Selasa, 19 September 2017

Stanislav Petrov, Sosok Pencegah Perang Nuklir AS-Uni Soviet



Stanislav Petrov, Sosok Pencegah Perang Nuklir AS-Uni Soviet
Stanislav Petrov, 77, perwira Uni Soviet pencegah perang nuklir AS-Uni Soviet tahun 1980-an. Foto/Sputnik/Sergey Pirigov



MOSKOW - Stanislav Petrov, perwira Uni Soviet yang mencegah perang nuklir antara negaranya dengan Amerika Serikat (AS) pada tahun 1980-an, telah meninggal dunia di usia 77 tahun, 19 Mei lalu.. Semasa hidupnya dia menolak disebut sebagai pahlawan meski jasanya telah mencegah Perang Dunia III dan menyelamatkan dunia.

Peran Petrov yang menghentikan Perang Dingin beralih ke armageddon nuklir, sebagian besar juga dibantu Karl Schumacher, seorang aktivis politik dari Jerman yang membantu berita kepahlawanannya dilihat khalayak Barat. Setelah Soviet runtuh tahun 1990-an dan menjadi Rusia kini berseteru lagi dengan AS.

Pada tanggal 7 September, Schumacher, yang terus berhubungan dengan Petrov, meneleponnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.

Pada tanggal 26 September 1983, Petrov bertugas untuk sistem radar peringatan dini di sebuah bunker dekat Moskow. Pada satu kesempatan di tengah malam, dia melihat layar radar menunjukkan satu rudal dari AS menuju ke Uni Soviet.

”Saat pertama kali melihat pesan waspada, saya bangkit dari kursi saya. Semua bawahan saya bingung, jadi saya mulai meneriakkkan perintah agar tidak panik. Saya tahu keputusan saya akan memiliki banyak konsekuensi,” kata Petrov mengingat peristiwa menegangkan itu dalam wawancaranya tahun 2010 yang dirilis ulang Russia Today, semalam (17/9/2017).

”Sirene meledak untuk kedua kalinya. Huruf merah darah raksasa muncul di layar utama kami, dengan mengatakan START. Dikatakan bahwa empat lagi rudal telah diluncurkan,” lanjut Petrov.

Dari saat hulu ledak telah lepas landas, hanya ada waktu setengah jam bagi Kremlin untuk memutuskan apakah akan menekan tombol merah sebagai pembalasan dan hanya ada waktu 15 menit bagi Petrov untuk menentukan apakah ancaman itu nyata dan melapor kepada komandannya.

”Kursi nyaman saya terasa seperti wajan panas dan kaki saya lemas. Saya merasa tidak bisa berdiri. Begitulah rasa gugup saat saya mengambil keputusan ini,” ujarnya. Semua ancaman itu rudal AS kala itu bisa diatasi, tapi dia merahasiakannya.

Petrov telah didoktrin bahwa jika terjadi serangan nyata dari AS, maka negaranya akan melakukan serangan habis-habisan. Tapi, kala itu dia mengatakan pada atasannya bahwa alarm tersebut pasti disebabkan oleh kerusakan sistem. ”Saya akui itu, saya takut. Saya tahu tingkat tanggung jawab di ujung jari saya,” katanya.

Dia kala itu berkelit bahwa peluncuran rudal dari AS adalah sinar matahari yang dipantulkan dari awan. Tindakan Petrov tidak mendapat pujian. Dia dimarahi karena tidak menjalankan pelayanan. Atasannya juga disalahkan atas masalah sistem. ”Atasan saya mendapatkan kesalahan dan mereka tidak ingin mengakui bahwa ada orang yang berbuat baik, tapi malah memilih untuk menyebarkannya,” ujarnya.

Selama lebih dari 10 tahun, kejadian itu dirahasiakan. Bahkan istri Petrov, Raisa, yang meninggal pada 1997, tidak tahu apa-apa tentang peran yang dimainkan suaminya dalam mencegah perang nuklir AS dan Uni Soviet. 

Rahasia itu bertahan sampai tahun 1998, ketika inspektur Petrov, Kolonel Jenderal Yury Votintsev, berbicara tentang tindakan tenang petugasnya tersebut di tabloid Jerman, Bild.

”Setelah membaca laporan ini, saya seolah tersambar petir,” tulis Karl Schumacher di blog-nya.

”Saya tidak bisa menyingkirkan gagasan bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk orang yang mencegah perang atom dan dengan demikian menyelamatkan dunia,” ujar Schumacher. ”Ancaman nuklir begitu nyata selama beberapa dekade.”

Schumacher terbang ke Rusia untuk menemukan orang yang menyelamatkan dunia tersebut. Dia menemukan Petrov di sebuah flat di Fryazino, timur laut Moskow. Schumacher mengundang Petrov ke Kota Oberhausen di Jerman, sehingga penduduk setempat akan tahu tentang jasanya  saat dunia tertatih-tatih di ujung bencana nuklir.

Selama berada di Jerman, Petrov muncul di stasiun televisi dan melayani wawancara ke beberapa surat kabar. Pengakuan Petrov membuat dirinya diberi penghargaan utama dari Asosiasi Warga Dunia pada tahun 2006. Menurut asosiasi itu, penghargaan di berikan di markas besar PBB di New York kepada orang yang mencegah perang nuklir.

Pada tahun 2012, Petrov dihormati dengan German Media Prize, sebuah penghargaan bergengsi yang juga diberikan kepada Nelson Mandela, Dalai Lama dan Kofi Annan. Tahun depan dia menerima penghargaan lain, Dresden Peace Prize, penghargaan yang diberikan oleh seorang penduduk Dresden, yang termasuk generasi yang tidak akan bertahan hidup jika Petrov tak mencegah perang nuklir.




Credit  sindonews.com