Jumat, 13 Februari 2015

Indonesia dan Filipina galakkan kerja sama maritim


Sambutan militer: Presiden Indonesia Joko Widodo memberi hormat kepada pasukan sementara Presiden Filipina Benigno Aquino III memperhatikan pada saat upacara penyambutan resmi di Istana Presiden di Manila pada 9 Februari. [AFP]
Sambutan militer: Presiden Indonesia Joko Widodo memberi hormat kepada pasukan sementara Presiden Filipina Benigno Aquino III memperhatikan pada saat upacara penyambutan resmi di Istana Presiden di Manila pada 9 Februari. [AFP]

Indonesia dan Filipina sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya maritim, termasuk memerangi penangkapan ikan ilegal, tidak terlaporkan dan tidak memenuhi peraturan di sepanjang perbatasan laut mereka.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk meningkatkan pendekatan mereka terhadap batas maritim dan kerja sama perbatasan.
Perjanjian ini telah dicapai selama kunjungan kenegaraan dua hari Presiden Indonesia yang baru Joko Widodo di Manila, yang dimulai 8 Februari. Widodo mengunjungi tiga negara, termasuk Malaysia dan Brunei.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan bilateral mereka di istana presiden, Widodo menyambut dimulainya kembali perundingan mengenai batas landas benua dan ulasan atas perjanjian perbatasan dan perjanjian patroli perbatasan antara kedua negara.
Tahun lalu, Jakarta dan Manila secara damai menyelesaikan perselisihan perbatasan maritim setelah 20 tahun perundingan. Dialog ini, yang didasarkan pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut [UNCLOS], mendefinisikan batas-batas zona ekonomi eksklusif negara-negara di Laut Mindanao dan Laut Sulawesi.
Penyelesaian damai ini dipuji sebagai panutan untuk menyelesaikan sengketa perbatasan dan meredakan ketegangan perbatasan maritim.
Presiden Filipina Benigno Aquino III menyatakan bahwa Indonesia dan Filipina adalah dua negara kepulauan terbesar di dunia dan di antara lima negara dengan garis pantai terpanjang.
"Kedua negara kami termasuk ke dalam UNCLOS, dan Coral Triangle Initiative. Oleh karena itu, kerja sama dan koordinasi yang lebih erat antara kedua negara kita dalam urusan kelautan sangatlah penting," kata Aquino.
Coral Triangle Initiative adalah perjanjian antara Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor-Leste untuk memerangi penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, pertumbuhan penduduk yang cepat dan dampak perubahan iklim di kawasan tersebut.
Sementara itu, Widodo mengatakan kedua pihak juga membahas potensi perdagangan alutsista.
Perusahaan Indonesia PT PAL Indonesia [Persero] memenangkan kontrak untuk memasok dua kapal sealift strategis baru, salah satu proyek terbesar dalam program modernisasi militer Filipina.
Upacara pemotongan baja untuk menandai dimulainya pembangunan kapal di Surabaya, Indonesia, diadakan pada tanggal 22 Januari.
Tiga kesepakatan ditandatangani selama kunjungan
Widodo dan Aquino juga menyaksikan penandatanganan tiga kesepakatan.
Sebuah Nota Kesepahaman [MoU] terkait perang terhadap perdagangan gelap dan penyalahgunaan narkotika, zat-zat psikotropika dan pendahulunya akan membentuk dan mempertahankan saluran komunikasi antara lembaga penegak hukum kedua negara untuk memfasilitasi pertukaran informasi yang relevan secara tepat waktu.
MoU juga ditandatangani antara National Defense College di Filipina dan Lembaga Ketahanan Nasional [Lemhannas] di Indonesia, dimana kerja sama di bidang pendidikan, penelitian dan pelatihan akan dilakukan dalam bidang studi pertahanan dan keamanan.
Sementara itu, MoU tentang kerja sama di bidang pendidikan kejuruan teknis dan pelatihan juga akan dilakukan antara kedua negara.
Kedua belah pihak menandatangani deklarasi bersama tentang perlindungan migran dan pekerja migran, yang akan mempromosikan dan melindungi hak-hak pekerja Indonesia dan Filipina di luar negeri melalui misi diplomatik negara-negara tersebut di luar negeri.
"Merupakan kepentingan kita bersama untuk bekerja sama dengan satu sama lain untuk melindungi pekerja migran kita di mana pun mereka berada di dunia," kata Aquino.
Kedua belah pihak juga membahas kerja sama ekonomi, termasuk cara memperluas perdagangan dan investasi.
Diskusi juga menyentuh pada kerja sama pertahanan, pertukaran antar manusia dan kemungkinan pengaturan feri pengangkut antara pelabuhan-pelabuhan Filipina dan Indonesia, serta peran Indonesia secara berkesinambungan dalam proses perdamaian di Filipina Selatan.
Widodo mengatakan ia ingin Filipina untuk berinvestasi di sektor kelautan dan perikanan dengan harapan menggandakan perdagangan bilateral pada tahun 2016.
Indonesia dan Filipina adalah mitra yang kuat
Aquino mengatakan Indonesia telah lama menjadi teman baik, mitra yang kuat dan sekutu yang dapat diandalkan dari Filipina.
Dengan cara yang sama ketika Filipina ikut berbelarasa dengan Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2010, Jakarta juga dengan cepat mengulurkan bantuan ke Manila setelah Topan Haiyan pada tahun 2013, kata Aquino.
"Untuk teman-teman kami di Indonesia: atas nama rakyat Filipina, saya mengucapkan terima kasih dari bangsa kami atas bantuan Anda, dan saya meyakinkan Anda bahwa bangsa kami akan selalu siap untuk membalas kebaikan Anda," kata Aquino.
Aquino menyatakan optimisme bahwa hubungan bilateral akan lebih diperkuat di bawah pemerintahan Widodo.
"Dalam beberapa bulan jabatannya, Presiden Widodo telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk pertumbuhan yang inklusif, sebuah ide yang selalu menjadi pemandu pemerintahan saya," katanya.
Selama pertemuan mereka, Widodo mengundang Aquino untuk menghadiri peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung pada 22 April. Ia juga mengundang Presiden Filipina menghadiri Forum Ekonomi Dunia [WEF] di Bali tahun ini.
Konferensi Asia-Afrika, juga dikenal sebagai Konferensi Bandung, adalah kelompok 29 pemerintah dari dua benua yang membahas perdamaian, pembangunan ekonomi, kerja sama kebudayaan dan peran negara-negara dunia ketiga.



Credit  APDForum