NEW DELHI
- Selusin duta besar negara-negara Arab di New Delhi meminta India
untuk mengklarifikasi posisinya terhadap keputusan Amerika Serikat (AS)
yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Permintaan ini muncul
di tengah kegelisahan dunia Arab atas sikap diam India.
Presiden AS Donald John Trump pada 6 Desember lalu mengumumkan bahwa Washington mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang memicu kemarahan di dunia Arab dan Muslim. Trump dalam pengumumannya juga memerintahkan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota suci itu segera.
Banyak negara, termasuk sekutu AS, yakni Inggris dan Prancis, mengkritik keputusan Trump. Namun, India memilih diam atau tidak memihak.
Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan singkat, mengatakan bahwa posisi India konsisten dan independen terhadap pihak ketiga manapun.
Pernyataan hambar itu memicu kritik tak hanya di dunia Arab tapi juga di dalam negeri. Sikap India dianggap tidak jalas, apakah pro atau anti-Palestina.
Israel mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. Namun, rakyat Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negara mereka. Keputusan Trump telah membuyarkan mimpi rakyat Palestina itu sekaligus membahayakan harapan perdamaian Israel dan Palestina melalui solusi dua negara.
Pekan lalu, utusan dari negara-negara Arab termasuk Arab Saudi, Mesir dan Kuwait yang berbasis di New Delhi bertemu dengan Menteri India untuk Urusan Luar Negeri MJ Akbar untuk memberi tahu pemerintah India mengenai hasil pertemuan Liga Arab pada 9 Desember yang mengecam keputusan AS.
Menurut sumber diplomat Arab, para utusan tersebut juga meminta tanggapan India yang lebih terbuka. Namun Akbar tidak memberikan kepastian.
Sumber diplomatik India mengatakan bahwa New Delhi tidak memiliki rencana untuk melakukan artikulasi lebih lanjut mengenai Yerusalem, yang merupakan inti dari konflik Israel-Palestina.
”Akbar tidak menjanjikan apapun,” kata sumber diplomatik tersebut yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dikutip Reuters, Senin (18/12/2017).
India adalah salah satu negara yang vokal dalam perjuangan Palestina saat memimpin Gerakan Non-Blok beberapa tahun silam. Namun, kini negara itu diam-diam mengejar hubungan dengan Israel.
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, New Delhi telah beralih untuk melakukan hubungan yang lebih terbuka dengan Israel. Negara tersebut juga “mengangkat tirai” hubungan militer yang berkembang di antara kedua negara.
Modi pada bulan Juli lalu melakukan perjalanan pertama ke Israel dan tidak mampir ke Ramallah, markas besar Otoritas Palestina.
Presiden AS Donald John Trump pada 6 Desember lalu mengumumkan bahwa Washington mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang memicu kemarahan di dunia Arab dan Muslim. Trump dalam pengumumannya juga memerintahkan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota suci itu segera.
Banyak negara, termasuk sekutu AS, yakni Inggris dan Prancis, mengkritik keputusan Trump. Namun, India memilih diam atau tidak memihak.
Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan singkat, mengatakan bahwa posisi India konsisten dan independen terhadap pihak ketiga manapun.
Pernyataan hambar itu memicu kritik tak hanya di dunia Arab tapi juga di dalam negeri. Sikap India dianggap tidak jalas, apakah pro atau anti-Palestina.
Israel mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. Namun, rakyat Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negara mereka. Keputusan Trump telah membuyarkan mimpi rakyat Palestina itu sekaligus membahayakan harapan perdamaian Israel dan Palestina melalui solusi dua negara.
Pekan lalu, utusan dari negara-negara Arab termasuk Arab Saudi, Mesir dan Kuwait yang berbasis di New Delhi bertemu dengan Menteri India untuk Urusan Luar Negeri MJ Akbar untuk memberi tahu pemerintah India mengenai hasil pertemuan Liga Arab pada 9 Desember yang mengecam keputusan AS.
Menurut sumber diplomat Arab, para utusan tersebut juga meminta tanggapan India yang lebih terbuka. Namun Akbar tidak memberikan kepastian.
Sumber diplomatik India mengatakan bahwa New Delhi tidak memiliki rencana untuk melakukan artikulasi lebih lanjut mengenai Yerusalem, yang merupakan inti dari konflik Israel-Palestina.
”Akbar tidak menjanjikan apapun,” kata sumber diplomatik tersebut yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dikutip Reuters, Senin (18/12/2017).
India adalah salah satu negara yang vokal dalam perjuangan Palestina saat memimpin Gerakan Non-Blok beberapa tahun silam. Namun, kini negara itu diam-diam mengejar hubungan dengan Israel.
Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, New Delhi telah beralih untuk melakukan hubungan yang lebih terbuka dengan Israel. Negara tersebut juga “mengangkat tirai” hubungan militer yang berkembang di antara kedua negara.
Modi pada bulan Juli lalu melakukan perjalanan pertama ke Israel dan tidak mampir ke Ramallah, markas besar Otoritas Palestina.
P.R. Kumaraswamy, seorang pakar hubungan luar negeri terkemuka di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi, mengatakan ”pergeseran besar” pada kebijakan India telah terbukti sejak awal tahun ini ketika Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengunjungi New Delhi.
”Dengan presiden Palestina yang berdiri di sampingnya, Perdana Menteri Modi mengulangi dukungan India untuk negara bagian Palestina namun dengan hati-hati menghindari rujukan langsung ke Yerusalem Timur,” katanya.
Selama beberapa dekade, dukungan India untuk sebuah negara Palestina disertai dengan referensi eksplisit terkait Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. New Delhi tetap memilih bersikap netral.
Credit sindonews.com