Kamis, 19 April 2018

Erdogan Majukan Jadwal Pemilu di Turki


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato terkait pelaksanaan referendum Turki di Istanbul (16/4)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato terkait pelaksanaan referendum Turki di Istanbul (16/4)
Foto: Lefteris Pitarakis/AP


Percepatan pemilu dilakukan karena Turki perlu menerapkan sistem presidensial baru.



CB, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemilihan umum (pemilu) di Turki akan digelar pada 24 Juni mendatang. Pernyataan ini cukup mengundang perhatian karena pemilu untuk presiden dan parlemen Turki seharusnya digelar pada November 2019.

"Kami memutuskan pemilu akan digelar pada 24 Juni 2018," ungkap Erdogan saat ditemui di Istana Kepresidenan, seperti dilansir di The Guardian, Rabu (18/4).
Keputusan ini diambil setelah Erdogan melakukan pertemuan dengan ketua partai nasionalis MHP Devlet Bahceli. Erdogan mengatakan pada mulanya ia ingin pemilu dilaksanakan sesuai jadwal.

Hanya saja, ada dua hal yang membuat Erdogan mempertimbangkan percepatan jadwal pemilu. Salah satunya adalah operasi lintas-perbatasan di Suriah. Hal lainnya adalah sejarah perkembangan di Irak dan Suriah. Erdogan juga menilai percepatan pemilu penting dilakukan karena Turki perlu menerapkan sistem presidensial yang baru dengan lebih cepat.

"Penting bagi Turki untuk mengatasi ketidakpastian," ujar Erdogan.

Selain itu, keputusan Erdogan memajukan jadwal pemilu juga dinilai berkaitan dengan kondisi ekonomi di Turki. Beberapa pihak menilai kekhawatiran akan kemerosotan ekonomi di Turki membuat Erdogan yang semula menginginkan pemilu digelar sesuai jadwal pada 2019 berubah pikiran.

Ide awal memajukan jadwal pemilu datang dari Bahceli. Keputusan Erdogan menerima ide Bahceli yang cepat ini juga cukup mengejutkan karena hanya tersisa sekitar dua bulan sebelum pemilu dilaksanakan.

Direktur Program Turki dari Washington Institute Soner Cagaptay menilai pemilu pada 24 Juni nanti akan menjadi hari bersejarah bagi Turki. Seperti diketahui, Turki belum lama ini mengubah sistem pemerintahan yang semula menganut sistem parlementer menjadi sistem presidensial. Pemilu pada 24 Juni, lanjut Cagaptay, akan menjadi momen di mana bayang-bayang kekuasaan perdana menteri benar-benar hilang dan presiden akan mengambil kuasa penuh dengan dekrit.

"Pemerintahan eksekutif akan sepenuhnya terbentuk. Kita akan beralih dari Turki yang satu menjadi (Turki) yang baru, dan itu akan menjadi satu hari yang dramatis," ungkap Cagaptay.

Di sisi lain, beberapa pihak menilai pemilu yang lebih cepat akan membuat Erdogan tak memiliki banyak pesaing. Pesaing utama Erdogan dari partai oposisi CHP telah gagal selama 16 tahun untuk memenangkan pemilu dan mengalami kesulitan untuk mendaftarkan kandidat presiden yang kredibel. Selain itu, pemimpin partai HDP Selahattin Demirtas juga sedang dipenjara dan partainya telah mengalami kehancuran dengan ditangkapnya para wali kota, kader serta anggota parlemen partai HDP.






Credit  republika.co.id