Senin, 09 April 2018

80 Diduga Tewas dalam Serangan Gas Beracun Suriah


Korban serangan kimia Suriah.
Korban serangan kimia Suriah.
Foto: AP


Serangan terjadi setelah runtuhnya gencatan senjata.



CB, DAMASKUS -- Para aktivis, petugas penyelamat dan tenaga medis Suriah mengungkapkan pada Ahad (8/4) serangan gas beracun di kota yang dikuasai pemberontak telah menewaskan sedikitnya 40 orang. Tuduhan tersebut dibantah rezim Suriah.

Serangan yang diduga dilancarkan di kota Douma, dekat ibu kota, itu terjadi pada Sabtu (7/4) malam. Serangan terjadi setelah runtuhnya gencatan senjata.

Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan setidaknya 80 orang tewas di kota Douma pada Sabtu (7/4). Ini termasuk sekitar 40 orang yang meninggal karena mati lemas.

Penanggap pertama yang terkait dengan oposisi, yang dikenal sebagai White Helmets, juga melaporkan serangan itu. White Helmets mengatakan seluruh keluarga ditemukan mati lemas di rumah dan tempat tinggal mereka.

Laporan itu melaporkan korban tewas akibat mati lemas lebih dari 40. Syrian American Medical Society, sebuah organisasi bantuan, mengatakan 41 orang terbunuh dan ratusan lainnya terluka. Laporan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Pasukan pemerintah Suriah melanjutkan serangan mereka terhadap kota Douma yang dikuasai pemberontak pada Jumat (6/4) sore. Setelah gencatan senjata selama 10 hari runtuh karena ketidaksepakatan mengenai evakuasi pejuang oposisi.

Serangan dilanjutkan beberapa hari setelah ratusan pejuang oposisi dan keluarga mereka meninggalkan Douma menuju daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah utara. Douma adalah benteng pemberontak terakhir di Ghouta timur.

Serangan gas yang diduga terjadi di Douma ini terjadi hampir tepat setahun setelah serangan kimia di kota Suriah Khan Sheikhoun di Irak utara dan menewaskan puluhan orang. Serangan itu mendorong Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memerintahkan serangan rudal ke pangkalan udara Suriah.

Pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia, membantah terlibat dalam dugaan serangan gas. Douma berada di pinggiran Damaskus yang dikenal sebagai Ghouta timur.Sebuah serangan kimia di Ghouta timur pada 2013 yang secara luas disalahkan pada pasukan pemerintah menewaskan ratusan orang. Serangan itu mendorong AS untuk mengancam aksi militer sebelum kemudian mundur.

Suriah terus membantah pernah menggunakan senjata kimia selama perang sipil selama tujuh tahun tersebut. Suriah juga mengatakan mereka telah menghapuskan senjata kimia di bawah perjanjian 2013 yang ditengahi oleh AS dan Rusia setelah serangan di Ghouta timur.





Credit  republika.co.id



500 Orang Dilaporkan Luka Karna Serangan Gas Klorin di Ghouta


500 Orang Dilaporkan Luka Karna Serangan Gas Klorin di Ghouta
ilustrasi Suriah (AFP PHOTO / Abdulmonam EASSA)


Jakarta, CB -- Kelompok aktivis Suriah melaporkan terjadinya serangan brutal di reruntuhan kota Douma yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu (8/4).

Serangan ini menyebabkan puluhan warga sipil tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Kelompok-kelompok aktivis tersebut mengatakan bahwa serangan dengan gas beracun dalam bom barel yang dijatuhkan oleh helikopter di atas Douma menyebabkan orang mati lemas dan tersedak.


Kantor berita pemerintah Suriah, SANA mengutip sebuah 'sumber resmi' membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan bahwa laporan tersebut adalah sebuah upaya untuk menghalangi kemajuan militer.



SANA, mengutip sumber yang sama, menulis bahwa tentara Arab Suriah tak perlu menggunakan bahan kimia apapun seperti yang diklaim oleh afiliasi media teroris.

Gambar grafis tentang penyerangan tersebut menunjukkan bahwa orang-orang, termasuk anak-anak banyak yang tewas dan terluka. Beberapa di antaranya terlihat mengeluarkan ludah atau busa di pusat medis darurat.

Mengutip CNN, seorang petugas berwenang dari Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM) mengungkapkan bahwa para dokter di Ghouta Timur melihat pasien kejang dan beberapa terlihat lumpuh, tak responsif.

Hanya saja, gambar ini belum bisa dipastikan keasliannya.

UOSSM, mengutip para dokter dan aktivis lapangan merilis pernyataan yang mengatakan bahwa serangan besar-besaran dengan gas atau bahan kimia tersebut menyebabkan 25 orang terbunuh dan 500 orang lainnya terluka.

Mengutip AFP, serangan ini diduga dilakukan dengan menggunakan gas klorin beracun.





Credit  cnnindonesia.com