Pemerintah yang didukung Barat masih menguasai distrik-distrik besar di Afghanistan.
CB,
KABUL -- Pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS)
telah kehilangan kendali atas sejumlah distrik dari Taliban. Laporan
terbaru dari Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction
(SIGAR) mengatakan, Taliban saat ini sudah menguasai 45 persen wilayah
Afghanistan.
"Penguasaan distrik, penduduk, dan wilayah Afghanistan secara
keseluruhan menjadi lebih diperebutkan pada kuartal ini," kata badan itu
dalam laporannya, Kamis (1/11), dikutip
Aljazirah.
Taliban
masih belum berhasil mengambil alih provinsi besar meskipun telah
banyak melakukan serangan ke Provinsi Farah di Afghanistan barat dan
Provinsi Ghazni di pusat tahun ini. Mereka lebih banyak menguasai
wilayah pedesaan.
Data dari misi Resolute Support
Afghanistan yang dipimpin NATO menunjukkan, pasukan pemerintah telah
gagal mengambil alih kekuasaan atas distrik, penduduk, dan wilayah pada
kuartal ini.
Pada
September lalu, Pemerintah Afghanistan mengklaim berhasil mengendalikan
wilayah dengan sekitar 65 persen penduduk. Persentase ini stabil sejak
Oktober 2017, setahun setelah pertempuran sengit terjadi di Farah dan
Ghazni serta provinsi lain seperti Faryab dan Baghlan di utara.
Namun,
dilaporkan hanya 55,5 persen dari total 407 wilayah yang berada di
bawah kendali atau pengaruh pemerintah. Tingkat ini yang terendah sejak
SIGAR mulai melacak kontrol wilayah pada 2015.
Enam bulan
sebelum pemilihan presiden, situasi keamanan semakin terdegradasi di
Afghanistan. Bahkan ketika utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad, telah
bertemu dengan para pejabat Taliban untuk memetakan kemungkinan
perundingan perdamaian.
Ketika Taliban terus menekan
pemerintah, SIGAR mengutip misi Resolute Support yang mengatakan jumlah
rata-rata korban pasukan keamanan Afghanistan antara 1 Mei sampai 1
Oktober adalah yang terbesar yang pernah terjadi selama periode itu.
Pemerintah
Afghanistan tidak lagi mengumumkan angka pasti dari jumlah korban,
tetapi bulan ini Jenderal Joseph Votel, kepala Komando Pusat AS,
mengatakan korban dari pihak Pemerintah Afghanistan telah meningkat dari
tahun lalu dan menjadi masalah yang memperhatikan.
United
Nations Assistance Mission in Afghanistan (UNAMA), yang telah
mendokumentasikan korban sipil di Afghanistan sejak 2009, mengatakan
dalam laporan terbarunya bahwa ada 8.050 korban sipil selama sembilan
bulan pertama tahun ini. Korban itu termasuk 313 kematian dan 336 cedera
yang disebabkan oleh Serangan udara AS dan Afghanistan.
Taliban,
yang dicopot dari kekuasaan oleh pasukan pimpinan AS pada 2001, telah
melakukan pemberontakan bersenjata berdarah untuk mengalahkan pemerintah
yang didukung Barat di Kabul.