WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) akan berhenti memberikan senjata kepada milisi
Kurdi Suriah. Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Pertahanan AS James
Mattis.
"YPG dipersenjatai dan saat koalisi menghentikan operasi maka jelas Anda tidak memerlukannya, Anda memerlukan keamanan, Anda memerlukan pasukan polisi, yaitu pasukan lokal, itulah orang-orang yang memastikan bahwa ISIS tidak kembali," kata Mattis seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (3/12/2017).
YPG, atau Unit Perlindungan Rakyat, adalah milisi Kurdi yang memainkan peran utama dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF). SDF sendiri adalah sebuah aliansi milisi Kurdi dan Arab yang didukung oleh AS di Suriah.
Ketika ditanya apakah AS memang bermaksud untuk menghentikan adalah program untuk mempersenjatai pasukan Kurdi di Suriah, Mattis mengatakan: "Ya. Pentagon akan menjalankan persis seperti yang diumumkan oleh Presiden."
Mattis juga mengatakan bahwa Pentagon mengubah komposisi pasukan AS di Suriah karena operasinya di sana memasuki tahap akhir mereka.
"Pasukan mengubah sikap mereka, itu termasuk dengan sekutu kita yang sekarang mengubah pendirian mereka saat mereka sampai pada batas ke mana mereka pergi," katanya.
AS baru-baru ini mengatakan bahwa sekitar 400 Marinir dan artileri mereka akan meninggalkan Suriah setelah berakhirnya operasi yang bertujuan merebut kembali Raqqa dari ISIS. Jumlah tentara Amerika yang sebenarnya di Suriah, bagaimanapun, masih bisa menjadi signifikan karena laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa AS menyembunyikan jumlah sebenarnya di negara Timur Tengah.
Program AS yang mempertimbangkan pasokan senjata ke Kurdi Suriah, dan juga ketidaksetujuan mengenai status masa depan negara itu, telah membuat hubungan Washington dan Ankara tegang. Turki memandang milisi YPG Kurdi yang didukung AS sebagai sebuah organisasi teroris yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Washington telah berulang kali menekankan bahwa, meskipun mengetahui masalah keamanan Turki, kebijakan untuk mempersenjatai Kurdi diperlukan untuk memastikan kemenangan di Raqqa. Ankara, bagaimanapun, mengklaim bahwa YPG tidak memerangi ISIS namun berusaha untuk terlibat dalam kerja sama dengan para ekstrimis.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Presiden AS Donald Trump berjanji tidak akan memberikan senjata kepada YPG dalam sebuah pembicaraan telepon dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan.
"YPG dipersenjatai dan saat koalisi menghentikan operasi maka jelas Anda tidak memerlukannya, Anda memerlukan keamanan, Anda memerlukan pasukan polisi, yaitu pasukan lokal, itulah orang-orang yang memastikan bahwa ISIS tidak kembali," kata Mattis seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (3/12/2017).
YPG, atau Unit Perlindungan Rakyat, adalah milisi Kurdi yang memainkan peran utama dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF). SDF sendiri adalah sebuah aliansi milisi Kurdi dan Arab yang didukung oleh AS di Suriah.
Ketika ditanya apakah AS memang bermaksud untuk menghentikan adalah program untuk mempersenjatai pasukan Kurdi di Suriah, Mattis mengatakan: "Ya. Pentagon akan menjalankan persis seperti yang diumumkan oleh Presiden."
Mattis juga mengatakan bahwa Pentagon mengubah komposisi pasukan AS di Suriah karena operasinya di sana memasuki tahap akhir mereka.
"Pasukan mengubah sikap mereka, itu termasuk dengan sekutu kita yang sekarang mengubah pendirian mereka saat mereka sampai pada batas ke mana mereka pergi," katanya.
AS baru-baru ini mengatakan bahwa sekitar 400 Marinir dan artileri mereka akan meninggalkan Suriah setelah berakhirnya operasi yang bertujuan merebut kembali Raqqa dari ISIS. Jumlah tentara Amerika yang sebenarnya di Suriah, bagaimanapun, masih bisa menjadi signifikan karena laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa AS menyembunyikan jumlah sebenarnya di negara Timur Tengah.
Program AS yang mempertimbangkan pasokan senjata ke Kurdi Suriah, dan juga ketidaksetujuan mengenai status masa depan negara itu, telah membuat hubungan Washington dan Ankara tegang. Turki memandang milisi YPG Kurdi yang didukung AS sebagai sebuah organisasi teroris yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Washington telah berulang kali menekankan bahwa, meskipun mengetahui masalah keamanan Turki, kebijakan untuk mempersenjatai Kurdi diperlukan untuk memastikan kemenangan di Raqqa. Ankara, bagaimanapun, mengklaim bahwa YPG tidak memerangi ISIS namun berusaha untuk terlibat dalam kerja sama dengan para ekstrimis.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Presiden AS Donald Trump berjanji tidak akan memberikan senjata kepada YPG dalam sebuah pembicaraan telepon dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Credit sindonews.com
Menhan AS Pastikan Hentikan Pengiriman Senjata pada Kurdi
WASHINGTON
- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Mattis menuturkan
pihaknya akan menghentikan pengiriman senjata kepada Kurdi Suriah. Dia
menyebut ini sesuai dengan janji yang disampaikan oleh Presiden AS
Donald Trump, kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan.
"Ya, kami akan melakukan hal yang sama persis seperti yang sudah disampaikan oleh Presiden (Trump)," kata Mattis dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/12).
Mattis kemudian mengatakan, AS akan mengubah pembentukan kekuatan militernya di Suriah untuk mendukung perundingan yang sedang berlangsung di Jenewa.
Mengenai pengumuman yang disampaikan oleh AS bahwa mereka akan menarik unit artilerinya dari Suriah, Mattis mengatakan bahwa fokus utama AS, dan koalisi internasional saat ini adalah mempertahankan semua wilayah yang ada, dan mendukung penguatan kekuatan lokal.
"YPG dipersenjatai, dan saat koalisi berhenti melakukan aksi ofensif maka jelas Anda tidak memerlukannya (mempersenjata YPG). Anda memerlukan keamanan, Anda memerlukan pasukan polisi, itu adalah pasukan lokal, itulah orang-orang yang memastikan bahwa ISIS tidak kembali," ungkapnya.
Dia menambahkan, AS mengambil keputusan ini di Suriah untuk mendukung diplomat guna mengakhiri perang.
Seperti diketahui, perundingan damai di Jenewa saat ini kembali berlangsung. Perwakilan dari oposisi Suriah, dan pemerintah Suriah kembali bertemu untuk kedelapan kalinya untuk mencari solusi, untuk menghentikan perang yang sudah berlangsung selama setengah dekade.
"Ya, kami akan melakukan hal yang sama persis seperti yang sudah disampaikan oleh Presiden (Trump)," kata Mattis dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/12).
Mattis kemudian mengatakan, AS akan mengubah pembentukan kekuatan militernya di Suriah untuk mendukung perundingan yang sedang berlangsung di Jenewa.
Mengenai pengumuman yang disampaikan oleh AS bahwa mereka akan menarik unit artilerinya dari Suriah, Mattis mengatakan bahwa fokus utama AS, dan koalisi internasional saat ini adalah mempertahankan semua wilayah yang ada, dan mendukung penguatan kekuatan lokal.
"YPG dipersenjatai, dan saat koalisi berhenti melakukan aksi ofensif maka jelas Anda tidak memerlukannya (mempersenjata YPG). Anda memerlukan keamanan, Anda memerlukan pasukan polisi, itu adalah pasukan lokal, itulah orang-orang yang memastikan bahwa ISIS tidak kembali," ungkapnya.
Dia menambahkan, AS mengambil keputusan ini di Suriah untuk mendukung diplomat guna mengakhiri perang.
Seperti diketahui, perundingan damai di Jenewa saat ini kembali berlangsung. Perwakilan dari oposisi Suriah, dan pemerintah Suriah kembali bertemu untuk kedelapan kalinya untuk mencari solusi, untuk menghentikan perang yang sudah berlangsung selama setengah dekade.
Credit sindonews.com