Selasa, 05 Desember 2017

Kronologi Tewasnya Mantan Presiden Yaman


Kronologi Tewasnya Mantan Presiden Yaman
Para pendukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Saleh dipastikan tewas dibunuh oleh pemberontak Houthi. (REUTERS/Khaled Abdullah)



Jakarta, CB -- Pemimpin partai dan orang kuat mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh memastikan Saleh telah tewas.

"Dia menjadi martir dalam mempertahankan republik," kata Faiqa al-Sayyid, pemimpin Kongres Rakyat Umum (General People's Congress/GPC). Dia menyalahkan pemberontak Houthi atas pembunuhan Saleh di selatan Ibu Kota Sanaa.

Sayyid mengatakan Saleh dan pejabat penting partai lainnya ditembaki pemberontak Houthi saat berusaha menyelamatkan diri dari Ibu Kota Sanaa yang dikuasai pemberontak menuju wilayah yang dikuasai loyalis Saleh.


Sumber militer mengatakan milisi pemberontak Houthi menghentikan konvoi empat kendaraan rombongan Saleh sekitar 40 kilometer selatan Sanaa. Mereka menembak mati Saleh, Sekjen GPC Arif al-Zouka dan wakilnya Yasir Al-Awadi

Pembunuhan Saleh terjadi setelah mantan presiden Yaman itu memutuskan aliansi dengan Houthi yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir, Sabtu (2/12) lalu.



Saleh menyatakan siap bernegosiasi dengan Arab Saudi untuk membuka blokade yang telah melumpuhkan Yaman dan mengakhiri krisis kemanusiaan di negeri itu.

Langkah mantan Presiden Yaman untuk menghentikan aliansinya dengan Houthi terbukti fatal. Saat pertempuran sengit masih berlangsung di Sanaa, Senin (3/12), pemberontak Houthi mengumumkan tewasnya Saleh.


Credit  CNN Indonesia



Aksi Horor Houthi, Kepala Eks Presiden Yaman Diberondong Tembakan


Aksi Horor Houthi, Kepala Eks Presiden Yaman Diberondong Tembakan
Cuplikan video kematian mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh akibat serangan milisi pemberontak Houthi Yaman. Foto/Al Arabiya


SANAA - Sumber dari Kongres Rakyat Umum Yaman mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka yang juga mantan presiden Ali Abdullah Saleh tewas pada hari Senin dalam bentrokan sengit dengan pemberontak Houthi di Ibu Kota Sanaa. Saleh dilaporkan dibunuh dengan puluhan tembakan di kepala dan perut.

Sebuah video menunjukkan Saleh terbaring di atas selimut yang dikelilingi oleh milisi Houthi yang merayakan kematiannya. Video klip pendek yang ditayangkan di saluran televisi pro-Houthi juga mengonfirmasi laporan bahwa Saleh tewas akibat ditembaki di bagian kepala.

Sebelum mantan presiden Yaman tersebut dibunuh, pada hari yang sama milisi pemberontak Houthi meledakkan rumah Saleh di pusat Ibu Kota Sanaa.


Malam sebelum pembunuhan, Saleh secara resmi mengumumkan pembubaran kemitraannya dengan milisi Houthi. Kedua pihak sebelumnya bersekutu melawan pemerintah Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi yang dibela koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi.

”Nol jam akan datang ke medan perang di Sanaa. Negara itu harus diselamatkan dari kegilaan kelompok Houthi,” kata Saleh dalam sebuah pernyataan pada hari Senin pagi atau beberapa jam sebelum dia dibunuh, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (5/12/2017).

Foto terbaru yang tersebar di media-media Yaman juga menunjukkan kelompok bersenjata Houthi menyerang mobil Saleh saat konvoi.

Seorang sumber mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Saleh meninggalkan rumahnya di Sanaa dengan satu mobil bersama dengan putranya dan dua anggota terkemuka partai Kongres Rakyat Umum Yaman.

Mobil Saleh, lanjut sumber tersebut, tiba di daerah Sayan, beberapa kilometer dari Desa Beit al-Ahmar di Sanhan. Rombongan Saleh kemudian dikepung tujuh mobil yang penuh dengan militan Houthi.

”Mobil yang membawa Saleh tidak bisa lepas karena tujuh mobil Houthi benar-benar menghalanginya,” kata sumber tersebut.

Menurut laporan media lokal, militan Houthi  memaksa mantan presiden Saleh dan teman-temannya keluar dari mobil. Sejenak kemudian, perut dan kepala Saleh diberondong tembakan. Beberapa sumber mengatakan setidaknya 35 peluru amunisi ditembakkan. 

Khaled, putra Saleh, dilaporkan terluka dan ditangkap oleh milisi Houthi. Sedangkan nasib Tariq Saleh, keponakan Saleh, dan Arif Zuka, Sekretaris Jenderal Partai Kongres, masih tetap menjadi misteri.



Credit  sindonews.com



Abdullah Saleh Dibunuh Saat Melarikan Diri ke Arab Saudi


Konflik Yaman
Konflik Yaman

CB,SANAA -- Pemberontak Houthi di Yaman mengklaim mereka telah membunuh
mantan sekutu mereka, Ali Abdullah Saleh.


Mantan presiden Yaman tersebut dilaporkan ditembak mati oleh penyerang
Houthi pada Senin (4/12) setelah konvoi lapis bajanya melarikan diri
 dari ibu kota yang dikuasai pemberontak yaitu Sanaa ke Marib.

Pertarungan antara Houthi dan pasukan yang setia kepada Saleh pecah di
Sanaa terjadi pekan lalu setelah berbulan-bulan meningkatnya
ketegangan dan tuduhan Saleh berusaha untuk beralih dalam perang
sipil.

Houthi dan Partai Kongres Rakyat Umum (General People's Congress/GPC)
dulunya bersekutu melawan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang
diasingkan.

Dalam sebuah pidato panjang yang disiarkan di televisi Houthi, pejabat
tinggi Abdul-Malek al-Houthi mengatakan bahwa kematian Saleh adalah
hasil dari pengkhianatannya.

Juru bicara Houthi Abdel-Rahman al Ahnomi juga mengkonfirmasi pada
hari Senin bahwa sebuah video mengerikan yang beredar luas di media
sosial menunjukkan mayat Saleh.

Dalam cuplikan tersebut, mengingatkan pada kematian pemimpin Libya
Muammar Gaddafi di tangan bangsanya sendiri pada 2011. Tubuh Saleh
terbawa dalam selimut, darah terlihat di kemejanya.
 Matanya terbuka dan berkaca-kaca serta mengalami luka kepala serius. Kemudian pria
bersorak dan mengikat tubuhnya ke sebuah truk.

Sebelumnya, Stasiun TV yang dikendalikan Houthi melaporkan mantan
presiden Yaman telah terbunuhLaporan awal Saleh telah terbunuh datang setelah rumahnya di ibukota
diledakkan oleh mortir Houthi.

Bentrokan di kota tersebut dalam beberapa hari terakhir telah
menewaskan setidaknya 125 orang dan melukai lebih dari 200 orang.
Sementara pada Senin malam pertempuran tersebut tampaknya mereda,
kematian Saleh membuka sebuah babak baru dalam konflik berdarah
tersebut.

"Yaman saat ini bukan Yaman kemarin," kata Adam Baron, mantan penduduk
Sanaa dan rekannya di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, mengatakan
kepada The Independent seperti dikutip, Selasa (5/12).

"Yang jelas adalah bahwa permainan telah berubah. Satu hal yang
tampaknya pasti adalah konflik dan penderitaan bagi orang-orang Yaman.
Beberapa hari sebelumnya pada hari Sabtu, Saleh mengatakan bahwa dia
ingin "membalik halaman" dalam hubungan dengan koalisi pimpinan-Arab
Saudi, yang menghasilkan harapan baru untuk kesepakatan damai setelah
perang yang telah menemui jalan buntu selama hampir tiga tahun.
Namun,
ucapan tersebut pada akhirnya menyebabkan pertempuran
 intra-pemberontak di Sanaa, dan kematiannya sendiri.



Presiden Hadi dan sekutu-sekutunya di Arab Saudi mengatakan pada Senin
(4/12) bahwa pemerintah yang diasingkan akan meluncurkan serangan baru 
untuk merebut kembali ibu kota tersebut. Inggris mengecam blokade di Suriah tapi tidak di Yaman.
Lebih dari 20 juta orang Yaman - dua pertiga penduduk telahbergantung pada bantuan kemanusiaan sejak perang sipil meletus pada Maret 2015.

Lebih dari 10.000 orang telah meninggal dalam konflik sampai saat ini
akibat kekerasan, epidemi kolera terbesar di dunia, kelaparan dan
penyakit lainnya. Badan-badan bantuan memperingatkan statistik angka
sebenarnya cenderung jauh lebih tinggi.
Sementara beberapa bantuan telah diizinkan masuk ke Sanaa dan pelabuhan utama Hodeida,. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dan badan-badan bantuan memperingatkan bahwa tanpa akses yang tidak terbatas terhadap barang-barang seperti bahan bakar, untuk generator yang memberi
wewenang rumah sakit dan merawat air minum, negara ini masih berada di
jalur kelaparan berskala besar.

Yaman yang merupakan negara termiskin di dunia Arab sebelum perang
pecah telah mengalami kerusuhan sejak demonstrasi Musim Semi Arab 2011
yang menggulingkan Saleh.

Mantan presiden tersebut memerintah Yaman selama 30 tahun sampai
 akhirnya dipaksakan lengser dari jabatannya pada 2012, menyerahkan
kendali kepada wakilnya, Presiden Hadi.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID