Jumat, 06 Februari 2015

Perundingan Sengketa Perbatasan RI-Malaysia Sulit Maju


BBC
 Presiden Joko Widodo disambut PM Najib Razak ketika tiba di Bandara Kuala Lumpur.


CB - Sembilan titik perbatasan darat antara wilayah Indonesia dan Malaysia belum terselesaikan dan masuk ke dalam agenda pembicaraan Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke negara tetangga itu pada 5-6 Februari.

Hal itu dikatakan oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko Kamis (05/02). "Penyelesaian perbatasan yang masih dispute (dipersengketakan) antara Malaysia dan Indonesia sampai dengan saat ini sungguh sulit majunya," kata Jenderal Moeldoko kepada BBC Indonesia," kata Moeldoko.

"Ada sembilan persoalan perbatasan yang belum maju-maju."

Selain sembilan titik, terutama di sepanjang perbatasan antara Kalimantan dan negara bagian Sabah dan Serawak, terdapat perselisihan laut yang mencuat baru-baru ini.

Kasus tersebut menjadi perhatian setelah Malaysia membangun tiang pancang di Tanjung Datu, Kalimantan Barat, padahal daerah itu masuk merupakan wilayah abu-abu.

Istilah itu dimaksudkan untuk menyebut wilayah yang kepemilikan belum ditetapkan.

"Persoalan-persoalan ini sebenarnya kalau kita sepakat itu grey area yang sesungguhnya tidak boleh lagi ada kegiatan harusnya juga harus ditaati bukan hanya dipahami," tegas Moeldoko.

Pendekatan proaktif Jokowi

Panglima TNI menambahkan diperlukan kesabaran untuk sabar dan saling memahami guna menyelesaikan perselisihan kepemilikan wilayah.

Pengamat politik dari Universitas Malaya, Profesor Mohammad Redzuan Othman, sepakat bahwa saling memahami amat diperlukan dalam perundingan kedua negara meskipun sengketa wilayah sudah berlangsung lama.

Kunjungan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak ke Indonesia tahun lalu dan kunjungan kenegaraan pertama Presiden Joko Widodo ke Malaysia dapat dianggap sebagai langkah positif.

"Pendekatan yang dibawa Jokowi merupakan suatu pendekatan yang amat proaktif apabila beliau mengambil langkah menjadikan Malaysia sebagai negara pertama di mana beliau memulai lawatan setelah menjadi presiden," tutur Redzuan Othman.


Itu merupakan suatu tanda yang cukup positif bahwa hubungan kedua negara ini amat erat dan kesediaan untuk berunding itu mengatasi pendekatan-pendekatan yang lain."

Menurutnya, pendekatan musyawarah dan semangat kekeluargaan yang ditempuh selama ini tetap relevan sebab akan membuahkan hasil lebih baik sedangkan opsi lain seperti perang, tidak dapat diterima di era sekarang.



Credit  KOMPAS.com