Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson. (Dok. Matt Frost/ITV/REX/Shutterstock via Reuters)
Di kolom salah satu surat kabar yang terbit Minggu, (9/8), Johnson menyebut Perdana Menteri Inggris saat ini, Theresa May, sedang "mengenakan rompi bunuh diri pada konstitusi kemudian menyerahkan pemicunya kepada Uni Eropa".
Johnson juga mengungkap kepergian Inggris dari Uni Eropa sebagai "penghinaan" yang membuka "diri kita pada pemerasan politik abadi".
"Kita sudah mengenakan rompi bunuh diri pada konstitusi Inggris - kemudian menyerahkan pemicunya pada [pemimpin negosiasi Uni Eropa] Michael Barnier," tulis Johnson, seperti diberitakan Reuters.
Kata-kata Johnson, terutama yang menyinggung rompi bunuh diri, mendapat kecaman dari anggota partai konservatif.
Menteri Luar Negeri Inggris untuk Eropa dan Amerika Alan Duncan mengatakan "salah satu dari momen paling menjijikan dalam politik modern Inggris".
"Buat Boris yang mengatakan pandangan perdana menteri seperti pelaku bom bunuh diri terlalu berlebihan," ucap Duncan pada akun Twitternya.
Pada Juli lalu Johnson menyatakan mengundurkan diri sehari setelah Menteri urusan Brexit David Davis melakukan hal yang sama. Johnson sempat dinilai sebagai tokoh yang seharusnya menggantikan May.
Sebelum mengundurkan diri Johnson sempat menjabat selama dua tahun di bawah kendali May. Pengunduran dirinya dianggap sebagai bentuk protes pada strategi negosiasi May yang dinilai lembek.
"Itu berarti kita adalah negara pengikut," ucap Johnson dalam kolom.
Sejak mengundurkan diri Johnson telah menulis untuk sejumlah kolom surat kabar. Isinya mendorong para konservatif menekan May agar membuang proposal saat konferensi partai digelar akhir bulan ini.
Tulisan Johnson keluar sehari setelah dia dan istrinya, Marina Wheeler, berencana bercerai.
Credit cnnindonesia.com