Senin, 09 April 2018

Rusia Bantah Jadi Dalang Serangan Gas di Suriah


Rusia Bantah Jadi Dalang Serangan Gas di Suriah
Rusia menampik tuduhan jadi dalang di balik serangan senjata kimia mematikan di Douma, Suriah, Sabtu (7/4). (AFP PHOTO / Aaref WATAD)

Jakarta, CB -- Rusia menampik tuduhan jadi dalang di balik serangan senjata kimia mematikan di Douma, Suriah, Sabtu (7/4). Pernyataan ini disampaikan layanan berita Interfax mengutip dari Kementerian Pertahanan Rusia.

"Kami jelas membantah tuduhan ini," kata Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko, kepala pusat perdamaian dan rekonsiliasi Rusia di Suriah, dikutip dari Reuters.


"Dengan ini kami mengumumkan bahwa kami siap mengirim spesialis bidang radiasi, pertahanan kimia dan biologi dari Rusia untuk mengumpulkan informasi, segera setelah Douma dibebaskan dari militan. Ini akan mengonfirmasi tuduhan dari pernyataan tersebut."

Sebelumnya, kelompok aktivis Suriah melaporkan terjadinya serangan brutal di reruntuhan kota Douma yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur, Sabtu (8/4). Serangan ini menyebabkan puluhan warga sipil tewas dan 500 orang lainnya luka-luka.

Kelompok-kelompok aktivis tersebut mengatakan bahwa serangan dengan gas beracun dalam bom barel yang dijatuhkan helikopter di Douma menyebabkan orang mati lemas dan tersedak.



Credit  cnnindonesia.com


Rusia Bantah Terjadi Serangan Senjata Kimia di Douma



Korban dugaan serangan kimia Suriah.
Korban dugaan serangan kimia Suriah.
Foto: Edlib Media Center, via AP


Rusia siap kirim ahli radiasi dan biologi buktikan tidak ada serangan kimia di Douma.



CB, MOSKOW -- Pemerintah Rusia, pada Ahad (8/4), menepis laporan tentang serangan senjata kimia di Douma, Suriah yang dikuasai kelompok pemberontak. Setidaknya 49 orang telah dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.

"Kami jelas membantah informasi ini (serangan senjata kimia di Douma)," ujar Kepala Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi Rusia di Suriah Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko.

Ia mengatakan akan membuktikan informasi terkait serangan senjata kimia di Douma adalah keliru dan menyesatkan. "Kami dengan ini mengumumkan kami siap mengirim ahli Rusia dalam bidang radiasi, pertahanan kimia, dan biologi untuk mengumpulkan informasi, segera setelah Douma dibebaskan dari milisi. Ini akan mengonfirmasi sifat palsu dari laporan ini," kata Yevtushenko.

Serangan gas beracun terjadi di Douma, salah satu wilayah di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu (7/4) malam waktu setempat. Serangan ini seketika menewaskan puluhan orang. Pemerintah Suriah disebut bertanggung jawab atas serangan terbaru di Douma. Namun Damaskus telah membantah tegas tuduhan tersebut.

Ini bukan pertama kali pemerintah Suriah dituding menggunakan senjata kimia. Pada Januari lalu, beredar laporan yang menyatakan pemerintah Suriah masih memanfaatkan senjata kimia untuk menyerang Ghouta Timur. Suriah dan sekutunya Rusia membantah hal tersebut.

Amerika Serikat (AS) menuding Rusia menghalangi dan mencegah badan investigasi PBB menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah. AS menilai tindakan Rusia jelas telah mengirim pesan berbahaya kepada dunia.

"Ketika Rusia membunuh Mekanisme Investigasi Bersama (MIB), mereka mengirim pesan berbahaya kepada dunia, yang tidak hanya mengatakan penggunaan senjata kimiadapat diterima, tapi juga mereka yang menggunakan senjata kimia tidak perlu diidentifikasi atau bertanggung jawab," ujar Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pada Januari lalu.

Haley menegaskan, AS akan terus mendukung upaya penyelidikan penggunaan senjata kimia di Suriah. "AS tidak akan pernah berhenti memperjuangkan anak-anak, wanita, dan pria Suriah yang tidak bersalah dan telah menjadi korban pemerintahan merekasendiri dan mereka terus mendukungnya," katanya.

Pada Agustus 2015, Dewan Keamanan PBB membentuk MIB. Hal ini dilakukan setelah terbitnya laporan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah. Dalam laporan akhir tahun lalu, MIB menyalahkan rezim pemerintah Suriah atas serangan senjata kimia yang terjadi di Khan Sheikhoun. Dalam peristiwa tersebut, sedikitnya 100 warga Suriah, termasuk anak-anak, tewas akibat menghirup gas beracun.

Laporan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah memang terus bermunculan. Hal ini dipicu sebuah serangan pada Agustus 2013 di Ghouta Timur, dekat Damaskus. Kala itu, serangan yang diyakini memanfaatkan senjata kimia menewaskan lebih dari 1.400 orang.



Credit  republika.co.id