CB, Jakarta - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte
kembali mengeluarkan kata-kata kutukan saat berpidato di Israel,
sehingga membuat asistennya mendekati Duterte dan memintanya berhenti
untuk sumpah serapah.
Duterte mengeluarkan kata-kata kasar dalam pertemuan tertutup dengan ratusan warga Filipina yang tinggal di Israel. Pertemuan diadakan di hotel Ramada di Jerusalem pada hari Minggu, 2 September 2018.
Menurut laporan reporter seperti dikutip dari Haaretz, 3 September, Duterte mengeluarkan sumpah serapahnya dalam bahasa Filipina.
Duterte dalam pertemuan itu membahas tentang pernyataannya pekan lalu
mengenai perkosaan. Duterte mengatakan dimana banyak perempuan cantik,
maka di sana akan banyak kasus perkosaan.
Duterte membenarkan pernyataannya itu dengan mengaitkannya pada demokrasi dan kemerdekaan berpendapat.
Pekan lalu, Duterte menanggapi data kepolisian yang menyebutkan angka perkosaan tertinggi terjadi di Davao, tanah kelahirannya.
"Mereka katakan di sana banyak kasus perkosaan di Davao. Jika di sana banyak perempuan cantik, maka akan ada kasus perkosaan," ujar Duterte.
Juru bicara Duterte kemudian meminta agar pernyataan Duterte itu tidak ditanggapi secara serius.
Pernyataan Duterte tentang perkosaan dikecam keras oleh sejumlah aktivis hak-hak perempuan.
"Cantik tidak mengakibatkan perkosaan, pemerkosa jadi pelakunya," kata Risa Hontiveros, anggota parlemen.
Duterte berkunjung ke Israel untuk selama 4 hari, 2-6 September 2018. Ini merupakan kunjungan perdana presiden Filipina setelah kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik tahun 1957. Ratusan warga Filipina menyambut kedatangan Duterte sebagai presiden yang dianggap berhasil memberangus perdagangan narkoba di negara itu.
Duterte mengeluarkan kata-kata kasar dalam pertemuan tertutup dengan ratusan warga Filipina yang tinggal di Israel. Pertemuan diadakan di hotel Ramada di Jerusalem pada hari Minggu, 2 September 2018.
Menurut laporan reporter seperti dikutip dari Haaretz, 3 September, Duterte mengeluarkan sumpah serapahnya dalam bahasa Filipina.
Duterte membenarkan pernyataannya itu dengan mengaitkannya pada demokrasi dan kemerdekaan berpendapat.
Pekan lalu, Duterte menanggapi data kepolisian yang menyebutkan angka perkosaan tertinggi terjadi di Davao, tanah kelahirannya.
"Mereka katakan di sana banyak kasus perkosaan di Davao. Jika di sana banyak perempuan cantik, maka akan ada kasus perkosaan," ujar Duterte.
Juru bicara Duterte kemudian meminta agar pernyataan Duterte itu tidak ditanggapi secara serius.
Pernyataan Duterte tentang perkosaan dikecam keras oleh sejumlah aktivis hak-hak perempuan.
"Cantik tidak mengakibatkan perkosaan, pemerkosa jadi pelakunya," kata Risa Hontiveros, anggota parlemen.
Duterte berkunjung ke Israel untuk selama 4 hari, 2-6 September 2018. Ini merupakan kunjungan perdana presiden Filipina setelah kedua negara secara resmi menjalin hubungan diplomatik tahun 1957. Ratusan warga Filipina menyambut kedatangan Duterte sebagai presiden yang dianggap berhasil memberangus perdagangan narkoba di negara itu.
Credit tempo.co