Yaman merupakan rumah bagi Al-Qaidah di
Semenanjung Arab, salah satu kelompok militan paling aktif dalam
jaringan global dan telah melakukan serangan di luar negeri.
(Reuters/Khaled Abdullah)
Pangkalan militer yang dihuni oleh sebuah brigade militer berjumlah hingga 2.000 tentara ini, jatuh ke tangan Al-Qaidah, setelah bentrokan keduanya terjadi selama beberapa jam.
Dilaporkan Reuters, kelompok sayap Al-Qaidah, Ansar al-Sharia menyatakan bahwa mereka telah menyiapkan bom bunuh diri di pintu gerbang pangkalan militer tersebut dan memenjarakan beberapa pasukan.
Ansar al-Sharia mengklaim bahwa setelah meluncurkan serangan bom pintu masuk pangkalan, kelompok militan tersebut kemudian berhasil mengambil alih tiga menara pengawas dan satu mobil tank di pangkalan militer tersebut.
"Sekitar 08:00 pagi, mujahidin (pejuang Ansar al-Sharia) memenjarakan sebagian besar tentara di dalam pangkalan militer tersebut," klaim kelompok tersebut di akun Twitter milik mereka.
|
Kelompok militan Al-Qaidah telah meningkatkan serangan sejak kelompok Syiah Houthi merebut ibukota Sana'a pada bulan September lalu, dan mulai mengembangkan serangan di beberapa kota lainnya di seluruh penjuru Yaman.
Sejak akhir Januari lalu, para pemberontak Houthi telah menguasai pemerintahan pusat dan istana kepresidenan Yaman. Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, pun telah menyatakan mundur beberapa hari kemudian.
Di ambang perang saudara
"Kami percaya situasinya sangat berbahaya. Yaman berada di ambang perang saudara," kata Jamal Benomar, Utusan Khusus PBB untuk Yaman, dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Al-Arabiya dan Al-Hadath, Rabu (11/2).
"Kami takut (pendudukan pangkalan militer ini) akan digunakan sebagai alasan Houthi untuk meluncrukan serangan dan mereka akan mengambil alih Shabwa dengan bantuan tentara," kata pejabat yang menolak disebutkan namanya.
Yaman merupakan rumah bagi Al-Qaidah di Semenanjung Arab, salah satu kelompok militan paling aktif dalam jaringan global dan telah melakukan serangan di luar negeri.
Pemerintah Yaman adalah sekutu utama Amerika Serikat dalam memerangi Al-Qaidah. Amerika Serikat telah melakukan serangan melalui pesawat tanpa awak, atau drone, yang menargetkan anggota militan di wilayah selatan di negara itu selama lebih dari satu dekade.
Meskipun demkian, AS, Inggris dan Perancis mengosongkan kedutaan mereka, serta menarik staf serta diplomat dari ibukota Sanaa, sejak Rabu (11/2), karena khawatir akan keselamatan warganya sejak Houthi mengambil alih pemerintahan.
Credit CNN Indonesia