BEIRUT
- Pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan bahwa
serangan rudal pimpinan Amerika Serikat (AS) di Suriah gagal mencapai
tujuanya. Ia merujuk pada meneror pasukan Suriah, meningkatkan moral
pejuang Suriah atau melayani kepentinga Israel.
Menurutnya keinginan militer AS untuk tetap mempertahankan serangan amat terbatas. AS menyadari bahwa agresi yang lebih luas terhadap Suriah akan memancing respon dari Damaskus dan menigkakan ketegangan di seluruh wilayah.
Nasrallah juga menuduh negara-negara Teluk menghasut tindakan militer AS di Suriah dan mendanai serangan rudal di negara itu seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (16/4/2018).
Setelah AS, Prancis, dan Inggris meluncurkan serangan di sejumlah target di Suriah sebagai tanggapan atas dugaan insiden kimia di pinggiran Damaskus di Douma, Hizbullah menyatakan bahwa AS tidak akan pernah berhasil dalam perang melawan Suriah dan orang-orang biasa di Timur Tengah. Gerakan militan Syiah juga mendapat pujian di Suriah karena menangkis serangan udara yang sebelumnya diluncurkan oleh AS, Inggris dan Prancis terhadap Republik Arab.
Setelah laporan tentang dugaan serangan gas di Douma Suriah muncul di beberapa media lokal, yang mengutip sumber di kalangan militan, negara-negara Barat bergegas untuk menuduh pasukan Presiden Suriah Bashar Assad menggunakan senjata kimia. Para pemimpin Suriah membantah terlibat dalam serangan itu, dan mengundang para ahli dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) untuk menyelidiki laporan tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, ketiga negara itu menembakkan lebih dari 100 rudal jelajah dan rudal udara ke permukaan, yang sebagian besar ditembak jatuh oleh pertahanan udara Suriah. Tiga orang cedera akibat serangan itu, Staf Umum Suriah melaporkan.
Presiden Suriah Bashar Assad mengecam serangan itu, mengatakan bahwa setelah pemogokan, tekad Damaskus untuk memerangi dan menghancurkan terorisme di setiap inci hanya akan meningkat.
Menurutnya keinginan militer AS untuk tetap mempertahankan serangan amat terbatas. AS menyadari bahwa agresi yang lebih luas terhadap Suriah akan memancing respon dari Damaskus dan menigkakan ketegangan di seluruh wilayah.
Nasrallah juga menuduh negara-negara Teluk menghasut tindakan militer AS di Suriah dan mendanai serangan rudal di negara itu seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (16/4/2018).
Setelah AS, Prancis, dan Inggris meluncurkan serangan di sejumlah target di Suriah sebagai tanggapan atas dugaan insiden kimia di pinggiran Damaskus di Douma, Hizbullah menyatakan bahwa AS tidak akan pernah berhasil dalam perang melawan Suriah dan orang-orang biasa di Timur Tengah. Gerakan militan Syiah juga mendapat pujian di Suriah karena menangkis serangan udara yang sebelumnya diluncurkan oleh AS, Inggris dan Prancis terhadap Republik Arab.
Setelah laporan tentang dugaan serangan gas di Douma Suriah muncul di beberapa media lokal, yang mengutip sumber di kalangan militan, negara-negara Barat bergegas untuk menuduh pasukan Presiden Suriah Bashar Assad menggunakan senjata kimia. Para pemimpin Suriah membantah terlibat dalam serangan itu, dan mengundang para ahli dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) untuk menyelidiki laporan tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, ketiga negara itu menembakkan lebih dari 100 rudal jelajah dan rudal udara ke permukaan, yang sebagian besar ditembak jatuh oleh pertahanan udara Suriah. Tiga orang cedera akibat serangan itu, Staf Umum Suriah melaporkan.
Presiden Suriah Bashar Assad mengecam serangan itu, mengatakan bahwa setelah pemogokan, tekad Damaskus untuk memerangi dan menghancurkan terorisme di setiap inci hanya akan meningkat.
Credit sindonews.com