Ilustrasi pengungsi Rohingya. (Reuters/Mohammad Ponir Hossain)
Jakarta, CB --
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengecam "tindakan brutal
sistematis" yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis minoritas
Muslim Rohingya.
"Seluruh 57 negara anggota mengungkapkan kekhawatiran sangat serius terhadap tindakan brutal sistematis yang dilakukan pasukan bersenjata terhadap komunitas Muslim Rohingya di Myanmar," bunyi pernyataan OKI, Senin (11/9).
Dalam kesempatan yang sama, OKI juga meminta Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi membuka akses internasional untuk memonitor situasi di negara bagian Rakhine.
Selain itu, Myanmar didesak membuka akses tim pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan "investigasi menyeluruh dan independen terhadap seluruh pelanggaran HAM yang terjadi."
Organisasi tersebut pun mendorong PBB untuk membawa seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam kekerasan itu ke pengadilan. Demikian diberitakan Channel NewsAsia.
Pernyataan keras ini dikeluarkan OKI dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) yang dilaksanakan sepanjang akhir pekan kemarin di Astana, Kazakhstan.
"Seluruh 57 negara anggota mengungkapkan kekhawatiran sangat serius terhadap tindakan brutal sistematis yang dilakukan pasukan bersenjata terhadap komunitas Muslim Rohingya di Myanmar," bunyi pernyataan OKI, Senin (11/9).
Dalam kesempatan yang sama, OKI juga meminta Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi membuka akses internasional untuk memonitor situasi di negara bagian Rakhine.
Selain itu, Myanmar didesak membuka akses tim pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan "investigasi menyeluruh dan independen terhadap seluruh pelanggaran HAM yang terjadi."
Organisasi tersebut pun mendorong PBB untuk membawa seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam kekerasan itu ke pengadilan. Demikian diberitakan Channel NewsAsia.
Pernyataan keras ini dikeluarkan OKI dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) yang dilaksanakan sepanjang akhir pekan kemarin di Astana, Kazakhstan.
Kecaman dunia internasional terus menghujani pemerintah Myanmar sejak bentrokan antara aparat keamanan dan Muslim Rohingya kembali pecah akhir Agustus lalu di Rakhine.
Bentrokan terbaru itu dilaporkan memakan korban setidaknya 400 orang. PBB juga memperkirakan ratusan ribu Rohingya telah melarikan diri keluar Myanmar untuk mengungsi.
Hingga kini, PBB menyatakan sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh.
Sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim pun tak lepas mengkritik pemerintah yang dianggap lalai melindungi warga negaranya sendiri.
Beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Malaysia, dan Iran telah mengirimkan sejumlah bantuan bagi pengungsi Rohingya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, salah satu pemimpin negara paling vokal terhadap isu ini, telah meminta Bangladesh sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar untuk menerima pengungsi Rohingya yang datang ke sana.
Erdogan bahkan berjanji akan membayar biaya penampungan Rohingya di negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar itu.
Sejauh ini, Ankara telah menggelontorkan dana sebesar US$70 juta untuk bantuan kemanusiaan Rohingya.
Credit cnnindonesia.com