BRUSSELS
- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jim Mattis menyebut,
penarikan mundur pasukan AS dari Suriah dalam waktu dekat akan menjadi
sebuah kesalahan strategis. Dia mengatakan, Presiden Suriah Bashar Assad
akan mengambil keuntungan dari ketiadaan pasukan AS di sana.
Berbicara pada pertemuan Menteri Pertahanan negara anggota NATO di Brussels Mattis mengklaim bahwa penarikan mundur pasukan AS dari Suriah akan tergantung pada keberhasilan pembicaraan damai Jenewa yang ditengahi PBB.
"Di Suriah, meninggalkan lapangan sebelum utusan khusus Staffan de Mistura mencapai keberhasilan dalam memajukan proses politik Jenewa yang kita semua tanda tangani di bawah resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB akan menjadi kesalahan strategis, melemahkan diplomat kita dan memberi para teroris kesempatan untuk pulih," ucap Mattis, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (10/6).
Mattis kemudian memperingatkan bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah akan menciptakan apa yang dia sebut sebagai "kekosongan". Di mana Assad dan sekutu-sekutunya akan mengambil keuntungan dari kekosongan yang ada.
"Kampanye militer kami di Suriah berlanjut. Ketika operasi akhirnya berakhir, kita harus menghindari meninggalkan ruang hampa di Suriah yang dapat dieksploitasi oleh rezim Assad atau pendukungnya," imbuhnya.
AS dan NATO memiliki sejarah menciptakan "kekosongan," terutama ketika penggulingan Saddam Hussein di Irak. Setelah Saddam Hussein lengser, AS langsung meninggalkan Irak begitu saja, yang akhirnya menyebabkan perseteruan, yang pada akhirnya menciptakan situasi kondusif untuk lahirnya kelompok teroris, termasuk di dalamnya ISIS.
Invasi Barat ke Libya, yang memuncak dalam pembunuhan Muammar Gaddafi, juga meninggalkan negara yang pernah makmur dalam keadaan kacau dan tidak memiliki pemerintahan pusat yang efektif.
Berbicara pada pertemuan Menteri Pertahanan negara anggota NATO di Brussels Mattis mengklaim bahwa penarikan mundur pasukan AS dari Suriah akan tergantung pada keberhasilan pembicaraan damai Jenewa yang ditengahi PBB.
"Di Suriah, meninggalkan lapangan sebelum utusan khusus Staffan de Mistura mencapai keberhasilan dalam memajukan proses politik Jenewa yang kita semua tanda tangani di bawah resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB akan menjadi kesalahan strategis, melemahkan diplomat kita dan memberi para teroris kesempatan untuk pulih," ucap Mattis, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (10/6).
Mattis kemudian memperingatkan bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah akan menciptakan apa yang dia sebut sebagai "kekosongan". Di mana Assad dan sekutu-sekutunya akan mengambil keuntungan dari kekosongan yang ada.
"Kampanye militer kami di Suriah berlanjut. Ketika operasi akhirnya berakhir, kita harus menghindari meninggalkan ruang hampa di Suriah yang dapat dieksploitasi oleh rezim Assad atau pendukungnya," imbuhnya.
AS dan NATO memiliki sejarah menciptakan "kekosongan," terutama ketika penggulingan Saddam Hussein di Irak. Setelah Saddam Hussein lengser, AS langsung meninggalkan Irak begitu saja, yang akhirnya menyebabkan perseteruan, yang pada akhirnya menciptakan situasi kondusif untuk lahirnya kelompok teroris, termasuk di dalamnya ISIS.
Invasi Barat ke Libya, yang memuncak dalam pembunuhan Muammar Gaddafi, juga meninggalkan negara yang pernah makmur dalam keadaan kacau dan tidak memiliki pemerintahan pusat yang efektif.
Credit sindonews.com