Rusia siap kirim ahli radiasi dan biologi buktikan tidak ada serangan kimia di Douma.
CB, MOSKOW -- Pemerintah Rusia, pada Ahad (8/4), menepis laporan tentang serangan senjata kimia di Douma, Suriah yang dikuasai kelompok pemberontak. Setidaknya 49 orang telah dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.
"Kami jelas membantah informasi ini (serangan senjata kimia di
Douma)," ujar Kepala Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi Rusia di Suriah
Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko.
Ia mengatakan akan
membuktikan informasi terkait serangan senjata kimia di Douma adalah
keliru dan menyesatkan. "Kami dengan ini mengumumkan kami siap mengirim
ahli Rusia dalam bidang radiasi, pertahanan kimia, dan biologi untuk
mengumpulkan informasi, segera setelah Douma dibebaskan dari milisi. Ini
akan mengonfirmasi sifat palsu dari laporan ini," kata Yevtushenko.
Serangan
gas beracun terjadi di Douma, salah satu wilayah di Ghouta Timur,
Suriah, Sabtu (7/4) malam waktu setempat. Serangan ini seketika
menewaskan puluhan orang. Pemerintah Suriah disebut bertanggung jawab
atas serangan terbaru di Douma. Namun Damaskus telah membantah tegas
tuduhan tersebut.
Ini bukan pertama kali pemerintah Suriah
dituding menggunakan senjata kimia. Pada Januari lalu, beredar laporan
yang menyatakan pemerintah Suriah masih memanfaatkan senjata kimia untuk
menyerang Ghouta Timur. Suriah dan sekutunya Rusia membantah hal
tersebut.
Amerika Serikat (AS) menuding Rusia menghalangi
dan mencegah badan investigasi PBB menyelidiki penggunaan senjata kimia
di Suriah. AS menilai tindakan Rusia jelas telah mengirim pesan
berbahaya kepada dunia.
"Ketika Rusia membunuh Mekanisme
Investigasi Bersama (MIB), mereka mengirim pesan berbahaya kepada dunia,
yang tidak hanya mengatakan penggunaan senjata kimiadapat diterima,
tapi juga mereka yang menggunakan senjata kimia tidak perlu
diidentifikasi atau bertanggung jawab," ujar Duta Besar AS untuk PBB
Nikki Haley pada Januari lalu.
Haley menegaskan, AS akan
terus mendukung upaya penyelidikan penggunaan senjata kimia di Suriah.
"AS tidak akan pernah berhenti memperjuangkan anak-anak, wanita, dan
pria Suriah yang tidak bersalah dan telah menjadi korban pemerintahan
merekasendiri dan mereka terus mendukungnya," katanya.
Pada
Agustus 2015, Dewan Keamanan PBB membentuk MIB. Hal ini dilakukan
setelah terbitnya laporan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah.
Dalam laporan akhir tahun lalu, MIB menyalahkan rezim pemerintah Suriah
atas serangan senjata kimia yang terjadi di Khan Sheikhoun. Dalam
peristiwa tersebut, sedikitnya 100 warga Suriah, termasuk anak-anak,
tewas akibat menghirup gas beracun.
Laporan tentang
penggunaan senjata kimia di Suriah memang terus bermunculan. Hal ini
dipicu sebuah serangan pada Agustus 2013 di Ghouta Timur, dekat
Damaskus. Kala itu, serangan yang diyakini memanfaatkan senjata kimia
menewaskan lebih dari 1.400 orang.