Jumat, 02 November 2018

Taliban Kuasai 45 Persen Wilayah Afghanistan


Tentara Taliban sedang berjaga-jaga di Bamiyan, Afghanistan.
Tentara Taliban sedang berjaga-jaga di Bamiyan, Afghanistan.
Foto: ap
Pemerintah yang didukung Barat masih menguasai distrik-distrik besar di Afghanistan.




CB, KABUL -- Pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS) telah kehilangan kendali atas sejumlah distrik dari Taliban. Laporan terbaru dari Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction (SIGAR) mengatakan, Taliban saat ini sudah menguasai 45 persen wilayah Afghanistan.

"Penguasaan distrik, penduduk, dan wilayah Afghanistan secara keseluruhan menjadi lebih diperebutkan pada kuartal ini," kata badan itu dalam laporannya, Kamis (1/11), dikutip Aljazirah.

Taliban masih belum berhasil mengambil alih provinsi besar meskipun telah banyak melakukan serangan ke Provinsi Farah di Afghanistan barat dan Provinsi Ghazni di pusat tahun ini. Mereka lebih banyak menguasai wilayah pedesaan.

Data dari misi Resolute Support Afghanistan yang dipimpin NATO menunjukkan, pasukan pemerintah telah gagal mengambil alih kekuasaan atas distrik, penduduk, dan wilayah pada kuartal ini.



Pada September lalu, Pemerintah Afghanistan mengklaim berhasil mengendalikan wilayah dengan sekitar 65 persen penduduk. Persentase ini stabil sejak Oktober 2017, setahun setelah pertempuran sengit terjadi di Farah dan Ghazni serta provinsi lain seperti Faryab dan Baghlan di utara.
Namun, dilaporkan hanya 55,5 persen dari total 407 wilayah yang berada di bawah kendali atau pengaruh pemerintah. Tingkat ini yang terendah sejak SIGAR mulai melacak kontrol wilayah pada 2015.

Enam bulan sebelum pemilihan presiden, situasi keamanan semakin terdegradasi di Afghanistan. Bahkan ketika utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad, telah bertemu dengan para pejabat Taliban untuk memetakan kemungkinan perundingan perdamaian.

Ketika Taliban terus menekan pemerintah, SIGAR mengutip misi Resolute Support yang mengatakan jumlah rata-rata korban pasukan keamanan Afghanistan antara 1 Mei sampai 1 Oktober adalah yang terbesar yang pernah terjadi selama periode itu.

Pemerintah Afghanistan tidak lagi mengumumkan angka pasti dari jumlah korban, tetapi bulan ini Jenderal Joseph Votel, kepala Komando Pusat AS, mengatakan korban dari pihak Pemerintah Afghanistan telah meningkat dari tahun lalu dan menjadi masalah yang memperhatikan.

United Nations Assistance Mission in Afghanistan (UNAMA), yang telah mendokumentasikan korban sipil di Afghanistan sejak 2009, mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa ada 8.050 korban sipil selama sembilan bulan pertama tahun ini. Korban itu termasuk 313 kematian dan 336 cedera yang disebabkan oleh Serangan udara AS dan Afghanistan.

Taliban, yang dicopot dari kekuasaan oleh pasukan pimpinan AS pada 2001, telah melakukan pemberontakan bersenjata berdarah untuk mengalahkan pemerintah yang didukung Barat di Kabul.





Credit  republika.co.id