DAMASKUS
- Militer Suriah telah mendeteksi tak ada serangan dari Angkatan Udara
Israel (IAF) sejak Damaskus dipasok 49 unit sistem rudal canggih S-300
Rusia. Senjata pertahanan itu dipasok Moskow setelah pesawat
mata-matanya, Il-20, tak sengaja ditembak jatuh sistem rudal S-200
Suriah saat merespons serangan jet-jet tempur F-16 Tel Aviv.
Klaim militer Damaskus ini sekaligus sebagai bantahan terhadap klaim pejabat militer Tel Aviv bahwa IAF telah meluncurkan serangan terhadap wilayah Suriah sejak insiden jatuhnya pesawat Il-20 Rusia di Latakia 17 September 2018 lalu.
Surat kabar Al-Masdar News mengutip sumber militer rezim Suriah mengatakan IAF tidak menyerang Suriah sejak Rusia mengirim sistem pertahanan udara S-300 kepada pasukan pemerintah Suriah.
Sumber itu menambahkan bahwa IAF tidak melanggar wilayah udara Suriah baik dari Dataran Tinggi Golan yang disengketakan atau pun dari Lebanon, meskipun telah terbang di dekat perbatasan.
Militer Moskow, lanjut laporan itu, masih melatih unit pertahanan udara Suriah untuk menggunakan S-300 di Provinsi Latakia dan Hama.
Pada 29 Oktober, Reuters mengutip seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa IAF telah menyerang wilayah Suriah lagi, termasuk setelah jatuhnya pesawat Rusia. Media Israel, Channel 1, melaporkan bahwa salah satu serangan itu menargetkan pengiriman peralatan Iran untuk Hizbullah Lebanon. Namun, klaim Tel Aviv ini tak disertai bukti kuat.
Pengiriman 49 unit S-300 selesai pada awal Oktober 2018. Pengiriman senjata pertahanan tersebut telah diprotes Israel dan Amerika Serikat dengan alasan akan menambah kekacauan dalam konflik Suriah.
Klaim militer Damaskus ini sekaligus sebagai bantahan terhadap klaim pejabat militer Tel Aviv bahwa IAF telah meluncurkan serangan terhadap wilayah Suriah sejak insiden jatuhnya pesawat Il-20 Rusia di Latakia 17 September 2018 lalu.
Surat kabar Al-Masdar News mengutip sumber militer rezim Suriah mengatakan IAF tidak menyerang Suriah sejak Rusia mengirim sistem pertahanan udara S-300 kepada pasukan pemerintah Suriah.
Sumber itu menambahkan bahwa IAF tidak melanggar wilayah udara Suriah baik dari Dataran Tinggi Golan yang disengketakan atau pun dari Lebanon, meskipun telah terbang di dekat perbatasan.
Militer Moskow, lanjut laporan itu, masih melatih unit pertahanan udara Suriah untuk menggunakan S-300 di Provinsi Latakia dan Hama.
Pada 29 Oktober, Reuters mengutip seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa IAF telah menyerang wilayah Suriah lagi, termasuk setelah jatuhnya pesawat Rusia. Media Israel, Channel 1, melaporkan bahwa salah satu serangan itu menargetkan pengiriman peralatan Iran untuk Hizbullah Lebanon. Namun, klaim Tel Aviv ini tak disertai bukti kuat.
Pengiriman 49 unit S-300 selesai pada awal Oktober 2018. Pengiriman senjata pertahanan tersebut telah diprotes Israel dan Amerika Serikat dengan alasan akan menambah kekacauan dalam konflik Suriah.
Dalam
insiden jatuhnya pesawat Il-20, militer Rusia menyalahkan Tel Aviv,
karena pilot jet tempur Israel menggunakan pesawat Moskow itu sebagai
perisai terhadap serangan sistem pertahanan S-200 Suriah. Insiden itu
menewaskan 15 tentara Rusia.
Israel membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa militernya telah memperingatkan Moskow terlebih dahulu sebelum jet-jet tempurnya melakukan serangan udara di wilayah Suriah untuk menargetkan aset-aset militer Iran.
Israel membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa militernya telah memperingatkan Moskow terlebih dahulu sebelum jet-jet tempurnya melakukan serangan udara di wilayah Suriah untuk menargetkan aset-aset militer Iran.
Credit sindonews.com