SANAA
- Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menuturkan, konflik yang
terjadi di negaranya hanya bisa diselesaikan melalui jalur militer dan
bukan jalur politik. Konflik di Yaman sudah berlangsung selama hampir
tiga tahun.
"Solusi militer adalah yang paling mungkin terjadi bagi krisis Yaman sehubungan dengan keteguhan milisi kudeta Houthi dan (Ali Abdullah) Saleh yang terus menerima perintah dari Iran," kata Hadi merujuk pada mantan Presiden Yaman.
"Meskipun demikian, pemerintah yang sah terus memperluas tangannya untuk perdamaian karena bertanggung jawab atas rakyat Yaman dan untuk mencabut penderitaannya," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (24/9).
Hadi kemudian menuduh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menutup mata terhadap apa yang dia gambarkan sebagai perluasan Iran yang memungkinkan Houthi merebut ibukota Yaman, Sanaa, karena dia hanya sibuk dengan keberhasilan perundingan nuklir dengan Teheran.
"Tapi posisi di pemerintah AS saat ini lebih baik karena sikap mereka bahwa harus ada tekanan pada Houthi, dan Iran sehingga ekspansi mereka di wilayah tersebut akan berhenti," ungkapnya.
Lebih dari 10 ribu orang tewas dalam perang tersebut, yang dimulai pada bulan Maret 2015 ketika Houthi melakukan serangan terhadap istana kepresidenan Yaman. Hadiu yang sebelumnya sempat berkantor di Aden, sebuah kota pelabuhn di Yaman, memutuskan untuk melarikan diri ke Arab Saudi. Di mana di Saudi dia meminta Saudi cs untuk melakukan serangan terhadap Houthi.
Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Saudi kemudian melakukan serangan terhadap Yaman. Krisis yang terjadi di Yaman disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.
"Solusi militer adalah yang paling mungkin terjadi bagi krisis Yaman sehubungan dengan keteguhan milisi kudeta Houthi dan (Ali Abdullah) Saleh yang terus menerima perintah dari Iran," kata Hadi merujuk pada mantan Presiden Yaman.
"Meskipun demikian, pemerintah yang sah terus memperluas tangannya untuk perdamaian karena bertanggung jawab atas rakyat Yaman dan untuk mencabut penderitaannya," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (24/9).
Hadi kemudian menuduh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menutup mata terhadap apa yang dia gambarkan sebagai perluasan Iran yang memungkinkan Houthi merebut ibukota Yaman, Sanaa, karena dia hanya sibuk dengan keberhasilan perundingan nuklir dengan Teheran.
"Tapi posisi di pemerintah AS saat ini lebih baik karena sikap mereka bahwa harus ada tekanan pada Houthi, dan Iran sehingga ekspansi mereka di wilayah tersebut akan berhenti," ungkapnya.
Lebih dari 10 ribu orang tewas dalam perang tersebut, yang dimulai pada bulan Maret 2015 ketika Houthi melakukan serangan terhadap istana kepresidenan Yaman. Hadiu yang sebelumnya sempat berkantor di Aden, sebuah kota pelabuhn di Yaman, memutuskan untuk melarikan diri ke Arab Saudi. Di mana di Saudi dia meminta Saudi cs untuk melakukan serangan terhadap Houthi.
Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Saudi kemudian melakukan serangan terhadap Yaman. Krisis yang terjadi di Yaman disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.
Credit sindonews.com