Rabu, 01 Juni 2016

Tanggapan TNI AL Terkait Isu KRI Pati Unus Diserang Torpedo




Tanggapan TNI AL Terkait Isu KRI Pati Unus Diserang Torpedo
KRI Pati Unus-384 (Dinas Penerangan TNI AL)

JAKARTA - TNI Angkatan Laut membantah kabar yang menyebutkan kapal perang KRI Pati Unus (KRI-PTN) 384 tenggelam akiba diserang torpedo di perairan Belawan, Medan, Sumatera Utara. 

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (AL) Laksamana Pertama Edi Sucipto menjelaskan kapal tersebut rusak karena lambung kiri haluan terkena benda di bawah permukaan air. 

Kerusakan tersebut sudah ditangani komandan beserta anak buah kapal (ABK) KRI Patiunus dengan dibantu Dinas Penyelaman Bawah Air (Dislambair) dan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) I Belawan.

Kendati demikian, dia mengakui ada kendala dalam perbaikan kapal tersebut. "Cuaca kurang mendukung mengingat posisi kapal berada di area permukaan yang terbuka," kata Edi melalui keterangan tertulis, Selasa (31/5/2016).

Dia menjelaskan, angin gelombang memengaruhi proses perbaikan menutup bagian bawah kapal yang bocor. "Yang jelas sekarang sedang recovery," katanya.

Ditanya soal benda di lambung kiri kapal, Edi menandaskan terpenting kapalnya telah aman. "Yang penting kapalnya aman dahulu," ujarnya.

Credit  Sindonews




Info KRI Pati Unus Karam Telat Menyebar karena Rahasia

Info KRI Pati Unus Karam Telat Menyebar karena Rahasia
KRI Pati Unus (384) karam di perairan Balawan, Medan, Sumatera Utara. Istimewa 
 
CBJakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut baru hari ini mengkonfirmasi peristiwa karamnya KRI Pati Unus di Perairan Balawan, Medan, Sumatera Utara. Padahal peristiwa itu terjadi hampir dua pekan lalu.

Analis militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menilai tindakan tersebut adalah bagian dari dunia militer yang tertutup. "Dunia militer adalah dunia yang tertutup. Tidak semua dikerjakan militer bersifat umum. Ini bagian dari rahasia negara, tidak ada kewajiban militer membuka informasi," katanya saat dihubungi Tempo di Jakarta, Selasa, 31 Mei 2016.

Karamnya KRI Pati Unus, kata Connie, berbeda dengan kecelakaan pesawat udara yang dapat secara langsung diketahui masyarakat. "Kalau tank masuk jurang, atau seperti KRI Pati Unus yang karam, jarang sekali orang bisa tahu, kecuali ada bocoran dari dalam," ujarnya.

Menurut dia, pemberitaan tentang KRI Pati Unus muncul dari media sosial, bukan dari pemberitaan. Kemunculannya di media sosial, kata dia, berbahaya. "Ini akan menjadi isu berbahaya karena ada sentimen anti-Cina apabila ada yang memberi tahu kapal kita kena torpedo," ucapnya.


Informasi ihwal karamnya kapal ini tidak langsung dibantah Pusat Penerangan Angkatan Laut. Alasannya, berita tersebut tersebar melalui media sosial, bukan lewat media massa. Selain itu, kata Connie, untuk membantah informasi, diperlukan izin. "Dalam militer, kecelakaan seperti ini kan berpengaruh pada kondisi karier komandan kapal selanjutnya," ujarnya.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Edi Sucipto membenarkan kabar perihal karamnya KRI Pati Unus pada 13 Mei 2016 di Perairan Balawan, Medan, Sumatera Utara. Edi menjelaskan, KRI Pati Unus menabrak bangkai kapal tenggelam yang berada di bawah kapal sehingga merusak sisi haluan kiri kapal.

"KRI Pati Unus menabrak sebuah benda sehingga merusak haluan kiri. Kapal tidak tenggelam, sekarang masih berada di permukaan," kata Edi saat dimintai konfirmasi Tempo hari ini. Saat ini, evakuasi badan kapal masih berlangsung.




Credit  TEMPO.CO