Senin, 24 Juli 2017

Serangan 'Bersahabat' AS Tewaskan 10 Polisi Afghanistan



Serangan Bersahabat AS Tewaskan 10 Polisi Afghanistan
Sebuah serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dilaporkan telah menewaskan 10 orang polisi Afghanistan. Foto/Istimewa


KABUL - Sebuah serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dilaporkan telah menewaskan 10 orang polisi Afghanistan. Serangan itu terjadi di provinsi Helmand, salah satu wilayah paling bergejolak di Afghanistan.

Insiden tersebut terjadi di distrik Grishk, dimana pasukan Afghanistan terlibat dalam bentrokan sengit dengan Taliban selama beberapa hari terakhir ini. PasukanAS-Afghanistan (USFOR-A) telah mengakui insiden mematikan tersebut.

"Selama AS mendukung operasi Pertahanan Nasional dan Keamanan Nasional Afghanistan (ANDSF), serangan udara mengakibatkan kematian pasukan Afghanistan yang bersahabat, yang berkumpul di sebuah kompleks. Kami telah memberitahu pejabat Afghanistan tentang insiden ini," kata USFOR-A.

"Investigasi akan dilakukan untuk menentukan keadaan spesifik yang menyebabkan kejadian ini," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (23/7).

Terletak di selatan dari tempat kelahiran Taliban yakni Kandahar, Helmand tetap menjadi salah satu provinsi yang paling tidak aman di Afghanistan dengan militan yang mengendalikan petak tanah yang luas.

Awal pekan ini, Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) yang didukung oleh kekuatan udara AS berhasil merebut kembali distrik Nawa y di Helmand, setelah lebih dari setahun diduduki oleh Taliban.





Credit  sindonews.com






Pelanggaran Israel di Al-Aqsa, Erdogan: Dunia Islam Jangan Bisu


Pelanggaran Israel di Al-Aqsa, Erdogan: Dunia Islam Jangan Bisu
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Daily Sabah


ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, dunia Islam jangan bisu di tengah pelanggaran pasukan Israel yang sedang berlangsung di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.

Dalam konferensi pers di Bandara Ataturk Istanbul sebelum menuju ke Arab Saudi pada hari Minggu, Erdogan mendesak pasukan keamanan Israel untuk menghindari penggunaan kekerasan. Dia juga mendesak pasukan Israel bertindak sesuai dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

”Al-Aqsa bukan hanya milik orang-orang Palestina, namun juga dihormati dan dianggap sebagai tempat suci oleh 1,7 miliar muslim di seluruh dunia,” kata Presiden Erdogan.

”Saat puncak pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), saya menyerukan Israel sekali lagi untuk bertindak sesuai dengan hukum (internasional) dan nilai-nilai dasar manusia. Saya ingin menggarisbawahi sekali lagi bahwa (Israel) harus menghindari langkah-langkah yang akan semakin meningkatkan ketegangan,” katanya, yang dikutip dari Daily Sabah, Senin (24/7/2017).

“Turki akan terus bekerja untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut dan mendukung perjuangan saudara Palestina untuk kebebasan dan keadilan,” lanjut pemimpin Turki ini.

”Kami tidak menganggap tepat bagi saudara-saudara kami untuk mengalami masalah dan tekanan dalam bentuk apapun dan kami sangat sedih dengan insiden terbaru.”

”Dunia Islam tidak diharapkan untuk tidak responsif terhadap pembatasan Al-Aqsa dan penghinaan terhadap kehormatan umat Islam. Dengan demikian, Turki telah menunjukkan reaksinya dengan fasih,” imbuh Erdogan.



Erdogan mengaku telah melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Israel Reuven Rivlin mengenai pelanggaran hak-hak warga Palestina oleh pemerintah Israel. Erdogan juga berbicara dengan mitranya dari Prancis, Emmanuel Macron, mengenai krisis Al-Aqsa pada hari Sabtu lalu.

Pasukan keamana Israel menutup Masjid Al-Aqsa setelah dua polisi Israel tewas dalam serangan pria bersenjata di kompleks situs suci itu pada 14 Juli 2017. Dua hari kemudian, Israel membuka masjid dengan memasang detektor logam yang memicu kemarahan warga muslim Palestina.

Pemasangan detektor logam itu telah memicu demo besar-besaran yang berujung pada konfrontasi antara warga Palestina dan pasukan Israel. Total lebih dari 900 warga Palestina terluka akibat tindakan keras pasukan Israel di kompleks masjid suci selama beberapa hari terakhir. 




Credit  sindonews.com






Kecam Aksi Kalap Israel, Sekjen PBB Serukan Penyelidikan



Kecam Aksi Kalap Israel, Sekjen PBB Serukan Penyelidikan
Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk aksi kekerasan tentara pendudukan Israel dan menyerukan dilakukannya penyelidikan. Foto/Istimewa


NEW YORK - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, dia sangat menyesalkan pembunuhan tiga orang Palestina yang dipicu amarah karena pembatasan Israel di kompleks masjid al-Aqsa di Jerusalem. Bahkan, salah satu korban tewas ditembak oleh seorang pemukim Israel.

Guterres mengutuk pembunuhan tersebut dan menyerukan penyelidikan, beberapa jam setelah demonstrasi massa oleh orang-orang Palestina di sekitar lokasi situs suci itu menjadi sangat mematikan seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (23/7/2017).

Dia mendesak para pemimpin Israel dan Palestina untuk menahan diri dari tindakan yang dapat terus meningkatkan situasi yang mudah berubah di Kota Tua Jerusalem. Ia mengatakan bahwa situs keagamaan harus menjadi ruang untuk refleksi, bukan kekerasan.

Mengutip Guterres, juru bicara wakil PBB Farhan Haq mengatakan bahwa organisasi tersebut memahami masalah keamanan yang sah. Namun di sisi lain penting bahwa status quo di lokasi tetap dipertahankan.

Pasukan keamanan Israel dengan represif menyerang demonstran, menembaki mereka dengan peluru, gas air mata dan peluru karet. Warga Palestina melakukan demonstrasi menentang tindakan pembatasan, yang mencakup pembatasan laki-laki Muslim di bawah usia 50 tahun dari tempat suci dan instalasi detektor logam.

Israel memperketat cengkeramannya di kompleks tersebut pada 14 Juli setelah dua petugas keamanan Israel tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh tiga warga Palestina, yang dibunuh oleh polisi Israel setelah terjadi kekerasan.



Credit  sindonews.com


Amuk Pasukan Israel di Al-Aqsa Sudah Lukai Lebih dari 900 Warga Palestina


Amuk Pasukan Israel di Al-Aqsa Sudah Lukai Lebih dari 900 Warga Palestina
Pasukan polisi keamanan Israel siaga di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa sejak ketegangan dengan warga Palestina pecah di situs suci itu. Foto/REUTERS/Ammar Awad
 

YERUSALEM - Lebih dari 900 warga Palestina telah terluka akibat tindakan keras pasukan Israel dalam 10 hari terakhir di kompleks Masjid Al-Aqsa. Data ini dirilis Bulan Sabit Merah Palestina.

Rumah sakit di Palestina yang sudah kewalahan menampung pasien, khawatir akan terus kebanjiran pasien korban luka dan jiwa jika ketegangan terus terjadi di kompleks situs suci di Yerusalem Timur tersebut.

Menurut pihak rumah sakit, sebagian besar korban luka ditimbulkan oleh peluru pasukan Israel. Kelompok hak asasi manusia internasional mengutuk penggunaan peluru oleh pasukan Israel.

Muhamad Ismeal, 39, yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Al Maqassid di Yerusalem Timur, diduga ditembak pasukan Israel dengan granat setrum di kepala. Hal itu membuatnya hilang ingatan.

”Dia tidak cacat, tapi sekarang lihat dia, dia tidak bisa mengenali siapapun, sepertinya dia kehilangan ingatannya,” kata Muataz Ismeal, saudara pasien, kepada Al Jazeera, Senin (24/7/2017).

Suleiman Turukman, dokter yang menangani kasus Mohammed, mengatakan bahwa dia takut akan kehidupan pasiennya.

”Kondisinya serius, dia hampir meninggal, sekarang dia membaik, tapi bingung dan tidak bisa mengenali keluarganya karena trauma,” ujarnya.

Bentrokan antara warga Palestina dengan pasukan Israel dipicu penutupan kompleks Masjid Al-Aqsa oleh pasukan keamanan Israel setelah tiga penyerang bersenjata menewaskan dua polisi Israel.

Pihak keamanan Israel membuka kompleks masjid itu dua hari kemudian namun dengan memasang detektor logam di pintu masuk kompleks situs suci. Aturan itu membuat bentrokan terus berlanjut.

Orang-orang Palestina melihat langkah tersebut merupakan usaha Israel untuk memperluas kontrolnya di kompleks Masjid  Al-Aqsa yang dikelola oleh warga muslim.

Pada hari Minggu, Israel memasang kamera keamanan baru di lokasi yang sama. Tindakan ini kembali memicu kemarahan warga muslim Palestina.

Hussein Da'na, 76, seorang warga Palestina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia menolak kamera yang dipasang pihak Israel karena merugikan orang-orang Palestina secara lebih jauh.

”Kamera ini dibuat untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang dilarang memasuki Masjid al-Aqsa,” kata Da'na. 

”Kami salat setiap pagi di sini dan polisi menyerang kami, saya berniat untuk terus salat di sini sampai Israel menghapus semua aturan yang baru itu,” ujarnya.

Kepala Badan Pertahanan Israel untuk Urusan Sipil Palestina, Mayor Jenderal Yoav Mordechai,  mengatakan bahwa Israel terbuka terhadap alternatif untuk menurunkan ketegangan.

”Satu-satunya yang kami inginkan adalah memastikan tidak ada yang bisa masuk dengan senjata lagi dan melakukan serangan lagi,” katanya. ”Kami bersedia mengkaji alternatif detektor logam selama solusi alternatif yang ada memastikan pencegahan terhadap serangan berikutnya.”

Namun, Mufti Yerusalem Sheikh Muhammad Hussein, mengatakan kepada Voice of Palestine, bahwa dia menuntut pengembalian aturan lama secara penuh sebelum adanya serangan awal di tempat suci tersebut.

Sementara itu, penasihat utama Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Majdi Khaldi, mengatakan bahwa serangkaian konsultasi diplomatik dengan berbagai negara Arab sedang dilakukan untuk meredam ketegangan di Yerusalem. Negara-negara yang diajak konsultasi oleh Palestina itu antara lain Yordania, Arab Saudi, Mesir, Maroko dan negara Arab lainnya.


Credit  sindonews.com










Kota-kota di Inggris Gelar Doa Solidaritas untuk Al-Aqsa


Kota-kota di Inggris Gelar Doa Solidaritas untuk Al-Aqsa
Kelompok aktivis Inggris, Sahabat al-Aqsa, menggelar doa bersama yuntuk keselamatan Masjid al-Aqsa. Foto/Ilustrasi/Istimewa


LONDON - Kelompok aktivis Inggris, Sahabat al-Aqsa, memanggil semua orang untuk berdoa untuk keselamatan Masjid al-Aqsa. Aksi itu muncul sebagai reaksi atas tindakan brutal tentara pendudukan Israel terhadap warga Israel yang melakukan aksi protes di dekat kompleks Masjid al-Aqsa.

Doa yang dipersembahkan untuk Al-Aqsa akan berlangsung pada hari Senin (24/7/2017) saat salat Subuh di 16 kota di Inggris, termasuk Bolton, Bradford, Coventry, Edinburgh, Glasgow, Huddersfield, Leicester, Luton, Manchester, Newcastle, dan Sheffield.

Dengan berlanjutnya pelanggaran oleh pasukan Israel, Sahabat of Al-Aqsa meminta semua orang untuk menghadiri acara ini atau mengadakan acara serupa di wilayah mereka seperti dikutip dari Middle East Monitor.

Sementara itu, Paus Francis menggunakan misa hari Minggu untuk berbicara mengenai kekerasan di Yerusalem dan meminta dialog dan moderasi untuk membantu memulihkan perdamaian. Delegasi PBB Swedia, Mesir dan Prancis meminta sebuah sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas masalah tersebut, yang akan diadakan besok.

Liga Arab juga akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Rabu untuk membahas agresi Israel yang mengganggu status quo dari situs tersuci ketiga umat Islam itu.

Sementara itu, imam veteran Masjid Al-Aqsa dan mantan Grand Mufti, Sheikh Ikrima Sabri, mengatakan pada hari Jumat bahwa negara-negara Arab terlalu sibuk bertengkar ketimbang khawatir tentang Tempat Suci yang Mulia.

Tiga orang Israel ditikam sampai mati dalam sebuah pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat. Aksi penikaman itu terjadi beberapa jam setelah tiga orang Palestina terbunuh dalam kekerasan yang dipicu oleh instalasi detektor logam Israel pada titik masuk ke kompleks Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem. 



Credit  sindonews.com







Demonstran Pro Palestina dan Pro Israel Berhadap-hadapan di Luar Kedutaan Israel London



Demonstran Pro Palestina dan Pro Israel Berhadap-hadapan di Luar Kedutaan Israel London
Demonstran Pro Palestina menyambangi kedutaan Israel di London. Foto/Istimewa


LONDON - Demonstran Pro-Israel dan pro-Palestina melakukan aksi demonstrasi di luar kedutaan Israel di London, Inggris. Aksi saling bertentangan itu dilakukan setelah Israel memperluas langkah-langkah keamanan bagi warga Palestina yang ingin beribadah di Masjid al-Aqsa.

Demonstran pro-Palestina terlihat membakar bendera Israel dalam sebuah video yang berhasil direkam. Mereka juga memegang spanduk bertuliskan "Selamatkan al-Aqsa" dan meneriakkan "Malu terhadap Anda!" kepada Israel dan pendukung mereka.

Sedangkan di sisi pro-Israel, yang tampaknya jauh lebih kecil, secara diam-diam mengangkat bendera Israel sebagai tanggapan seperti dikutip dari Russia Today, Senin (24/7/2017).

Pada satu titik, seorang anak memperlihatkan menendang dan melompat ke sebuah bendera Israel sebelum dia diberitahu oleh seorang petugas polisi.

Polisi membuat kedua kelompok pemrotes terpisah, dan kedua aksi bertolak belakang itu berakhir tanpa ada insiden atau kekerasan serius.

Sebuah bendera kelompok militan Libanon, Hizbullah, juga terlihat pada demonstrasi tersebut.

Protes tersebut mengikuti perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan keamanan dan memasang detektor logam di al-Aqsa, menyusul baku tembak di masjid tersebut yang menyebabkan kematian dua petugas polisi Israel dan tiga warga Palestina.

Kekerasan lebih lanjut terjadi, dengan jamaah Palestina bentrok dengan polisi pada hari Jumat. Tiga orang jamaah Palestina tewas oleh pasukan keamanan Israel.

Selama minggu lalu, orang-orang Palestina telah melakukan salat di luar masjid al-Aqsa sebagai bentuk protes. Mereka menolak untuk pertama kali melewati detektor logam untuk memasuki kawasan masjid utama.

Otoritas Palestina juga membekukan semua kontak dengan pemerintah Israel karena perselisihan tersebut.

"Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan untuk segera membahas bagaimana seruan untuk de-eskalasi di Yerusalem dapat didukung," cuit Duta Besar Swedia untuk PBB, Carl Skau, di Twitter. 




Credit  sindonews.com


Protes Aksi Brutal Israel, Ratusan Orang Berdemo di Jalanan London


Protes Aksi Brutal Israel, Ratusan Orang Berdemo di Jalanan London
Ratusan orang memadati jalanan kota London, Inggris untuk memprotes kebrutalan Israel di komplek al-Aqsa. Foto/AA


LONDON - Ratusan orang memadati jalanan kota London, Inggris untuk memprotes kebrutalan Israel di komplek al-Aqsa. Mayoritas mereka yang ikut dalam aksi protes tersebut adalah warga Inggris keturunan Palestina.

Protes yang berlangsung di depan Kedutaan Besar Israel di London itu diiniasi oleh Forum Palestina di Inggris. Forum Palestina mengatakan, mereka mengadakan demonstrasi untuk menarik perhatian dunia atas agresi Israel di Yerusalem.

Beberapa pemrotes memasang plakat bertuliskan "Selamatkan al-Aqsa" dan "Bebaskan Palestina" dan beberapa lainnya meneriakkan slogan-slogan anti-Israel. "Israel adalah negara teror", dan "Serahkan al-Aqsa", pekik para peserta aksi.

Melansir Anadolu Agency pada Minggu (23/7), kelompok pro-Israel kecil juga berkumpul di depan kedutaan. Namun, polisi Inggris mengarahkan mereka ke bagian belakang bangunan saat ketegangan antara kelompok-kelompok tersebut meningkat.

Sementara itu, terkait situasi di komplek al-Aqsa, Dewan Keamanan (DK) PBB akan bertemu pada Senin esok untuk membahas mengenai hal ini. Pertemuan ini adalah inisiatif dari Swedia, Mesir, dan Prancis. Swedia dan Prancis adalah dua pendukung utama Palestina di Eropa.




Credit  sindonews.com












Jenderal AS: Rusia Bukan Lagi Ancaman Tunggal Terbesar Amerika


Jenderal AS: Rusia Bukan Lagi Ancaman Tunggal Terbesar Amerika
Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford,menyebut Rusia bukan lagi ancaman tunggal terbesar bagi Washington. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) tidak lagi percaya bahwa Rusia dapat menjadi ancaman tunggal keamanan nasional Washington. Korea Utara (Korut), Iran, dan China juga berada di puncak daftar ancaman.

Saat menjalani uji kelayakan untuk jabatannya saat ini, Jenderal Joseph Dunford menggambarkan Rusia sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional AS. Ia mengatakan bahwa perilaku Moskow sangat mengkhawatirkan.

Dua tahun kemudian, Dunford menilai kembali analisis awalnya dan mengatakan ada aktor lain yang mengancam keamanan nasional AS. Ia pun menyebut Korut sebagai tantangan nomor satu.

"Saya mengatakan pada saat itu dari perspektif aktor negara itu adalah Rusia, dan saya mengatakan bahwa karena kemampuan nuklir dan kemampuan cyber mereka," Dunford mengatakan pada sebuah forum keamanan baru-baru ini di Aspen, Colorado, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (23/7/2017).

Namun, dia mengatakan bahwa saat ini militer AS tidak bisa mengkhususkan diri untuk memilih satu tantangan.

"Saya hanya ingin memasukkannya ke dalam konteks, jika saya mengatakan bahwa Rusia adalah ancaman terbesar - ini adalah salah satu ancaman yang kita hadapi saat ini dan kemampuan militer yang paling kapabel," Dunford mengatakan.

Pada saat yang sama, Dunford menunjukkan bahwa Washington menghadapi ancaman Iran "setiap hari," walaupun Korut saat ini merupakan tantangan terbesar Amerika.

"Jelas, Korut hari ini dari perspektif urgensi akan menjadi tantangan nomor satu kita," kata Kepala Staf Gabungan itu.

Pertarungan melawan ekstrimisme serta beberapa tantangan keamanan di Pasifik dengan China yang meningkat juga menjadi daftar utama ancaman keamanan AS.

Untuk melawan Rusia, Jenderal Marinir AS itu mengusulkan pengembangan kemampuan pencegah nuklir dan konvensional.

"Ketika saya melihat Rusia, pertama dan terutama kita harus bisa mencegah perang nuklir. Kedua, kita harus bisa mencegah perang konvensional," katanya. 



Credit  sindonews.com






Turki Beli S-400 dari Rusia, AS Was-was


Turki Beli S-400 dari Rusia, AS Was-was
AS menyatakan, jika Turki benar-benar membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, hal itu akan menjadi perhatian utama AS. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Joseph Dunford menyatakan, jika Turki benar-benar membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, hal itu akan menjadi perhatian utama AS.

"Ada laporan media yang tidak benar, mereka belum membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Itu akan menjadi kekhawatiran, apakah mereka melakukan itu, tapi mereka belum melakukannya," kata Dunford, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (23/7).

Pada Apil lalu, Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik pada mengatakan, perundingan Turki dengan Rusia untuk pembelian sistem rudal pertahanan udara canggih S-400 telah mencapai tahap akhir. 

Negosiasi Turki dan Rusia untuk pembelian sistem anti-rudal S-400 terungkap sejak bulan November tahun lalu. Turki mulai melirik tameng rudal mutakhir Moskow itu setelah pada tahun 2015 Ankara membatalkan kontrak pembelian sistem anti-rudal FD-2000 China senilai USD3,4 miliar.

Turki membatalkan kontrak karena Beijing enggan mentransfer teknologi beserta peralatannya.
Langkah Turki yang memilih senjata canggih Rusia itu sedari awal memang telah memicu kekhawatiran di antara anggota NATO lainnya. Sebab, senjata itu tidak sesuai dengan peralatan yang digunakan oleh NATO. 





Credit  sindonews.com






Abbas Ultimatum Israel soal Al-Aqsa



Abbas Ultimatum Israel soal Al-Aqsa 
Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan) memberi ultimatum untuk Israel agar segera mencopot detektor logam di Masjid Al-Aqsa. (OIC-ES2016/Panca Syurkani)


Jakarta, CB -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutus koordinasi keamanan dengan Israel untuk mendesak pencopotan detektor logam di Masjid Al-Aqsa.

Keberadaan gerbang pendeteksi yang dipasang sebagai respons atas pembunuhan dua polisi Israel itu telah memicu bentrokan berdarah yang memakan banyak korban luka dan merenggut nyawa.

"Jika Israel ingin koordinasi keamanan untuk dimulai kembali, mereka harus menarik langkah tersebut," kata Abbas dalam pidato yang dikutip Reuters, Senin (24/7), merujuk pada pemasangan alat itu.
"Mereka pasti tahu pada akhirnya akan kalah, karena sudah menjadi tugas kami untuk mempertahankan keamanan di sisi kami di sini dan di sisi mereka."

Bentrokan tersebut dimulai pada Jumat, ketika pasukan keamanan Israel menembak mati tiga demonstran. Kepolisian Israel menyatakan tengah menginvestigasi peristiwa yang diungkap oleh otoritas medis Palestina itu.

Di hari yang sama, seorang warga Palestina menikam tiga orang Israel di Tepi Barat setelah bersumpah di Facebook akan mengangkat pisau demi Al-Aqsa.

Sementara seorang warga Palestina tewas di Yerusalem pada Sabtu, ketika alat peledak yang sedang dia rakit meledak sebelum waktunya, kata militer Israel. Petugas medis Palestina menyebut korban tewas karena terkena serpihan di bagian dada dan perut.
Gilad Erdan, menteri keamanan publik Israel, memberi peringatan akan potensi "ketidakstabilan skalan besar." Hal tersebut kemungkinan besar terjadi di Tepi Barat, daerah yang berada di luar kendali Abbas.

Erdan menyatakan Israel pada akhirnya mungkin menyingkirkan detektor logam tersebut setelah peninjauan ulang. Alternatifnya, kemungkinan polisi akan menambah pasukan keamnan di pintu masuk kompleks masjid dan memasang CCTV dengan kemampuan deteksi wajah.

"Banyak, walau bagaimanapun, jemaat yang dieknal polisi, yang sudah biasa beribadah di sana, dan orang-orang lanjut usia dan seterusnya, sehingga direkomendasikan untuk menghindari penggunaan detektor logam," kata Erdan kepada Army Radio sebagaimana dikutip Reuters, menyiratkan hanya orang-orang tertentu yang mesti melalui pemeriksaan tambahan.

Walau demikian, alternatif tersebut hingga kini masih belum disiapkan.




Credit  CNN Indonesia







Perang ISIS di Marawi Masuki Bulan Ketiga, Filipina Krisis



Perang ISIS di Marawi Masuki Bulan Ketiga, Filipina Krisis 
Presiden Duterte menyatakan siap menunggu selama setahun jika perang di Marawi tidak kunjung usai. (Reuters/Erik De Castro)


Jakarta, CB -- Pertempuran masih berlangsung hingga hari ini di Marawi, dua bulan setelah miltan Islamis melancarkan serangan terhadap salah satu kota terbesar di Filipina itu. Presiden Rodrigo Duterte pun menyatakan siap jika konflik mesti berjalan hingga setahun lamanya.

Para petinggi pertahanan negara tersebut mengakui telah meremehkan para militan pro ISIS yang sangat terorganisir itu. Mereka menyapu kota itu pada 23 Mei lalu dan masih menguasai sebagian daerahnya meski terus digempur oleh ratusan tentara yang dibantu serangan udara dan artileri.

Kongres Filipina telah menyetujui permintaan Duterte untuk memperpanjang darurat militer hingga akhir tahun di Mindanao. Dengan demikian, pasukan keamanan sekaligus mendapatkan kewenangan lebih besar untuk mengejar para ekstemis hingga ke luar Marawi.

Masih belum jelas bagaimana Duterte akan mengatasi ekstremisme di negaranya, kelak, setelah pasukannya merebut kembali Marawi dan mengalahkan sekitar 70 miltan yang masih bersembunyi di antara puing-puing daerah komersial itu sembari menyandera banyak warga sipil.

Lebih dari 500 orang tewas, termasuk 45 warga sipil dan 105 pasukan pemerintah. Setelah sejumlah tenggat waktu sepihak pemerintah untuk merebut kembali kota tersebut gagal dipenuhi, kini pasukan militer bahkan menyatakan kekurangan opsi karena para sandera yang diculik ISIS.

Duterte telah memerintahkan militer untuk menghindari korban sipil lebih banyak.

"Saya memerintahkan mereka 'jangan menyerang.' Yang terpenting adalah kami tidak mau membunuh orang," ujarnya pada akhir pekan lalu, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (24/7). "Jika kita harus menunggu selama satu tahun, maka kita tunggu hingga satu tahun." 

Filipina selatan telah dinodai pemberontakan dan kejahatan selama beberapa dekade terakhir. Namun, intensitas pertempuran di Marawi dan kehadiran pasukan asing yang membantu militan lokal membuat sejumlah pihak khawatir kota ini akan menjadi pusat ISIS di Asia Tenggara.

Para militan dari Malaysia dan Idonesia yang sama-sama bermayoritas Muslim diketahui turut bertarung di Marawi.

Sekitar 5 juta Muslim tinggal di Filipina yang bermayoritas Katolik, kebanyakan di Mindanao. Menteri Perahanan Delfin Lorenzana mengindikasikan bahwa setelah Marawi, pemerintah akan memperkuat pengawasan di kawasan, memperluas jangkauan untuk mendeteksi kamp-kamp pelatihan pemberontak dan pergerakan militan.

"Kami butuh lebih banyak peralatan komunikasi, komunikasi tingkat tinggi yang bisa kami gunakan untuk menyadap ponsel musuh. Kami juga butuh pesawat nirawak," ujarnya di hadapan Kongres.



Credit  CNN Indonesia






Anthony Scaramucci, Juru Bicara Baru di Gedung Putih


Anthony Scaramucci, Juru Bicara Baru di Gedung Putih 
Gedung Putih punya juru bicara baru yang disebut-sebut sebagai 'orang Trump.' (AFP PHOTO / FABRICE COFFRINI)


Jakarta, CB -- Ada pergantian besar di Gedung Putih. Sean Spicer yang selama ini dikenal sebagai juru bicaranya mundur, Jumat (21/7). Sementara ekonom New York Anthony Scaramucci ditunjuk sebagai pengganti.

Menurut New York Times, keputusan Spicer untuk mundur terjadi pada Jumat pagi. Presiden Donald Trump langsung yang menawari Scaramucci pekerjaan, dan menanyakan apakah Spicer mau tetap bekerja sebagai juru bicara.

Ia memutuskan mundur karena tidak ingin terjadi kebingungan karena jika ia bertahan, komunikasi dari Gedung Putih bisa berasal dari dua pintu.



Masuknya Scaramucci ke Gedung Putih, mengutip CNN, dispekulasi menjadi salah satu bukti bahwa Trump ingin dirinya dikelilingi oleh orang-orang yang setia padanya. Spicer disebut-sebut bukan ‘orang Trump.’

Ia dibawa masuk ke Gedung Putih oleh Reince Priebus, Ketua Komite Nasional Pasrtai Republik yang menjadi staf Gedung Putih. Spicer punya riwayat dekat dengan Republik, bukan khusus Trump.



Sementara Scaramucci, merupakan manajer keuangan di New York. Seperti penasihat dekat Trump lainnya, ia juga pernah bekerja di Goldman Sachs. Scaramucci bahkan berteman dekat dengan Trump dan keluarganya.

Tak heran jika Ivanka Trump dan suaminya pun mendukung masuknya Scaramucci ke Gedung Putih.

Yang semakin membuktikan bahwa ada agenda lain di balik digantikannya Spicer, adalah momen. Itu terjadi saat Trump sedang diributkan perkara penyelidikan oleh FBI soal ikut campurnya Rusia dalam Pemilu AS 2016.

Trump, masih mengutip CNN, memang selalu menjaga lingkaran dalamnya. Semakin bahaya posisinya, semakin ketat lingkaran dalam itu, bahkan bisa hanya keluarga dan teman dekat.

Sean Spicer juru bicara Gedung Putih memilih mengundurkan diri, Jumat (21/7).Sean Spicer juru bicara Gedung Putih memilih mengundurkan diri, Jumat (21/7). (AFP PHOTO / Olivier Douliery)
Namun dalam pertemuan pertamanya dengan publik pada Jumat kemarin, Scaramucci mengatakan bahwa Trump membiarkannya menjadi dirinya sendiri, saat mereka berbincang soal pekerjaan ini di Ruang Oval Gedung Putih.

Salah satu tugasnya, kata Scaramucci, adalah “membiarkan Trump mengekspresikan identitasnya secara penuh.”

“Saya pikir penting bagi kita untuk membiarkannya mengekspresikan pribadinya,” ujarnya.



Trump memang hanya sesekali membiarkan dirinya diatur. Ia lebih banyak menjadi orang yang bertindak berdasarkan apa yang ia suka dan ia mau. CNN menuliskan, ia juga tipe orang yang membiarkannya bebas daripada yang mengaturnya.

Scaramucci cocok dengan profil itu.







Credit  CNN Indonesia





Ikuti Jejak Korut, Iran Bikin Rudal Penghancur Jet Tempur



Ikuti Jejak Korut, Iran Bikin Rudal Penghancur Jet Tempur 
Menteri Pertahanan Iran mengumumkan lini produksi baru rudal balistik pada Sabtu (22/7). (AFP PHOTO / Natalia KOLESNIKOVA)


Jakarta, CB -- Iran mengumumkan peluncuran lini produksi peluru kendali terbaru pada Sabtu (22/7) waktu setempat, di tengah memanasnya hubungan Teheran dengan Washington.

Melansir Reuters, Kementerian Pertahanan Iran menyebut bahwa misil bernama Sayyad 3 itu bisa mencapai ketinggian hingga 27 kilometer dan menjangkau jarak 120 kilometer.

“Misil ini bisa menargetkan jet tempur, rudal penjelajah, helikopter dan pesawat nirawak,” kata Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan, dalam upacara peluncuran di Teheran.

Dalam upacara tersebut, Deghan juga mengatakan kesepakatan jual-beli senjata antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, saat kunjungan Trump ke Riyadh, Mei lalu, ditujukan sebagai ancaman bagi Iran.

“Kita baru-baru ini menyaksikan pembelian senjata besar-besaran oleh beberapa negara dari Amerika Serikat dan mereka akan membawa senjata itu ke kawasan untuk mengancam Iran,” kata Dehghan.


Pekan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran atas program rudal balistik negara tersebut dan mengatakan “aksi Teheran yang merusak” di Timur Tengah, menghancurkan “upaya positif” Perjanjian Nuklir Iran 2015.

Sanksi terbaru dari AS itu menunjukkan Pemerintahan Donald Trump tengah mencari cara lain menekan Iran, sembari mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam negara adidaya untuk mengekang program nuklir, demi pengangkatan sanksi finansial dan perdagangan minyak.

Pemerintah AS mengatakan saat ini mereka tengah menargetkan 18 entitas serta individu yang mereka anggap memberi dukungan terhadap “penghasut dan aktivitas kriminal transnasional Iran”.

Mereka yang dijatuhi sanksi dipercaya memberi bantuan pada militer Iran atau Korps Pengawal Revolusi Islam dengan mengembangkan pesawat nirawak dan fasilitas militer, termasuk memproduksi kapal dan menyediakan komponen elektronik.

Sementara lainnya diklaim “mengatur pencurian program perangkat lunak dari AS dan menjualnya pada pemerintah Iran,” lapor Kementerian Keuangan AS.




Credit  CNN Indonesia







PNA serukan persatuan dengan HAMAS di tengah kemelut Jerusalem


PNA serukan persatuan dengan HAMAS di tengah kemelut Jerusalem
Kompleks Al Aqsa atau Haram Al Sharif, yang meliputi Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu dengan kubah emasnya, di Yerusalem Timur terlihat dari Bukit Zaitun. (ANTARA News/Maryati)


Ramallah, Palestina (CB) - Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) pada Minggu (23/7) mengeluarkan seruan persatuan kepada HAMAS di Jalur Gaza, dalam menghadapi peningkatan pertikaian dengan Israel mengenai Masjid Al-Aqsha.

Juru Bicara PNA Tariq Rishmawi mengatakan di dalam satu pernyataan pers bahwa HAMAS, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007, mesti menanggapi gagasan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bagi perujukan, dengan menyerahkan kendali semua lembaga pemerintah di Jalur Gaza kepada PNA.

"HAMAS harus selalu mengingat kepentingan rakyat Palestina untuk jadi prioritas sebelum mencari kepentingan kelompoknya," kata Rishmawi, sebagaimana dikutip Xinhua, Senin pagi.

Ia menambahkan, "Apa yang terjadi di Jerusalem dan pada tempat suci kita mesti membuat kita semua bersatu."

Upaya penengahan Palestina, Arab dan internasional sepanjang dasawarsa ini telah gagal mengakhiri pertikaian antara HAMAS dan Partai Fatah, pimpinan Abbas, yang menguasai Tepi Barat Sungai Jordan.

Pada Jumat (21/7), Abbas menyeru HAMAS agar menanggapi seruannya bagi persatuan dengan melucuti Komite Administratif Jalur Gaza, membiar PNA mengoperasikan lembaga pemerintahan, lalu menyetujui tanggal khusus bagi penyelenggaraan pemilihan umum.

Komite pimpinan HAMAS mengoperasikan urusan dan layanan setiap hari untuk lebih dari dua juta orang Palestina di Jalur Gaza.

Sementara itu, HAMAS mengatakan di dalam satu siaran pers bahwa organisasi tersebut mengulurkan tangan kepada Fatah dan Abbas agar bersatu dan mengakhiri perpecahan internal sejalan dengan pemahaman dan kesepakatan terdahulu.

"HAMAS menyerukan kesepakatan mengenai satu strategi mendesak nasional untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha dan menghadapi pendudukan (oleh Israel) serta mempertahankan hak sah rakyat Palestina sampai berakhirnya pendudukan dan mendirikan negara kita," katanya.

Ketegangan antara Israel dan Palestina telah meningkat sejak 14 Juli, ketika Israel mendirikan pos pemeriksaan dan memasang alat pendeteksi logam di pintu masuk Kompleks Masjid Al-Aqsha setelah tiga pria bersenjata menembak hingga tewas dua polisi Israel di dekat lokasi tersebut. Ketiga orang itu belakangan tewas oleh polisi Israel.

Sejak itu, bentrokan telah berkecamuk antara pasukan keamanan Israel dan pemrotes Palestina di gerbang Kompleks Masjid Al-Aqsha dan tempat lain di Tepi Barat.

Dalam bentrokan selama protes besar pada Jumat, pasukan keamanan Israel menewaskan tiga orang Palestina dan melukai ratusan orang lagi.



Credit  antaranews.com









Penembakan di Kedubes Israel Yordania, satu tewas, dua luka


Penembakan di Kedubes Israel Yordania, satu tewas, dua luka
Ilustrasi: penembakan (AntaraNews/Diasty Surjanto)


Amman (CB) - Seorang warga Jordania terbunuh dan dua orang lainnya, satu warga lokal dan seorang dari Israel, terluka dalam insiden penembakan pada hari Minggu di sebuah bangunan di dalam kompleks kedutaan Israel di ibukota Yordania, Amman.

Kedua orang Yordania tersebut, yang bekerja di sebuah perusahaan furnitur, telah memasuki kompleks kedutaan sebelum penembakan terjadi, kata polisi dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

Polisi itu menambahkan bahwa dua orang yang terluka telah dilarikan ke rumah sakit.

Israel telah memberlakukan larangan melaporkan insiden itu dan tidak memberikan komentar publik.

Kekerasan terhadap orang-orang Israel jarang terjadi di Yordania, sebuah negara berpengamanan ketat yang juga sekutu regional Amerika Serikat.

Namun ketegangan meningkat di antara kedua negara tersebut karena Israel memasang detektor logam di titik masuk ke masjid Al-Aqsa di Yerusalem setelah dua polisi Israel ditembak mati oleh tiga orang bersenjata Arab-Israel pada hari Jumat di dekat lokasi tersebut.

Langkah-langkah keamanan baru telah memicu serentetan berdarah Isreli-Palestina selama bertahun-tahun. Jordan telah menyerukan pemindahan detektor logam dan ribuan orang Yordania telah memprotes tindakan Israel tersebut.

Dalam pernyataan mereka, polisi Yordania mengatakan bahwa setelah serangan tersebut mereka telah menutup kedutaan yang sangat dilindungi itu dan mengerahkan puluhan pasukan anti-terorisme.

Pemeriksaan awal menyebutkan bhawa kedua orang Yordania tersebut memasuki kompleks kedutaan sebagai pekerja.

Banyak di antara 7 juta warga Yordania berasal dari Palestina. Mereka atau orang tua atau kakek nenek mereka diusir atau melarikan diri ke Yordania dalam pertempuran yang menyertai pembentukan Israel pada tahun 1948.

Israel sebelumnya telah memberikan jaminan berulang kali bahwa mereka memahami kekhawatiran Yordania dan tidak berusaha mengubah status quo di tempat-tempat suci umat Islam di Yerusalem, demikian dilaporkan Reuters.




Credit  antaranews.com




DK PBB bahas kekerasan di Jerusalem Senin



DK PBB bahas kekerasan di Jerusalem Senin
PBB (en.wikipedia.org)


PBB (CB) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu pada Senin untuk membahas serentetan kekerasan Israel-Palestina paling berdarah selama bertahun-tahun, kata beberapa diplomat pada Sabtu.

Swedia, Mesir dan Prancis meminta pertemuan tersebut untuk "segera membahas bagaimana seruan untuk de-eskalasi di Jerusalem dapat didukung," kata wakil duta besar PBB Swedia, Carl Skau, melalui akun Twitter.

Israel mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki pada Sabtu dan menggerebek rumah penyerang Palestina yang menikam tiga orang Israel pada Jumat, kata militer.

Beberapa jam sebelum tiga orang Israel ditikam, tiga orang Palestina tewas dalam aksi kekerasan yang dipicu oleh pemasangan detektor logam Israel di tempat-tempat masuk ke kompleks tempat suci di Kota Tua Jerusalem. Kawasan tersebut dikenal umat Muslim sebagai al-Haram asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci.

Di Jerusalem pada Sabtu, polisi Israel mengatakan bahwa mereka menggunakan peralatan anti huru hara untuk membubarkan belasan orang Palestina yang melemparkan batu dan botol ke mereka. Tayangan televisi menunjukkan polisi melemparkan granat setrum dan menggunakan meriam air untuk membubarkan kerumunan.

Polisi Israel mengatakan bahwa satuan tambahan telah dikerahkan untuk meningkatkan keamanan di Kota Tua, sementara akses umat Muslim menuju tempat suci itu, untuk melaksanakan sholat, akan dibatasi hanya untuk wanita dari segala umur dan laki-laki di atas 50 tahun. Alat penghalang ditempatkan pada akses jalan menuju Jerusalem, untuk menghentikan bus yang membawa umat Muslim ke lokasi tersebut.

Ketegangan seringkali meningkat di sekitar kawasan tersebut, yang di dalamnya berdiri Masjid al Aqsa dan Kubah Batu Emas. Gesekan terjadi sejak Israel merebut dan mencaplok Kota Tua, termasuk kawasan suci itu, dalam perang Timur Tengah 1967.

Sebelumnya ada seruan kepada Netanyahu agar alat pelacak logam itu dibongkar, untuk meredakan situasi.

Presiden Turki, Tayyip Erdogan, setelah membahas masalah ini dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menyerukan kepada Presiden Israel Reuven Rivlin untuk mendesak pembongkaran tersebut.

Nickolay Mladenov, koordinator khusus Perserikatan Bangsa Bangsa untuk perundingan damai Israel-Palestina, yang telah lama terhenti, mengimbau agar semua pihak tetap tenang, dan Gedung Putih mendesak adanya sebuah upaya pemecahan masalah. Jordania, yang mengelola tempat suci itu, juga terlibat dalam upaya mediasi.

Gelombang serangan jalanan oleh warga Palestina yang dimulai pada 2015 telah berkurang, Namun belum berhenti. Sedikitnya 255 warga Palestina dan satu warga Jordania tewas sejak kekerasan dimulai.

Israel mengatakan bahwa setidaknya 173 dari mereka yang tewas, merupakan pelaku tindakan penyerangan, sementara lainnya tewas dalam bentrokan dan unjuk rasa.

Israel merebut wilayah Jerusalem Timur, tempat Kota Tua dan kawasan suci berada, setelah perang Timur Tengah 1967 dan menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibukotanya, sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Warga Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka, sebuah negara merdeka yang wilayahnya mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Israel menuduh pemimpin Palestina menghasut warganya untuk melakukan kekerasan, namun pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa keputusasaan warga Palestina selama pendudukan Israel adalah pendorong utama kekerasan terjadi. Demikian laporan Reuters.





Credit  antaranews.com








Pimpinan Liga Arab: Israel "bermain api" terkait Jerusalem



Pimpinan Liga Arab: Israel
Mesjid Al Aqsa dilihat dari udara. Dia terletak di kota tua Jerusalem. (wikipedia.org)


Kairo (CB) - Liga Arab memperingatkan Israel "bermain dengan api" atas "garis merah" Jerusalem dan para menteri luar negerinya akan mengadakan pertemuan darurat pada Rabu mengenai kekerasan Israel-Palestina, menurut pernyataan pada Minggu.

Israel mengirim pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki pada Sabtu setelah kekerasan meletus atas pemasangan detektor logam Israel pada titik masuk ke kawasan yang dikenal umat Muslim sebagai al-Haram asy-Syarif dan oleh kaum Yahudi sebagai Bukit Rumah Suci.

Seorang penyerang Palestina menikam sampai mati tiga orang Israel pada Jumat, dan beberapa jam sebelumnya tiga orang Palestina dibunuh. Di Jerusalem pada Sabtu, polisi Israel menggunakan peralatan anti huru hara untuk membubarkan puluhan warga Palestina yang melemparkan batu dan botol ke mereka.

"Jerusalem adalah garis merah yang oleh Muslim dan Arab dilarang untuk dilewati, ... dan apa yang terjadi saat ini adalah upaya untuk menerapkan sebuah realitas baru di kota suci," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.

"Pemerintah Israel bermain dengan api dan mempertaruhkan krisis besar dengan dunia Arab dan Islam."

Menteri luar negeri Liga Arab akan mengadakan pembicaraan darurat di Kairo pada Rabu, kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berencana untuk bertemu pada Senin untuk membahas serentetan kekerasan Israel-Palestina paling berdarah selama bertahun-tahun. Swedia, Mesir dan Prancis meminta pertemuan tersebut untuk segera mendiskusikan de-eskalasi di Jerusalem.

Komandan militer Israel telah memperingatkan bahwa kekerasan akan meningkat.

Polisi Israel mengatakan bahwa satuan tambahan telah dikerahkan untuk meningkatkan keamanan di Kota Tua, sementara akses umat Muslim menuju tempat suci itu, untuk melaksanakan sholat, akan dibatasi hanya untuk wanita dari segala umur dan laki-laki di atas 50 tahun. Alat penghalang ditempatkan pada akses jalan menuju Jerusalem, untuk menghentikan bus yang membawa umat Muslim ke lokasi tersebut.

Ketegangan seringkali meningkat di sekitar kawasan tersebut, yang di dalamnya berdiri Masjid al Aqsa dan Kubah Batu Emas. Gesekan terjadi sejak Israel merebut dan mencaplok Kota Tua, termasuk kawasan suci itu, dalam perang Timur Tengah 1967.

Gelombang serangan jalanan oleh warga Palestina yang dimulai pada 2015 telah berkurang, Namun belum berhenti. Sedikitnya 255 warga Palestina dan satu warga Jordania tewas sejak kekerasan dimulai.

Israel mengatakan bahwa setidaknya 173 dari mereka yang tewas, merupakan pelaku tindakan penyerangan, sementara lainnya tewas dalam bentrokan dan unjuk rasa.

Israel merebut wilayah Jerusalem Timur, tempat Kota Tua dan kawasan suci berada, setelah perang Timur Tengah 1967 dan menganggap seluruh Jerusalem sebagai ibukotanya, sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Warga Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka, sebuah negara merdeka yang wilayahnya mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Israel menuduh pemimpin Palestina menghasut warganya untuk melakukan kekerasan, namun pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa keputusasaan warga Palestina selama pendudukan Israel adalah pendorong utama kekerasan terjadi.







Credit  antaranews.com









Jumat, 21 Juli 2017

Arab Saudi bentuk badan keamanan baru


Arab Saudi bentuk badan keamanan baru
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.)


Riyadh (CB) - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud mengeluarkan dekret mengenai pembentukan badan keamanan baru yang secara langsung berada di bawah pengawasan raja pada Kamis menurut laporan kantor berita negara SPA.

Badan keamanan tersebut, yang akan dipimpin oleh kepala intelijen Jenderal Abdel Aziz bin Mohammed al Houeiriny, bertugas mengelola sejumlah departemen di Kementerian Dalam Negeri.

Departemen intelijen dan unit-unit pemberantasan terorisme akan berada di bawah otoritas badan keamanan baru tersebut.

Raja Salman pada Kamis juga mengeluarkan serangkaian dekret, termasuk di antaranya mengenai pemecatan kepala pengawal kerajaan Jenderal Hamad al Awhaly yang digantikan oleh Jenderal Suheil al Mutiri.

Raja juga menunjuk Mohammed bin Abdullah al Qweiz menjadi kepala baru bursa saham Arab Saudi.

Keputusan-keputusan baru itu dikeluarkan hampir sebulah setelah Raja Salman mencopot keponakannya sebagai putra mahkota dan menetapkan putranya, Mohammed bin Salman (31), sebagai penerusnya.




Credit  antaranews.com







Qatar tuduh UEA dalangi peretasan kantor beritanya



Qatar tuduh UEA dalangi peretasan kantor beritanya
Bendera Qatar. (Flickr/Juanedc)


Doha (CB) - Qatar menuduh Uni Emirat Arab (UEA) mendalangi "peretasan" kantor berita nasionalnya sehingga memicu krisis di Teluk.

Dugaan peretasan terhadap situs kantor berita Qatar (Qatar News Agency/QNA) pada 24 Mei dikaitkan dengan perkataan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.

Pernyataan tersebut, yang dibantah oleh Doha, mencakup subjek politik sensitif seperti Iran, kelompok Islamis Palestina Hamas, Israel dan Amerika Serikat (AS).

Qatar sebelumnya mengatakan negara tetangganya mendalangi dugaan peretasan, dan pada Kamis kepala penyelidikannya menuding UEA berada di balik peretasan itu.

Jenderal Ali Mohammed al-Mohannadi mengatakan dalam konferensi pers Kamis (20/7) bahwa "peretasan" dilakukan "dari dua tempat… di Emirat".

"Peretas mengambil kendali jaringan kantor berita, mencuri akun-akun di situs elektroniknya dan mengunggah informasi palsu," kata Mohannadi.

Wakil kepala departemen keamanan siber Qatar, Othmane Salem al-Hamoud, mengatakan kepada wartawan bahwa tersangka peretas "menemukan kelemahan dalam jaringan kantor berita yang dibagikan dengan individu lain di Skype".

"Individu ini kemudian menembusnya untuk mengendalikan jaringan QNA," katanya.

Mohannadi mengatakan hasil investigasi disampaikan ke jaksa negara yang selanjutnya akan mengambil "langkah-langkah yang sesuai". Namun dia tidak mengelaborasi pernyataannya.

Awal bulan ini Washington Post juga mengutip pejabat intelijen Amerika yang menyatakan bahwa UEA mungkin berada di balik peretasan itu.

Namun laporan itu dibantah oleh Menteri Negara Urusan Luar Negeri UAE Anwar Gargash, yang menyebutnya "murni tidak benar."

Sementara laporan CNN bulan lalu menyebut para pejabat intelijen Amerika Serikat yakin para peretas Rusia menanam berita-berita palsu yang menyebabkan sengketa Teluk. Moskow membantah laporan itu.

Pada Juni, jaksa agung Qatar Ali bin Fetais al-Marri menuduh "negara-negara tetangga" berada di belakang serangan siber itu namun tidak menyebut secara spesifik pihak yang terlibat.

UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni dan memberlakukan sejumlah sanksi terhadap kerajaan itu, termasuk menutup satu-satunya perbatasan darat mereka, karena menuduh Qatar mendukung kelompok-kelompok ekstremis.


Credit  antaranews.com


Arab Saudi tetap izinkan warga Qatar berhaji


Arab Saudi tetap izinkan warga Qatar berhaji
Jamaah haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram menjelang puncak ibadah haji di Makkah,Arab Saudi, Selasa (22/9). (REUTERS/Ahmad Masood )


Riyadh (CB) - Pemerintah Arab Saudi menyatakan warga Qatar yang ingin melaksanakan ibadah haji tahun ini akan diizinkan masuk ke kerajaan tersebut meski sedang ada sengketa diplomatik antara kedua negara itu.

Kementerian Haji Arab Saudi pada Kamis menyatakan warga Qatar dan orang yang tinggal di emirat Teluk bisa menunaikan ibadah haji karena mereka sudah terdaftar secara elektronik dan sudah memiliki izin dari Riyadh dan Doha.

Namun Kementerian Haji menerapkan pembatasan pada jemaah asal Qatar yang tiba menggunakan pesawat, menyatakan mereka harus menggunakan layanan maskapai yang memiliki kesepakatan dengan otoritas Arab Saudi.

Mereka juga harus memperoleh visa saat kedatangan di Jeddah atau Madinah, gerbang masuk ke Arab Saudi, menurut pernyataan Kementerian Haji yang dikutip kantor berita AFP.

Arab Saudi dan sekutunya Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dan mengenakan sanksi terhadap Qatar pada Juni, termasuk menutup wilayah udara untuk pesawat maskapai Qatar.

Keempat negara Arab tersebut menuduh Qatar mendukung ekstremis dan kian akrab dengan Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi di kawasan itu.




Credit  antaranews.com















Israel larang pria di bawah 50 tahun salat di Aqsa


Israel larang pria di bawah 50 tahun salat di Aqsa
Arsip Foto. Masjid Al Aqsa di kompleks Masjid Al Aqsa atau Haram al Sharif di Kota Lama Yerusalem pada 3 Februari 2017. (ANTARA News/Maryati)


Yerusalem (CB) - Kepolisian Israel menyatakan mereka melarang pria berusia di bawah 50 tahun memasuki Kota Tua Yerusalem untuk menunaikan salat Jumat di Masjid al-Aqsa di tengah memanasnya ketegangan terkait pengetatan pengamanan di kompleks Haram al-Syarif.

"Izin masuk ke Kota Tua dan Temple Mount (Haram al-Syarif) akan dibatasi bagi pria berusia 50 tahun ke atas. Perempuan semua usia akan diizinkan masuk," demikian pernyataan kepolisian Israel yang dikutip kantor berita AFP.

Ketegangan meningkat setelah kepolisian Israel memasang detektor logam di pintu masuk Haram al-Syarif, yang dikenal dengan nama Temple Mount oleh orang Yahudi, menyusul penyerangan yang menewaskan dua polisi di dekat tempat itu.

Tindakan itu membuat berang warga Palestina dan umat Islam yang menganggapnya sebagai upaya Israel untuk memperbesar kendali atas Haram al-Syarif.

Warga Palestina menolak masuk ke kompleks tersebut jika harus melewati detektor logam, dan ratusan jemaah menunaikan salat di luar, dan bentrokan dengan aparat kepolisian Israel kadang terjadi.

Ibadah Shalat Jumat selalu diikuti jamaah dalam jumlah besar dan spekulasi beredar bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin memerintahkan pelepasan detektor logam itu sebelum shalat Jumat.

Namun setelah konsultasi-konsultasi dengan kepala keamanan dan anggota kabinet keamanan, Netanyahu memutuskan tidak melepasnya.

Seorang pejabat Israel mengatakan kabinet keamanan "sudah memberi kepolisian otoritas untuk mengambil keputusan apa pun guna menjamin akses bebas ke tempat suci sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban umum."



Credit  antaranews.com


Israel tingkatkan penjagaan di kompleks Aqsa


Israel tingkatkan penjagaan di kompleks Aqsa
Arsip Foto. Warga Palestina berjalan melalui pos pemeriksaan Israel Qalandia untuk mengikuti solat Jumat di bulan puasa Ramadhan di mesjid al-Aqsa Yerusalem, di dekat kota Ramallah Tepi Barat, Jumat (2/6/2017). (REUTERS/Mohamad Torokman)


Yerusalem (CB) - Militer Israel meningkatkan penjagaan di kompleks Masjid al-Aqsa menurut juru bicara militernya pada Kamis (20/7), memicu kemarahan umat Islam dan pemimpin Palestina.

Warga Palestina menolak masuk ke Haram al-Syarif di wilayah pendudukan Yerusalem timur sejak Minggu pekan lalu setelah Israel memasang detektor logam di pintu masuk kompleks tempat suci itu menyusul penembakan yang menewaskan dua polisi.

Para pemimpin Palestina dan ulama menyeru para jemaah tidak memasuki kompleks tersebut melewati detektor logam, dan ratusan orang beribadah di luar tempat suci itu. Bentrokan sudah berulang kali terjadi di lokasi tersebut.

Salat Jumat menarik banyak orang ke tempat suci itu dan spekulasi kian santer terdengar mengenai apakah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memerintahkan pencopotan detektor logam.

Pada Kamis, militer Israel menyatakan mengerahkan lima batalion tambahan untuk berjaga-jaga, termasuk di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Juru bicara militer Israel mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa militer akan memutuskan apakah akan mengerahkan pasukan sepanjang akhir pekan.

Menteri Keamanan Publik Israel menyatakan Netanyahu akan mengambil keputusan mengenai kebijakan di Haram al-Syarif, tetapi ia "berharap detektor logam" tetap dipasang sepanjang akhir pekan.

Pada 14 Juli, tiga orang Arab Israel melepaskan tembakan dan menewaskan dua polisi Israel sebelum lari ke kompleks tempat suci dan ditembak mati oleh pasukan keamanan.

Setelah serangan itu Israel menutup Haram al-Sharif, menyatakan penutupan diperlukan untuk pemeriksaan keamanan.

Kompleks tempat suci itu dibuka kembali pada Minggu, namun dengan pendeteksi logam dipasang di pintu-pintu masuk, memicu boikot dari warga Palestina yang menganggap Israel berupaya memperluas kontrol mereka atas tempat suci yang disebut Temple Mount oleh orang Yahudi itu.




Credit  antaranews.com








Situasi al-Aqsa Memanas, Polisi Israel Tangkapi Tokoh Palestina


Situasi al-Aqsa Memanas, Polisi Israel Tangkapi Tokoh Palestina

Para warga muslim Palestina saat salat di kompleks Masjid al-Aqsa dengan pantauan pasukan keamanan Israel. Foto/REUTERS/Ronen Zvulun


YERUSALEM - Situasi di kompleks Masjid al-Aqsa kembali memanas pada Jumat (21/7/2017) setelah Kepolisian Israel melarang pria muslim di bawah usia 50 tahun untuk memasuki kompleks masjid. Sementara itu, sejumlah tokoh Palestina dari faksi Fatah ditangkap aparat keamanan Israel.

Larangan oleh polisi Israel itu diumumkan menjelang demonstrasi besar di situs suci umat Islam dan Yahudi tersebut.

Para warga Palestina sudah merencanakan demonstrasi untuk memprotes tindakan pengamanan baru di kompleks Masjid al-Aqsa setelah serangan tiga pria bersenjata yang menewaskan dua polisi Israel sepekan sebelumnya. Langkah pengamanan baru itu termasuk pemasangan detektor logam dan CCTV yang diprotes warga muslim.

”Masuk ke Kota Tua dan Temple Mount akan terbatas pada pria berusia 50 dan di atasnya. Wanita dari segala usia akan diizinkan,” kata Kepolisian Israel dalam sebuah pernyataan yang dilansir Al Jazeera.

Para polisi Israel sudah mengepung kawasan situs suci itu sejak pagi hari. Menurut kepolisian, sekitar 3.000 unit polisi Israel dan polisi perbatasan telah dikirim ke area tersebut.

Kabinet Keamanan Israel mengatakan bahwa polisi Israel yang akan memutuskan kapan detektor logam akan dilepas atau tidak.

Pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima rekomendasi dari berbagai sektor layanan keamanan Israel mengenai detektor logam tersebut.

Layanan keamanan internal Israel, Shin Bet, mengatakan bahwa penghalang itu harus dilepaskan. Namun, polisi Yerusalem bersikeras piranti itu harus tetap dipasang.

Sebuah kelompok advokasi Palestina, seperti dikutip The Associated Press, melaporkan bahwa 10 aktivis Palestina terkemuka telah ditangkap di Yerusalem.

Kelompok bernama The Palestinian Prisoners Club (Klub Tahanan Palestina) sepuluh pejabat Fatah di Yerusalem yang ditangkap termasuk Hatem Abd Al-Qader, penanggung jawab Yerusalem untuk pemerintah Palestina dan  Adnan Gaith, Kepala Tanzim, sayap Fatah di Yerusalem. Mereka dituduh melakukan hasutan kekerasan.

Kelompok Yahudi sayap kanan juga melaporkan  Mufti Yerusalem, Mohammed Hussein, atas tuduhan serupa. Namun, baik pemerintah Palestina maupun Israel belum mengonfirmasi laporan penangkapan tersebut.

Seruan demo besar pada hari ini disuarakan kelompok Hamas pada Rabu lalu. Pemimpin Hamas, Ismail Haniya, telah memperingatkan Israel agar tidak melintasi "garis merah" di kompleks Masjid al-Aqsa.

”Bagi musuh Zionis, saya katakan secara terbuka dan jelas: Masjid al-Aqsa dan Yerusalem adalah garis merah. Sesungguhnya itu adalah garis merah,” katanya. 

”Kepada musuh saya katakan, kebijakan penutupan dan pengenaan hukuman kolektif terhadap penduduk Yerusalem dan tempat suci kami tidak akan ditolerir.”

Persatuan ilmuwan Muslim Internasional yang bermarkas di Doha juga meminta semua umat Islam untuk menunjukkan solidaritas dengan para jemaah di al-Aqsa dalam demo "hari kemarahan", hari ini.

"Kami menyerukan kepada semua umat Islam untuk membuat hari Jumat ini sebagai sebuah hari kemarahan melawan tindakan Zionis di Yerusalem dan orang-orang yang tinggal di sana,” bunyi pernuyataan kelompok tersebut.



Credit  sindonews.com



Irak Tolak Rencana AS Bangun Kembali Pangkalan Militer



Irak Tolak Rencana AS Bangun Kembali Pangkalan Militer
Wakil Presiden Irak Nouri Maliki menegaskan pihaknya menolak rencana Amerika Serikat (AS) untuk membangun kembali pangkalan militer di wilayahnya. Foto/Istimewa


BAGHDAD - Irak menegaskan menolak rencana Amerika Serikat (AS) untuk membangun kembali pangkalan militer di wilayahnya. Baghdad menyatakan, masyarakat Irak menentang pembangunan pangkalan asing di wilayah Irak, termasuk pangkalan AS.

"Kami tidak menginginkan sebuah pangkalan militer di al-Waleed, masyarakat Irak menentang pangkalan-pangkalan asing di wilayah negara tersebut. Saya mengatakan kepada pihak AS, bahwa mereka tidak dapat kembali ke Irak untuk mendirikan pangkalan militer lagi," kata Wakil Presiden Irak Nouri Maliki.

Maliki kemudian mengatakan, Irak tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai strategi pemerintahan Presiden AS Donald Trump di Timur Tengah. Di mana Washington mengatakan pihaknya belum merampungkan strategi tersbeut.

"Saya masih belum memiliki gambaran yang jelas mengenai strategi administrasi Trump di Timur Tengah. Mereka mengatakan bahwa pihaknya belum sepenuhnya siap," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Jumat (21/7).

"Namun, administrasi Trump lebih serius dalam mengejar teroris dan kelompokn teroris. Dalam aspek ini, pemerintahan baru berbeda dengan yang sebelumnya, ini memiliki sikap garis keras melawan terorisme," tukasnya.



Credit  sindonews.com