu menunjukkan bahwa kapal induk ketiga Cina ini kemungkinan lebih besar daripada kapal induk pertama dan kedua. Kapal induk Type 002 memiliki kemampuan didarati pesawat tempur, pesawat pemberi peringatan bersayap tetap, dan pesawat operasi lainnya.
Namun belum ada informasi pasti apakah kapal induk Cina Type 002 bertenaga nuklir.
Cina sejauh ini sudah memiliki 10 kapal selam nuklir. Namun belum ada informasi tentang kapal perang atau kapal induk yang bertenaga nuklir. Beberapa analis memperkirakan Cina tidak siap untuk mengambil langkah itu.

Kapal induk pertama dan kedua Cina relatif kecil, hanya dapat menampung 25 pesawat tempur atau setengah dari jumlah pesawat tempur yang mampu didarati di kapal induk AS.
Kapal induk Cina pertama bernama Liaoning, dibuat di era Soviet milik Ukraina yang dibeli pada tahun 1998. Kapal induk bekas pakai ini diperbaiki di Cina.
Sedangkan kapal induk kedua Cina belum diketahui namanya diluncurkan pada tahun 2017, dan dibuat di Cina.
Media pemerintah Cina pernah mengutip pernyataan sejumlah ahli yang mengatakan Cina membutuhkan sedikitnya 6 kapal induk.




Credit  tempo.co



AS Kirim Kapal Induk, Iran: AS Lakukan Perang Psikologis



Bendera Iran.
Bendera Iran.
Foto: Wikipedia
Ketegangan AS-Iran memanas setelah AS keluar dari kesepakatan nuklir pada 2015.



CB, TEHERAN -- Iran mengatakan pengumuman Amerika Serikat (AS) mengirimkan kapal induk dan pesawat pengebom ke Timur Tengah adalah pesan untuk Iran. Kantor berita Tasnim melaporkan Iran melihat pengumuman itu sebagai perang psikologi.

Penasihat Pertahanan Gedung Putih John Bolton mengatakan AS sudah mengerahkan kapal induk Abraham Lincoln dan gugusan tugas khusus pengebom ke Iran. Ia mengatakan pengerahan kekuatan militer ini sebagai pesan kepada Iran.

"Pernyatan Bolton adalah cara yang ceroboh dalam kejenuhan perang psikologis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Keyvan Khosravi kepada Tasnim, Selasa (7/5).

Khosravi menambahkan USS Abraham Lincoln (CVN-72) sudah tiba di Laut Mediterania beberapa pekan lalu. Kapal induk itu tergabung dalam formasi Carrier Strike Group (CSG) 12. Formasi ini biasanya membawa 7.500 personel, satu kapal induk, setidaknya satu cruiser (penjelajah), skuadron kapal penghancur, dan puluhan kapal tempur lainnya.

Ketegangan antara Washington dan Teheran semakin memanas setelah Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan 2015. Trump lalu memberlakukan kembali sanksi ekonomi negara Timur Tengah itu.

Pada pekan lalu Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan keluar dari kesepakatan nuklir 2015 menjadi salah satu opsi dalam mengatasi sanksi ekonomi yang diberlakukan AS. Kesepakatan nuklir 2015 dirancang agar Iran tidak menyalahgunakan teknologi nuklir yang mereka miliki.

Pada awal bulan ini AS memasukkan Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Mereka juga mencabut keringanan beberapa importir minyak Iran. Sehingga sejak awal Mei negara-negara yang sebelumnya masih diperbolehkan membeli minyak Iran tidak bisa lagi mendapatkan pasokan minyak dari negara itu atau mereka akan mendapatkan sanksi.

"Republik Islam (Iran) memiliki banyak pilihan, dan pihak berwenangan negara ini mempertimbangkannya, dan meninggalkan NPT (nuclear Non-Proliferation Treaty) menjadi salah satu diantaranya," kata Zarif di situs stasiun televisi IRIB pekan lalu.

Sebelumnya, Iran juga pernah mengancam akan meninggalkan NPT. Ketika Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 yang ditandatangani enam kekuatan dunia: AS, Rusia, Cina, Jerman, Inggris, dan Prancis. 




Credit  republika.co.id




AS Kerahkan Kapal Induk dan Kelompok Tempurnya ke Dekat Iran



AS Kerahkan Kapal Induk dan Kelompok Tempurnya ke Dekat Iran
Sejumlah jet tempur dibawa kapal induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln. Foto/US Navy/Amber Smalley


WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal induk dan kelompok tempurnya ke dekat Iran. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan pengerahan kapal induk itu untuk mengirim pesan kepada Teheran.

Bolton mengatakan kelompok tempur itu menjadi pesan yang jelas kepada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Washington atau sekutunya akan bertemu dengan kekuatan.

Bolton menekankan bahwa Washington tidak mencari perang dengan Teheran, tetapi siap untuk menanggapi setiap serangan dari negara para Mullah tersebut.

"Menanggapi sejumlah indikasi dan peringatan yang merisaukan dan meningkat, Amerika Serikat mengerahkan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan satuan tugas pengebom ke wilayah Komando Pusat AS untuk mengirim pesan yang jelas dan tidak salah kepada rezim Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutu kami akan ditanggapi dengan kekuatan yang tak ada henti-hentinya," bunyi pernyataan Bolton, seperti dikutip Sputnik, Senin (6/5/2019).

Komando Pusat Amerika Serikat hadir di Timur Tengah. Komando Pusat itu juga hadir di Mesir, Afrika, dan Asia Tengah, terutama Afghanistan. Pasukan dari komando itu adalah tentara aktif yang terlibat dalam banyak kampanye militer di wilayah-wilayah tersebut.

Hubungan antara Iran dan Amerika Serikat memburuk pada Mei 2018, setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015. Sejak itu, AS telah menampar Iran dengan beberapa putaran sanksi keras, termasuk pembatasan energi yang bertujuan untuk menurunkan ekspor minyak Iran ke angka nol guna melumpuhkan ekonomi negara itu.

Iran sendiri telah memperingatkan bahwa segala upaya langsung oleh AS atau negara lain dalam menghentikan Teheran untuk mengekspor minyaknya dapat menyebabkan penutupan Selat Hormuz. Selat itu merupakan jalur perairan strategis yang dilalui sekitar 20 persen dari total kapal yang memasok minyak dunia. 




Credit  sindonews.com