CB - Di sebuah kota bernama San Fransokyo, seorang remaja bernama Hiro meneruskan proyek kakaknya untuk membuat sebuah robot yang bisa membantu kehidupan sehari-hari. Namun ketika kota tersebut di ambang kehancuran, Hiro bersama sang robot dan lima rekannya bahu-membahu menyelamatkan kota.
Itulah sekilas cerita Big Hero 6, sebuah film animasi terbaru besutan Disney yang akan tayang mulai Jumat (7/11) besok. Cerita Big Hero 6 diambil dari salah satu komik Marvel berjudul sama meski dengan berbagai modifikasi. Contohnya adalah nama kota yang diubah menjadi San Fransokyo yang menggabungkan San Fransisco dan Tokyo. Sang robot—yang bernama Baymax—juga merupakan intepretasi “liar” sang sutradara, Don Hall, yang menginginkan sosok robot original dan tidak pernah dibayangkan orang sebelumnya.
Big Hero 6 sendiri adalah film pertama yang mempertemukan Disney dengan Marvel. Itulah yang mungkin menjelaskan mengapa Disney terlihat sangat berambisi menciptakan film yang spektakuler sekaligus revolusioner. Disney bahkan menciptakan software khusus yang disebut Hyperion agar dapat menghasilkan film animasi terbaik yang pernah ada.
Hyperion pada dasarnya adalah software yang memperhitungkan jatuhnya cahaya sepanjang film animasi. Animator hanya perlu menentukan posisi sumber cahaya, sementara efek cahaya terhadap lingkungan sekitarnya menjadi bagian Hyperion. Dengan kalkulasi yang kompleks, Hyerion mampu memperhitungkan jatuhnya cahaya dan efeknya terhadap semua benda yang terpengaruh pendaran cahayanya. Sebagai perbandingan, sebelumnya para animator harus memperhitungkan jatuhnya cahaya secara manual.
Berkat Hyperion, Big Hero 6 memiliki pencahayaan yang akurat sekaligus natural. Disney mengklaim Big Hero 6 jauh lebih natural dibanding film Disney lain seperti Bolt dan Wreck It Ralph. Keunggulan Hyperion semakin terlihat karena Big Hero 6 mengambil setting perkotaan (yang seharusnya penuh dengan kombinasi cahaya lampu).
Lebih gila lagi, Hyperion bisa dibilang masih dalam tahap “beta”. Hyperion sudah digunakan meski masih dalam tahap pengembangan. “[Membuat Hyperion] mirip seperti membuat mobil sambil mengemudikannya,” ungkap Andy Hendrickson, Chief Technology Officer (CTO) Disney. Tim produksi sebenarnya sudah berjaga-jaga dengan cara memproses film menggunakan metode biasa secara bersamaan. Namun karena kerja paralel tersebut menyita sumber daya, Andy pun nekat menggunakan sepenuhnya Hyperion. Beruntung, perjudian itu berhasil.
Software lain yang dikembangkan Disney di film ini adalah Denizen. Software ini berfungsi memudahkan animator membuat karakter pendukung film. Pada film Bolt (yang juga mengambil setting perkotaan), Disney hanya menciptakan ratusan karakter. Karena itu, mereka harus memutar otak agar setting di tengah kota New York yang sibuk tetap terlihat sesuai aslinya dengan karakter yang terbatas tersebut.
Namun dalam Big Hero 6 ini, Disney menciptakan 750 ribu karakter, alias nyaris sama seperti jumlah penduduk San Fransisco sesungguhnya. Pada adegan pembukaan saja terdapat 6000 karakter yang masing-masing memiliki karakter unik. Dan hal itu dimungkinkan berkat Denizen.
Pembuatan Big Hero 6 pun membutuhkan kerja komputasi yang luar biasa. Untuk me-render film ini, Disney harus menggunakan komputer paralel yang tersebar di dua kota (Los Angeles dan San Fransisco). Komputer paralel ini melibatkan 55 ribu core prosesor yang mengerjakan 400 ribu proses komputasi per hari.
Itulah kesungguhan yang dilakukan Disney di film animasi terbarunya Big Hero 6. Trailer di bawah ini mungkin sudah menunjukkan hasil kerja tersebut. Nah, tertarik untuk menonton filmnya?
Credit InfoKomputer