Rabu, 05 Desember 2018

Langka, Raja Salman Undang Emir Qatar Hadiri KTT Teluk di Saudi




Langka, Raja Salman Undang Emir Qatar Hadiri KTT Teluk di Saudi
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi. Foto/REUTERS/Tomohiro Oshumi


DOHA - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saudi dari Arab Saudi mengundang Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani untuk menghadiri Gulf Cooperation Summit atau KTT Kerja Sama Teluk yang akan diadakan di Riyadh pada 9 Desember 2018.Undangan ini merupakan hal langka mengingat kedua negara masih berseteru setelah hubungan diplomatik terputus tahun lalu.

Kantor berita negara Qatar, QNA, melaporkan adanya undangan Raja Salman untuk Sheikh Tamim tersebut, yang dikutip Reuters, Rabu (5/12/2018).

Laporan itu muncul pada hari Selasa atau sehari setelah Qatar memutuskan keluar diri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

QNA, dalam sebuah tweet, menulis; "Emir Qatar menerima undangan dari Raja Arab Saudi untuk pertemuan GCC". Namun, tidak apakah Sheikh Tamim akan melakukan perjalanan ke Kerajaan Saudi atau tidak.

Pada KTT Kerja Sama Teluk (GCC) yang diadakan di Kuwait tahun lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengirim menteri atau wakil perdana menteri, bukan kepala negara.

Kuwait, yang telah menengahi perseteruan Qatar dengab Saudi dan sekutuny, mengatakan pada bulan lalu enam negara anggota GCC diperkirakan akan menghadiri KTT Riyadh. Sampai saat ini, Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir masih melakukan blokade darat, laut dan udara terhadap Qatar sejak hubungan diplomatik terputus. Perseteruan dipicu oleh tuduhan bahwa Doha mmendukung terorisme, namun Qatar membantahnya.

Aliansi politik dan ekonomi yang dibentuk setelah Uni Eropa itu terpukul keras setelah kuartet Arab memutus hubungan diplomatik dengan Doha.

Amerika Serikat (AS), sekutu GCC, juga telah mencoba menengahi sengketa Teluk, yang dilihatnya sebagai risiko dalam upayanya untuk mengendalikan kekuatan regional Iran.

Qatar adalah rumah bagi pangkalan udara terbesar AS  di Timur Tengah.

Namun Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah berulang kali mengatakan menyelesaikan perselisihan bukanlah prioritas utama bagi mereka. 


Credit  sindonews.com