Korea Utara menyebut dialog dan latihan perang
tidak bisa berjalan beriringan menanggapi latihan militer bersama
AS-Korsel di Semenanjung Korea. (Korea Summit Press Pool/Pool via
Reuters)
"Kami ingin dan akan melanjutkan upaya untuk meningkatkan dan menjaga situasi politik saat ini di kawasan. Tapi, latihan sembarangan yang dilakukan untuk menginvasi Korut tidak akan ditoleransi," kata situs propaganda Korut, Uriminzokkiri, Kamis (17/5).
Korut mengecam latihan yang rencananya berakhir 25 Maret mendatang dan dianggap dilakukan untuk menyerang negaranya itu.
|
Latihan perang itu melibatkan lebih dari 100 jet tempur termasuk pesawat bomber nuklir B-52 dan jet siluman F-22.
Korut menganggap pesawat-pesawat tempur AS yang telah dikerahkan ke wilayah udara Korsel merupakan provokasi bagi negaranya.
"Seluruh jet tempur yang masuk ke wilayah udara Korsel untuk latihan invasi adalah jelas provokasi bagi kami," seperti dikutip kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Surat kabar Korut, Rodong Sinmun, telah lebih dulu mengeluarkan kecaman terhadap latihan gabungan tersebut.
|
Media corong propaganda Partai Buruh Korut itu menganggap latihan tersebut "merupakan provokasi berbahaya yang dapat merongrong peredaan ketegangan atau detente di kawasan".
"Korut dan Korsel harus menahan diri dari segala tindakan militer yang mengancam dan memprovokasi satu sama lain jika kedua belah pihak ingin bergerak menunju perdamaian dan unifikasi."
"Latihan militer yang direncanakan untuk menginvasi Korut dan bertentangan dengan Deklarasi Panmunjom tidak akan pernah diampuni," bunyi artikel koran tersebut.
|
Latihan militer AS-Korsel memang dilakukan tak lama setelah pemimpin kedua Korea, Presiden Moon Jae-in dan Kim Jong-un, menggelar pertemuan tingkat tinggi pada April lalu.
Simulasi perang ini juga dilakukan ketika Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menggelar pertemuan pada 12 Juni mendatang. Kim sempat mengancam akan membatalkan pertemuannya dengan Trump jika AS-Korsel terus melakukan latihan gabungan dan "tindakan permusuhan lainnya".
Credit cnnindonesia.com