Selasa, 19 September 2017

Makam Raja Maya Berusia 1000 Tahun Ditemukan di Guatemala


Makam Raja Maya yang digali di sekitar El Peru-Waka di sebuah hutan di Utara Guatemala.
Makam Raja Maya yang digali di sekitar El Peru-Waka di sebuah hutan di Utara Guatemala.



CB, JAKARTA -- Para Arkeolog melakukan penggalian di bawah istana Maya, Guatemala. Dilansir melalui Live Science, para arkeolog tersebut telah membuka makam kerajaan dan menemukan topeng giok serta tulang belati dengan warna merah menyala. Makam tersebut digali di sekitar El Peru-Waka di sebuah hutan di Utara Guatemala. Kota padat bangunan tersebut baru ditemukan sekitar 1960-an saat runtuhnya sebuah tambang minyak.
Kota tersebut dihuni selama periode Maya Klasik, yakni dari tahun 1 sampai 200, hingga 800. Lokasi tersebut juga masih memiliki hubungan dekat dengan ibukota lain, seperti Tikal dan Calakmul. Keluarga kerajaan lain yang kaya raya juga pernah memerintah kota Waka, bahkan sampai mengendalikan rute perdagangan utama di sepanjang sungai San Pedro.
 
Para Arkeolog asal Amerika Serikat (AS) yang menemukan makam Raja Maya sudah menggali kota Waka sejak 2003 silam. Arkeolog juga menemukan beberapa penguburan raja dan ratu lain, hingga beberapa persembahan manusia untuk keperluan ritual. Temuan terakhir didapatkan pada musim panas lalu, yakni sebuah terowongan di bawah istana. Terowongan tersebut merupakan jalan menuju pemakaman tertua, dan diperkirakan sudah ada sejak 300-350 masehi.
 
"Ini seperti raja Saxon kuno Inggris yang dikubur di Old Minister, di bawah Katedral Winchester," ujar Profesor Antropologi dari Washington University David Freidel.
 
Ia bersama para rekannya percaya bahwa makam tersebut kemungkinan besar milik seorang raja. Hal tersebut terlihat dari topeng giok yang dilukis dengan warna merah menggambarkan sosok penguasa. Kemudian keningnya bertulis simbol 'berharga' dalam bahasa Maya kuno.
 
Tidak hanya itu, makam juga berisi beberapa kapal keramik, kerang, dan liontin buaya. Meski demikian makam pernah dibuka kembali pada tahun 600 masehi. Kemungkinan besar generasi penerus yang melakukan hal tersebut. Tidak ada prasasti di dekat kuburan yang mengungkapkan nama dari raja tersebut. Namun Freidel dan para rekannya yakin, makam tersebut milik Raja Te Chan Ahk yang merupakan raja dinastik Wa dengan pemerintahan di awal abad ke empat.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID