Presiden Filipina Benigno Aquino
berjanji menghabiskan sekitar 83,90 miliar peso, atau sekitar Rp24,2
triliun dalam waktu lima tahun hingga 2017 untuk memperkuat militer,
seiring dengan semakin masifnya kehadiran China di Laut China Selatan.
(Reuters/Romeo Ranoco)
Jakarta, CB
--
Presiden Filipina, Benigno Aquino berjanji akan
memperkuat angkatan bersenjata untuk menghadapi tantangan maritim di
Laut Cina Selatan sebelum dia meninggalkan kursi kepresidenan tahun
depan.
Pada Senin (21/12) Aquino berjanji menghabiskan sekitar
83,90 miliar peso, atau sekitar Rp24,2 triliun dalam waktu lima tahun
hingga 2017 untuk memperkuat militer, seiring dengan semakin masifnya
kehadiran China di laut sengketa tersebut.
Anggaran belanja tersebut disetujui pada tahun ini, sehingga Filipina
memiliki waktu dua tahun untuk menghabiskan anggaran militer yang cukup
besar.
"Kami berencana untuk mengakuisisi kapal perang kecil baru, [kapal perang jenis]
strategic sealift vessel
[SSV], kendaraan patroli jarak jauh dan pesawat dukungan udara jarak
dekat serta peralatan lainnya," ujar Aquino dalam peringatan 80 tahun
angkatan bersenjata Filipina, dikutip dari Reuters.
Aquino tidak
menyebutkan sengketa Laut Cina Selatan secara khusus, militer Filipina
menyebut bahwa sejumlah peralatan yang disiapkan dapat digunakan untuk
membela hak teritorial Filipina.
"Saya secara pribadi telah
menyaksikan bagaimana militer tumbuh lebih kuat dan lebih efektif dalam
melestarikan perdamaian dan stabilitas, kunci dalam membangun
kepercayaan di Filipina," ujar Aquino.
Kapal perang jenis
strategic sealift vessel
(SSV) tengah dibangun di galangan kapal Indonesia. Kapal ini rencananya
akan dikirim pada awal tahun depan, dilengkapi dengan radar buatan
Israel yang akan selesai pada 2017. Pada tahun yang sama, Filipina juga
akan menerima sejumlah jet tempur buatan Korea Selatan.
Aquino
memaparkan bahwa Amerika Serikat dan Jepang tengah membantu
mengembangkan kapasitas dan kapabilitas seiring dengan meningkatnya
anggaran pertahan di sejumlah negara di Asia, menyusul dengan
meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan.
China mengklaim
sebagian besar wilayah di Laut China Selatan, tumpang tindih dengan
klaim Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunai. Perairan sengketa
itu merupakn salah satu jalur aktivitas ekspor-impor yang sibuk, dengan
nilai perdagangan mencapai US$5 triliun per tahun.
Filipina sudah melayangkan tantangan kepada Beijing di pengadilan arbitrase di Den Haag, tetapi Beijing tak bergeming.
Pemerintah
Aquino menghabiskan 56,79 juta peso sejak 2010 untuk membeli satu
skuadron pesawat tempur ringan dari Korea Selatan dan helikopter tempur
dari Italia.
Pada akhir Maret 2014, Departemen Pertahanan
Nasional Filipina mengumumkan pembelian 12 jet serang ringan varian dari
TA-50, yakni FA-50 senilai US$421 juta, atau sekitar Rp5,8 triliun.
Jet
tempur T-50 merupakan tipe jet tempur yang sama dengan jet tempur milik
TNI yang jatuh di sekitar landasan militer Bandara Adisucipto
Yogyakarta pada Minggu (20/12).
Pengiriman jet tempur FA-50 ke
Filipina dijadwalkan akan dilakukan pada Desember 2015 dan berakhir pada
2017. Filipina juga dikabarkan akan menambah sekitar 12 jet tempur tipe
FA-50, namun belum ada rincian informasi soal hal ini.
Sementara, Washington memberikan dua kepal penjaga pantai dan sejumlah pesawat transportasi ke Filipina.
Militer
Filipina memiliki rencana modernisasi dalam jangka waktu 15 tahun yang
ambisius untuk menghabiskan sekitar 998 miliar peso, untuk mengakuisisi
kapal perang ringan, kapal selam, sistem rudal yang canggih, dan radar
untuk mengejar ketertinggalan militer Filipina di antara negara-negara
Asia Tenggara lainnya.
credit
CNN Indonesia